NovelToon NovelToon
Perfect Love Revenge

Perfect Love Revenge

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Mengubah Takdir
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Sinopsis

Rania, seorang gadis desa yang lembut, harus menanggung getirnya hidup ketika Karmin, suami dari tantenya, berulang kali mencoba merenggut kehormatannya. Belum selesai dari satu penderitaan, nasib kembali mempermainkannya. Karmin yang tenggelam dalam utang menjadikan Rania sebagai pelunasan, menyerahkannya kepada Albert, pemilik sebuah klub malam terkenal karena kelamnya.

Di tempat itu, Rania dipaksa menerima kenyataan pahit, ia dijadikan “barang dagangan” untuk memuaskan para pelanggan Albert. Diberi obat hingga tak sadarkan diri, Dania terbangun hanya untuk menemukan bahwa kesuciannya telah hilang di tangan seorang pria asing.

Dalam keputusasaan dan air mata yang terus mengalir, Rania memohon kepada pria itu, satu-satunya orang yang mungkin memberinya harapan, agar mau membawanya pergi dari neraka yang disebut klub malam tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 11

"Tuan Airon, terima kasih banyak sudah membelikan baju-baju ini untuk saya," ucap Rania sungguh-sungguh. Matanya yang bening menatap Airon dengan binar syukur yang tak mampu ia sembunyikan. Baginya, pakaian-pakaian ini bukan sekadar kain, melainkan seutas martabat yang dikembalikan setelah sekian lama ia terpuruk dalam kehinaan.

"Hem..," Airon hanya bergumam pendek. Ia tetap terpaku pada layar laptopnya, tak sudi menoleh barang sedetik pun. Di balik kacamatanya, ia berjuang keras mengendalikan degup jantung yang mendadak tidak beraturan. Ia tak ingin Rania tahu bahwa gaun putih itu telah menyulapnya menjadi sosok yang begitu mempesona hingga Airon merasa dunianya sedikit berputar.

"Kalau begitu, saya permisi, Tuan Airon." Rania membungkuk sopan lalu melangkah masuk ke dalam vila. Ia tak ingin hanya berdiam diri seperti pajangan mahal. Rasa bosan mulai merayap, dan berdiam diri di kamar hanya akan membuatnya merasa seperti orang bodoh yang tak berguna.

Rania pun mulai mencari kesibukan. Ia mengambil kain lap, membasahinya, dan mulai menggosok sudut-sudut vila. Ia bolak-balik dengan telaten, meski sebenarnya lantai marmer itu sudah cukup bersih untuk dijadikan cermin. Namun, Rania butuh pelarian. Pekerjaan rumah adalah satu-satunya hal yang membuatnya merasa memegang kendali atas hidupnya sendiri.

Saat ia sedang berjongkok mengelap lantai, bayangan tubuh tinggi besar menaunginya. Airon lewat menuju dapur, langkahnya terhenti tepat di samping Rania. Tanpa berkata-kata, ia meletakkan peralatan pel modern di samping gadis itu.

"Pakai ini," perintah Airon singkat. Suaranya dingin, namun ada secercah perhatian tersembunyi di sana. Ia tampaknya jengah melihat Rania harus menyiksa lututnya hanya untuk mengelap lantai vila yang luas itu.

"Terima kasih, Tuan," sahut Rania cepat sembari mengambil alat pel tersebut. Ia merutuki kebodohannya sendiri karena tidak terpikir untuk mencari alat itu sejak tadi.

Airon meninggalkan Rania tanpa sepatah kata lagi, menaiki lantai atas dengan ekspresi datar yang sudah menjadi ciri khasnya. Namun, dari balkon lantai dua, ia berhenti sejenak. Matanya tertuju pada sosok di bawah sana yang kembali mengepel dengan penuh semangat, bahkan sesekali mendendangkan lagu kecil yang terdengar damai.

Airon tak menyangka jika ada perempuan yang bisa tampak begitu bahagia hanya karena sebatang kain pel. Di dunianya, wanita biasanya menuntut tas bermerek atau perhiasan berlian. Tapi Rania? Dia tampak puas hanya dengan kebersihan. Tanpa Airon sadari, sudut bibirnya menyunggingkan senyum tipis, sebuah senyuman yang sangat langka bagi pria sekeras dirinya.

Makan Siang dan Keheningan yang Canggung

Lelah bekerja, Rania merebahkan tubuhnya di kasur empuk kamarnya. Namun, baru saja ia hendak memejamkan mata, suara bariton Airon menggelegar dari bawah.

