Ratu Primora Anastasia, harus menghadapi kenyataan, bahwa suaminya membawa selir dari perjalanan perangnya.
Seolah kurang untuk menyakitinya, selirnya juga sedang hamil.
Usia pernikahannya yang memasuki 5 tahun saja tidak membuahkan seorang pewaris.
Kejadian demi kejadian akhirnya membuatnya harus diturunkan tahtanya.
Primora yang memiliki harga diri yang tinggi, tidak akan menerima semua ini dengan sia sia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Peri Bumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Semalam, seperti biasa, Primora tidak bisa tidur, dia lalu pergi ke taman. Disana, dia bertemu lagi dengan Pangeran Daniel. Terlihat sedang memberi makan kucing liar.
Karena Daniel yang mendengar suara langkah kaki sudah terlanjur menoleh dan mata mereka bertemu, mereka tidak bisa pura-pura untuk tidak melihat satu sama lain.
"Salam Yang Mulia..." Daniel memberikan salamnya sambil mengelus pundak kucing yang tengah makan itu.
Primora heran, sejak kapan di istana ada kucing liar?
"Salam Pangeran..."
Primora mendekat kearah Daniel. Dia mengamati kucing yang tengah menyantap Snack kerupuk ikan itu.
"Saya tidak tahu kalau Pangeran menyukai kucing."
"Haha... Mereka hewan yang lucu. Bulu mereka juga lembut."
"Tapi mereka hewan liar." Dalam tanda kutip kotor.
"Saya sudah memandikan Mimi tadi sore Yang Mulia."
"Mimi?"
Daniel mengangguk sambil tersenyum, "Saya melihatnya di sudut taman beberapa hari yang lalu. Dia sedang hamil, jadi sepertinya sedang mencari tempat untuk melahirkan anaknya. Saya kemudian terus memberikan makan dan dia menjadi penurut kepada saya."
Primora bisa melihat perut gendut kucing itu. Rupanya dia hamil.
Tangan Daniel terlihat beberapa luka goresan. "Apakah Luka itu dari kucing itu?"
"Ah... Ini? Hehe benar, dia sedikit memberontak ketika saya bersihkan."
Primora menghela nafas. Dia rela mendapatkan luka dari kucing liar. Itu adalah sisi lain dari Pangeran Daniel yang Primora lihat.
Mereka mengobrol dengan santai.
"Kemarin..." Primora membuka obrolan lagi, "Apakah Pangeran mendengarkan percakapan saya dengan Ayah saya?"
Daniel terdiam mendengar percakapan itu, tangannya masih membelai kucing itu dengan gerakan halus. Kucing itu sepertinya terbuai dengan gerakan tangan Daniel.
Daniel ingin menyangkalnya, tapi itu tidak akan bagus. Dia tidak suka berbohong.
"Maaf Yang Mulia, saya tidak sengaja. Sungguh!"
Primora terdiam, dia masih berdiri di depan Daniel dan kucing. "Jadi begitu ya."
Daniel kemudian berdiri, dia melihat ke arah Primora.
Mata mereka bertemu. "Saya minta maaf akan hal itu."
Dibanding kata maaf, Primora malu. Dia malu kalau kehidupannya yang berantakan itu diperlihatkan didepan orang. Terlebih itu adalah orang asing di hidupnya , orang yang sekedar kenal dengannya.
Primora masih diam.
"Saya berjanji tidak akan mengatakan apapun yang saya dengar."
"Laki-laki adalah yang dipegang ucapannya. Harap Pangeran menjadi seorang laki-laki sejati."
"Ya, saya akan Yang Mulia."
Primora yang emosional lalu segera pergi meninggalkan Daniel.
Daniel sendiri sebenarnya ingin mengatakan banyak hal, ingin menghiburnya dan menenangkannya. Tapi Daniel sadar, sang Ratu butuh waktu sendiri untuk menenangkan dirinya. Dia pasti malu. Masa lalu yang dia tutupi dengan rapat kini diketahui oleh orang lain. Jadi dia paham akan hal itu.
***
Keesokan paginya, kediaman Ratu mendapatkan sebuah kiriman. Hampers makanan dari kediaman Duke Falcen Wiston.
Primora merasa heran. Ini adalah kali pertamanya selama 5 tahun dia menjadi ratu, dan selama 10 tahun dia hidup didalam istana. Sejak menjadi Putri Mahkota, Primora telah pindah dan hidup di istana. Jadi sudah lebih dari 15 tahun dia hidup di istana.
"Buka isinya."
Desi menerima perintah dari sang Ratu.
Itu adalah sup sarang burung yang berharga. Makanan itu sangat mahal dan langka. Bahkan di kehamilannya dulu, dia tidak menerima makanan seperti ini, jadi kenapa ada makanan ini dikirim untuknya dari kediaman bangsawan Ayahnya.
Juga ada tonik kesehatan dari herbal yang berharga. Buah peach yang tidak ada di negaranya, dan semangka merah tanpa biji yang diimport dari negara tetangga. Semuanya salah makanan mewah yang sangat berharga.
"Ada catatan di dalamnya Yang Mulia." Desmi memberi tahu Primora.
"Berikan padaku."
Desi menyerahkan catatan itu kepadanya.
