🏆🥈Juara 2 YAAW S 10
" Aku akan melakukan apapun untukmu. Meski harus kembali menemui pria itu. Hidupmu adalah hidupku. Bunda mohon bertahanlah sayang. Hanya kamu hidup bunda nak. "
Akibat kesalahan semalam yang dia perbuat Kaluna melahirkan seorang putra yang ia beri nama Taraka. Ia membesarkan Tara seorang diri, namun hancur hati Kaluna saat dokter memvonis putra nya yang berusia 5 tahun ini dengan penyakit yang mengancam nyawa.
Kesehatan Taraka semakin memburuk. Dengan berat hati ia pun Akhirnya pergi mencari pria tersebut agar putranya bisa hidup lebih lama.
Bagaimana reaksi si pria saat tahu dia ternyata memiliki putra dari wanita yang bahkan sama sekali tidak dikenalnya itu?
Akankah hidup Taraka terselamatkan?
Folow IG author @anns_indri
Kalau suka jangan lupa tinggalkan like setelah membaca. Terimakasih. Like Anda dukungan terbesar bagi penulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JMB 16. Keterkejutan Yasa
Brisia memarkirkan mobilnya di basemen. Ia kemudian bergegas menuju ke unit milik Yasa. Di dalam apartemen suasana canggung dirasakan oleh Yasa dan Kaluna. Keduanya sama-sama diam, hingga akhirnya Yasa membuka pembicaraan.
" Tadi kamu mengatakan waktu itu tidak akan muncul dihadapanku lagi, bukan begitu? Lalu mengapa sekarang kau mendatangiku."
Akhirnya hal tersebut keluar juga dari mulut Yasa. Dalam cerita Kaluna, wanita itu mengatakan akan menanggung semuanya sendiri. Bukan hal itu yang Yasa permasalahkan, jika memang dirinya bersalah maka ia akan tanggung jawab. Yasa hanya merasa aneh, 6 tahun menghilang dan mengapa baru sekarang muncul. Sepertinya Yasa lupa, tadi bukannya di butik Topan mengatakan anak Kaluna sakit.
Satu hal yang saat ini ia syukuri yakni dia belum berkomitmen alias menikah dengan wanita manapun. Bagaiman jika saat Kaluna datang dia sudah menikah. Bukankah itu akan semakin sulit.
" Maaf pak, sebenarnya saya juga menginginkan hal itu. Tapi keadaan membuat saya harus menemui bapak. Tapi saya berjanji, jika bapak mau membantu saya, saya tidak akan mencampuri urusan pribadi bapak."
Yasa sungguh tidak tahu jalan pikiran wanita di depannya itu. Tapi untuk saat ini dia akan membiarkan kaluna berpikir sesuka hatinya.
" Lalu apa alasannya kamu mencari ku?"
" Taraka Abyaz, putra saya sakit leukimia. Kondisinya sekarang sangat drop dan membutuhkan donor sumsum tulang belakang dari ayah kandungnya. Dan Anda lah harapan satu-satunya Tara untuk sembuh."
Nguiiiiiiing
Lagi, Yasa mencengkeram kepalanya yang berdenyut hebat. Semua yang dikatakan Kaluna layaknya sebuah dongeng yang kadang tidak bisa dicerna akal sehat. TIba-tiba ia didatangi wanita yang mengaku pernah berhubungan dengannya, dan kini ia mengetahui fakta bahwa ia punya putra. Dimana putranya sakit parah. Sungguh Yasa belum bisa menerima itu semua.
Pria itu menjatuhkan tubuhnya di sofa. Sejak tadi dia terus berdiri sambil menunggu orang yang dimaksud Kaluna datang.
" Selamat malam semuanya."
Yasa dan Kaluna langsung menoleh ke arah sumber suara. Brisia masuk dan tersenyum kepada sahabat dan mantan dosennya itu. Ia mengucapkan salam kembali. Yasa tentu ingat siapa Brisia yang merupakan mahasiswanya.
" Kamu kan~"
" Iya pak Saya Brisia Alin Winkler, mahasiswa bapak di semester 1 dan 2. Sama sebenarnya Kaluna juga mahasiswa bapak. Tapi Kaluna memutuskan DO saat tahu dirinya hamil."
Yasa memejamkan matanya kembali saat Brisia menegaskan apa yang terjadi di masa lalu tersebut. Rasa pusing di kepalanya masih bersarang di sana. Brisia tentu bisa melihat hal itu, ia pun lalau memberikan obat kepada yasa.
" Sebaiknya bapak minum ini dulu."
Tampaknya ini merupakan salah satu efek samping yang daddy nya katakan. Hal tersebut harus segera dicegah sebelum Yasa semakin parah merasakan sakit nya.
" Apa ini?"
" Penawar yang terlambat. Apa bapak merasa ada yang hilang dan kesulitan mengingat sesuatu? Ini akan membantu bapak menemukan hal yang hilang di masa lalu." Yasa mengangguk dengan apa yang dikatakan Brisia, ia merasakan semuanya tersebut.
" Maaf pak, kami dulu memberi bapak formula penghapus ingatan. Maka dari itu bapak tidak bisa mengingat apapun mengenai Kaluna dan apa yang terjadi saat itu."