"Rania...!"

"Rania...!"

Rania tersentak, rasa kantuknya hilang seketika. Dengan tergesa-gesa, ia turun ke lantai bawah menemui tuannya. "Iya, Tuan?"

"Lagi apa kamu?! Kamu tidak dengar saya panggil dari tadi?!" Suara Airon meninggi, matanya menatap tajam menunjukkan ketidaksabaran.

"Maaf, Tuan, tadi saya sedang di kamar mandi," jelas Rania gemetar. Ia baru saja membersihkan diri setelah mengurus rumah.

Airon mendengus, lalu menunjuk ke arah meja makan yang sudah penuh dengan bungkusan makanan mewah yang dipesannya. "Di meja ada makanan. Siapkan, lalu kita makan bersama."

Rania tertegun. Ini adalah pertama kalinya setelah seminggu ia tinggal di sini, Airon mengajaknya makan bersama di satu meja. Mungkin karena hari ini adalah akhir pekan, hari di mana pria itu tidak terikat dengan jadwal kantor yang gila.

Suasana makan siang itu diselimuti keheningan yang kaku. Hanya terdengar denting sendok dan garpu milik Airon yang beradu dengan piring porselen. Rania makan dengan elegan namun sederhana, ia lebih memilih menggunakan tangannya untuk menyuap, sebuah kebiasaan dari desa yang sulit hilang. Sementara itu, Airon makan dengan gaya bangsawan, matanya sesekali melirik Rania yang duduk tertunduk di hadapannya. Tak ada pembicaraan, hanya ada dua jiwa yang terjebak dalam kepentingan masing-masing.

Malam tiba membawa hembusan angin dingin yang menusuk. Rania sudah bersiap untuk tidur, berharap hari ini ditutup dengan ketenangan. Namun, pintu kamarnya diketuk dengan kasar.

"Ikut ke kamar saya," perintah Airon yang berdiri di ambang pintu tanpa baju atasan.

"Baik, Tuan." Rania segera bangkit. Ia tak berani membantah atau berlambat-lambat. Luka dan kekasaran yang pernah ia terima semalam masih segar di ingatannya. Ia mengikuti langkah Airon dari belakang. Saat masuk ke kamar utama, Rania sontak menutup matanya dengan tangan saat melihat Airon dengan santai menanggalkan sisa pakaiannya.

"Lagi apa kamu? Sini, pijit saya," suruh Airon.

Rania bernapas lega. Ternyata hanya pijatan. Ia mendekat dengan ragu-ragu ke arah tempat tidur king size.

"Cepat, jangan seperti kura-kura!" bentak Airon yang sudah berbaring tengkurap.

Rania menaiki kasur itu, tangannya yang mungil mulai menyentuh punggung berotot yang terasa seperti beton. "Punya tenaga tidak sih kamu, Rania?!" Airon kembali mengeluh karena pijatan Rania terasa terlalu lembut baginya.

Rania mengerahkan seluruh tenaganya, menekan titik-titik kaku di pundak pria itu. "Atas lagi... betis saya juga," perintah Airon beruntun. Namun, Rania tidak menyadari bahwa semua ini hanyalah akal-akalan Airon saja.

"Atas lagi." perintah Airon agar tangan Rania naik ke atas pahanya.

"Kamu tahu, Rania? Kamu benar-benar menggairahkan," bisik Airon tiba-tiba sembari berbalik badan dan menarik Rania ke dalam dekapannya yang kuat.

Dress putih yang dipakai Rania benar-benar telah meruntuhkan pertahanan Airon. Ia sudah berusaha menahan diri sepanjang hari, namun hasratnya kini meledak. "Tuan Airon, jangan! Saya mohon..." Rania meronta, namun tangisannya tak lagi didengar. Di bawah penerangan lampu tidur yang remang.

"Kamu harus menurut Rania. itu harga yang harus kamu bayar." Bisik Airon.

Rania kembali harus merelakan tubuhnya diklaim oleh pria yang belum sah menjadi miliknya.

Setelah badai itu reda, Rania meringkuk di kamar mandi bawah pancuran air. Ia menangis tersedu-sedu, memeluk tubuhnya sendiri yang terasa kotor. Hatinya perih karena lagi-lagi ia terjebak dalam hubungan tanpa ikatan, tanpa harga diri.