Primora Anakku
Makanlah dengan baik, sup burung walet itu adalah kesukaanmu. Itu akan membantu meredakan masalah pencernaan mu. Kamu dulu, kalau banyak yang dipikirkan, selalu menderita masalah pencernaan. Aku harap kamu menyukai makanannya.
Jangan lupa jaga kesehatan
Ayahmu
Huh... Primora ingin tertawa. Kenapa orang ini? Apa dia menderita amnesia atau penyakit serius. Bahkan dewa pun akan tertawa sekarang. Dia bertindak sebagai Ayah yang baik sekarang? setelah sekian lama.
Primora meremas kertas itu dan membuangnya asal. Kertas itu terlempar diatas meja kerjanya.
"Buang makanan itu!"
"Tapi Yang Mulia..." makanan itu terlalu berharga, sayang kalau dibuang. Lagipula Ratu memang belum makan sama sekali. Jadi Desi sedikit khawatir.
Primora terduduk, rasanya beberapa hari ini sangat menguras emosinya sekali.
Setelah memikirkannya dengan matang, Primora berbuah pikiran. Tidak baik membuang-buang makanan.
"Berikan padaku Des."
Desi langsung tersenyum senang.
"Baik Yang Mulia."
Primora membuka mangkuk yang tertutup itu, asapnya masih mengepul. Aroma harum dan manis keluar. Primora mulai menyendok sup tersebut. Itu adalah rasa yang dia sukai, manis dan lembut. Primora memakan itu selagi hangat. Dia tidak perduli kalau ini adalah ketulusan atau tidak, tapi selama itu ditujukan kepadanya, dia akan memakan makanan berharga ini.
Desi senang, makanan yang berharga itu tidak jadi dibuang.
Di tempat lain, Robert menerima laporan. Hampers makanan datang dari kediaman rumah mertuanya. Sebelum masuk ke kediaman Ratu, isiii hampers sudah diperiksa dan semuanya berisi makanan yang berharga.
"Memangnya dia pikir di istana kekurangan makanan? Dasar keluarga yang suka menghina!"
Robert merasa sedang dihina, apakah itu artinya Ratu berkata bahwa dia disini kekurangan makanan? Emosinya tersulut dengan mudah. Karena semuanya didasar oleh kebencian yang mengakar. Segala kebaikan Primora tidak pernah terlibat dimatanya.
***
Selesai menghabiskan makanan yang dikirim dari kediaman Ayahnya, Robert datang dengan kasar. Pintunya seperti didobrak dengan keras.
Primora yang selesai makan, sedang mengelap mulutnya dengan sapu tangan.
"Hahaha... Sepertinya Ratu sangat menikmati sarapannya yang berharga."
Primora tidak tahu kalau makanan seperti ini bisa mendatangkan suaminya. Tahu begini dia akan melakukan nya sejak dulu. Karena Robert tidak pernah mengunjungi Primora sejak dulu.
"Apakah Yang Mulai sudah sarapan?" Tanya Primora dengan suasana tenang.
Huh... Robert merasa kalau istrinya itu sengaja ingin memancing emosi nya.
"Kenapa? Apa ratu mau memberikan makanannya yang berharga untukku?"
"Koki di istana memasak dengan sangat baik, tentu saja makanan dari istana selalu yang terbaik."
Nadanya seperti sebuah sarkasme.
"Apa selama kamu tidak pernah makan enak?"
Primora kemudian memandang Robert dengan tatapan tajam. "Suaminya pergi berperang, haruslah saya pesta makanan disini?"
Robert kaget mendengar nya. "Sebagai Istri dan Ratu yang pengertian, segala kondisi selalu tidak terduga. Pergi berperang tidak hanya membutuhkan banyak ksatria tapi juga logistik yang memadai, lumbung pangan harus segera dikuras karena hal tersebut. Lalu..." Kata Primora menekankan setiap tekanan pada ucapannya, "Pantaskah saya menikmati hidangan mewah seorang diri, sedangkan suaminya pergi untuk berjuang hidup dan mati?"
Jujur saja, Robert tidak pernah berpikiran sampai sana. Dia kira Primora tentu saja hidup baik-baik saja di istana.
"Sudah harus hidup dengan tirakat, menanggung rasa sabar, memiliki peran ganda untuk menjalan istana dan rasa sabar itu dibalas dengan membawa gundik yang sedang hamil."
Kata-katanya tidak pernah diprediksi oleh Robert.
"Katakan Yang Mulia, bagian mana yang salah dalam hidup saya!"
Robert terdiam, dia kesini untuk memarahinya karena menerima makanan mewah dari kediaman Ayahnya. Tapi sampai istana malah semua kata-kata nya dibalikkan.
Primora sudah cukup merasa menghargai suaminya. Toh suaminya tidak menghargainya juga. Dia hanya akan menjalankan dirinya sebagai seorang Ratu saja. Primora yang hidup dalam kungkungan belenggu istri itu sudah menyerah.
"Kau hanya bisa mengolok-olok saja!''
Frustasi, Robert pergi meninggalkan Primora.
"Memangnya kenapa kalau bisa mengolok-olok, semua kerjaku dibayar dengan cuma-cuma. Dasar Breng sek!"
Desi pun kaget, ini pertama kalinya Sang Ratu mengumpat.
setuju 👍
semoga ini bs bikin semangat othorr untuk up lg 😍😍😍😍
love se kebon thorr