Yasa membulatkan matanya tidak percaya. Ia ingat saat itu dirinya terbangun di sofa dengan pakaian lengkap. Satu pikiran yang aneh langsung masuk ke dalam otaknya. Ia lalu mendekap tubuhnya sendiri.
" Jadi kalian yang ~"
Kaluna dan Brisia mengangguk. Yasa semakin tidak habis pikir dengan semua yang terjadi.
" Kalau kami biarin bapak polos, ntar bapak masuk angin, kan repot."
Astaga, mulut Brisia benar-benar tidak di filter. Yasa sudah malu tidak ketulungan membayangkan tubuhnya dilihat oleh dua orang wanita yang ada di depannya.
" Baiklah sekarang kamu mau saya bagiamana?"
🍀🍀🍀
Raffan dan Vanka berada di mushola rumah sakit. Keduanya terus menerus berdoa untuk kesembuhan sang cucu. Berharap agar pria yang merupakan ayah kandung Tara mau mendonorkan sumsum tulang belakangnya.
" Ya Rabb, jika boleh biarkan aku saja yang merasakan semua ini. Aku mohon sembuhkan lah cucuku."
Air mata Vanka terus merembes keluar membasahi pipinya. Berjuta sesal benar-benar ada di hatinya. Pun dengan Raffan. Pria paruh baya itu tak kuasa menahan tangisnya juga. Memang yang namanya penyesalan selalu berada di akhir. Namun kembali lagi seperti apa yang dia katakan dulu, nasi sudah jadi bubur. Tinggal ditambah komponen saja agar bisa dimakan dnegan nikmat.
Di sisi lain Yasa saat ini sudah di depan ruang ICU bersama Kaluna. Sedari tadi wanita itu terus menunduk. Air matanya selalu akan jatuh saat melihat kondisi sang putra.
" Dia putraku?"
Aneh memang, merasa tidak membuahi tapi sudah muncul buah yang begitu besar. Tidak pernah merasa menanam tapi di depan matanya terpampang jelas hasil dari benih nya. Terlebih saat pria itu masuk menemui Tara. Ada rasa yang tidak bisa ia lukiskan. Ada sebuah keterkaitan di hatinya terhadap bocah yang terbaring lemah tersebut.
Yasa memberanikan diri menyentuh tangan Tara dan menggenggamnya. Tangan mungil itu benar-benar lemah. Dada Yasa sesak saat melihat bocah kecil itu, air mata Yasa tak kuasa jatuh dna mengenai punggung tangan Tara.
" Apa kau ayah ku?"
" Hay boy, ya aku ayah mu."
Senyum Tara mengembang sempurna. Bocah itu tentu sangat senang. Tara melihat dengan seksama wajah pria yang menggenggam tangannya, ia yakin bahwa pria itu ayahnya saat melihat garis wajah yang mirip dengan wajahnya.
" Alhamdulillaah Allaah mengabulkan doa Tara. Jika begini Tara bisa pergi dengan tenang. Bunda tidak akan menangis lagi dan tidak akan sendirian."
Tuuuuuuuut
Suara layar monitor sungguh nyaring. Sebuah garis lurus muncul di sana. Yasa tentu sangat terkejut apalagi Kaluna, wanita itu ingin menyerobot masuk tapi dirinya sudah ditahan oleh tim medis agar menunggu diluar
" No boy, jangan pergi. Ayah baru bertemu dnegan mu."
" Kak, kakak keluar dulu. Biar kami yang menangani ini."
Nataya bisa melihat bagaimana piasnya wajah sang kakak. Yasa keluar ruangan tersebut dengan tubuh yang lemas. Tapi ia mencoba untuk tegap berdiri saat melihat Kaluna yang sudah jatuh terduduk di lantai sambil terisak.
" Aku mohon jangan ambil putraku Rabb. Dia milikku satu-satunya. Aku mohon Rabb aku mohon."
" Kal, mari berbaik sangka kepada Allaah."
Yasa memberanikan diri menyentuh tubuh Kaluna dan membawanya untuk duduk. Pria itu menepuk punggung Kaluna dengan lembut. Bisa dia lihat bagaimana terpukulnya Kaluna. Ada rasa bersalah dalam diri Yasa, ia sungguh melewatkan banyak hal ia juga pasti menorehkan luka untuk wanita disampingnya itu. Walaupun dia melupakan banyak hal, seharusnya ia berusaha mencari tahu lebih keras lagi.
" Maafkan saya Kaluna, kalian pasti hidup menderita."
Satu kalimat itu meluncur juga dari mulut Yasa. Kaluna sendiri tidak bisa menyalahkan Yasa, semua adalah akibat kesalahan dan kebodohannya. Andaikan waktu bisa diulang maka dia tidak akan sembarangan menyanggupi tantangan Klara. Tapi ada satu hal yang tidak ia sesali yakni memiliki Tara, baginya Tara adalah sesuatu anugrah yang diberikan Sang Pencipta baginya.
" Kak, aku harus menyampaikan sesuatu."
Yasa dan Kaluna berdiri bersamaan saat Nataya keluar dari raung tersebut. Raut wajah Nataya menyiratkan ada hal kurang baik yang akan ia sampaikan.
" Taraka ~"
TBC