Hari Senin kembali menyapa. Di kantor pusat perusahaannya, Airon duduk di balik meja kerja mahalnya. Namun, pikirannya tidak tertuju pada berkas-berkas di hadapannya. Ia melamun, membayangkan kembali wajah Rania yang basah oleh air mata semalam, yang terus-menerus memohon hal yang sama.

"Nikahi saya, Tuan... tolong halalkan saya..."

Suara Rania terus terngiang, menghantui setiap sudut pikirannya. Nama gadis itu terus berputar-putar di benaknya.

"Rania..." gumam Airon lirih.

Ia begitu tenggelam dalam lamunan hingga tak menyadari kehadiran Ergan yang sudah berdiri di depannya.

"Tuan..." panggil Ergan untuk ketiga kalinya. Tak ada jawaban.

"Tuan!" Teriak Ergan akhirnya, nekad menghadapi kemarahan bosnya.

Airon tersentak, matanya menajam. "Apa?!"

"Tuan sepertinya sedang memikirkan hal yang sangat penting. Saya sudah mengetuk pintu berkali-kali, tapi Tuan tidak sadar," ujar Ergan sedikit heran.

"Ada apa kamu ke sini?" tanya Airon, mencoba menormalkan suaranya yang sempat meninggi.

"Ini berkas yang harus Anda tanda tangani, Tuan." Ergan menyodorkan beberapa dokumen penting. Airon menandatanganinya dengan cepat, seolah ingin segera mengakhiri interaksi itu.

"Ada lagi?" tanya Airon setelah selesai.

"Hanya itu, Tuan. Saya permisi." Ergan berbalik dan berjalan menuju pintu. Namun, sebelum tangannya menyentuh gagang pintu, suara Airon menghentikannya.

"Ergan, tunggu."

Ergan berbalik, menatap wajah serius Airon. Suasana di ruangan itu mendadak menjadi sangat tegang.

"Iya, Tuan?"

Airon menghela napas panjang, sebuah keputusan besar akhirnya keluar dari bibirnya yang kaku. "Carikan saya penghulu. Sekarang."

Ergan mematung. Matanya membulat tak percaya. Apakah bosnya yang dikenal anti-komitmen itu benar-benar akan menikah? Dan siapa wanita yang berhasil menaklukkan hati singa ini? Namun, ia tahu satu hal: perintah Airon adalah mutlak.

Pesan Author

Halo para pembaca setia! Konflik semakin memuncak, apakah pernikahan ini akan menjadi awal kebahagiaan atau justru penjara baru bagi Rania? Mohon bijak dalam membaca (21+). Terima kasih atas dukungan kalian, salam sayang Author!

1
Bintang Nabila
bagus sih ini. kita kayak nonton drama, aku bisa bayangin adengannya. untuk author keren sih
Lingga Ganesa
mantappuuuuuu thorrrrrrr
Ririn Wati
Good novel thor
Syifa Nabila
Keren sih ini
Bestreetg
karya author is the best
Lela Alela
🥳🥳🥳🥳🥳🥳
Delisa
Bagus banget jalan ceritanya kak author
Delisa
Bagus banget jalan ceritanya kak author
partini
ya kalau dah merasa kamu sebagai asisten ya harus menjaga dong ,be smart don't be stupid lah Edgar
masa tangan kanan ga punya rencana 🤦🤦
Ariany Sudjana
apapun yang terjadi Rania, tetap percaya sama Airon, apalagi sudah ada calon pelakor hadir di kantor
Ariany Sudjana
puji Tuhan, hubungan Rania dan Airon sudah lebih baik dan mereka saling mencintai 😄
partini
ko sama Thor
Ariany Sudjana
ini gimana sih penulisnya, bab 21 dan 22, kok sama isinya? hanya sedikit beda di akhir
Ariany Sudjana
semoga Rania tetap sabar yah mendampingi Airon, apalagi sekarang pelakor murahan sudah muncul, pasti akan selalu meneror Riana
Ariany Sudjana
foto itu foto masa kecil Airon dan Rania yah?
partini
ini Casanova patah hati karena wanita weleh 😂😂😂😂
partini
apa Arion Suka lobang sana sini yah 🙄agak lupa TK kira dia frustasi Karnena di tinggal cewenya
partini
pawangnya di temukan kuntinya berdatangan 😂😂😂
Mayya
Best sih menurut aku
Delila
Good banget ceritanya Thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!