NovelToon NovelToon
THE SECRETARY SCANDAL

THE SECRETARY SCANDAL

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Playboy / Obsesi / Kehidupan di Kantor / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: NonaLebah

Dia mendengar kalimat yang menghancurkan hatinya dari balik pintu:
"Dia cuma teman tidur, jangan dibawa serius."

Selama tiga tahun, Karmel Agata percaya cintanya pada Renzi Jayawardhana – bosnya yang jenius dan playboy – adalah kisah nyata. Sampai suatu hari, kebenaran pahit terungkap. Bukan sekadar dikhianati, dia ternyata hanya salah satu dari koleksi wanita Renzi.

Dengan kecerdasan dan dendam membara, Karmel merancang kepergian sempurna.

Tapi Renzi bukan pria yang rela kehilangan.
Ketika Karmel kembali sebagai wanita karir sukses di perusahaan rival, Renzi bersumpah merebutnya kembali. Dengan uang, kekuasaan, dan rahasia-rahasia kelam yang ia simpan, Renzi siap menghancurkan semua yang Karmel bangun.

Sebuah pertarungan mematikan dimulai.
Di papan catur bisnis dan hati, siapa yang akan menang? Mantan sekretaris yang cerdas dan penuh dendam, atau bos jenius yang tak kenal kata "tidak"?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonaLebah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7

Enam bulan telah berlalu sejak Karmel bergabung. Perubahan yang terjadi pada perusahaan tambang nikel keluarga ini bagai sihir. Ruang rapat yang dulu sering dipenuhi wajah takut para direktur, kini berganti dengan optimisme.

Karmel berdiri elegan di depan proyektor, pointer di tangannya menunjuk grafik produksi yang terus menanjak. "Kita baru saja menandatangani kontrak jangka panjang dengan BlueStar Steel China," ujarnya dengan suara jelas, penuh wibawa. "Mereka tidak hanya membeli nikel mentah, tapi bersedia membangun smelter di sini dengan skema bagi hasil. Ini menguntungkan karena kita tidak perlu mengeluarkan modal besar untuk memenuhi aturan hilirisasi."

Mata Tomi Atmaja yang duduk di kepala meja berbinar bangga. Cara Karmel bekerja sungguh di luar ekspektasi. Dia bukan sekadar sekretaris yang terampil mengatur jadwal, tapi memiliki pemahaman bisnis yang mendalam. Karmel melanjutkan presentasinya, menjelaskan dengan gamblang bagaimana dia berhasil meyakinkan investor dari Jepang untuk menyuntikkan dana segar dengan menjanjikan suplai nikel grade A untuk baterai kendaraan listrik.

"Lobi yang saya lakukan bukan sekadar janji," jelas Karmel sambil menekan tombol berikutnya, menampilkan dokumen analisis pasar. "Saya tunjukkan pada mereka data bahwa cadangan nikel kita memiliki kandungan cobalt yang lebih tinggi dari rata-rata, yang sangat bernilai untuk industri EV. Plus, saya sudah pastikan semua sertifikat lingkungan dan perizinan tambang kita sudah clean, jadi tidak ada risiko di tengah jalan."

Para direktur lain mengangguk-angguk, terkagum-kagum. Dalam waktu singkat, Karmel telah menguasai kompleksitas bisnis tambang nikel—mulai dari hulu ke hilir, dari teknik ekstraksi hingga strategi marketing komoditas.

***

Matahari sore menyinari kantor Tomi yang dipenuhi maket site tambang dan sertifikat-sertifikat lama. Tomi memandangi Karmel yang sedang merapikan dokumen sebelum pulang.

"Karmel, ada waktu sebentar?" panggil Tomi lembut.

"Baik, Pak." Karmel mendekat, duduk di hadapan sang direktur.

Tomi menghela napas dalam-dalam, matanya berkaca-kaca. "Saya mau mengucapkan terima kasih. Lima bulan lalu, perusahaan ini hampir kolaps. Hutang menumpuk, tender-tender penting gagal kita menangkan. Tapi lihat sekarang..." tangannya menunjuk ke luar jendela, ke arah halaman dimana truk-truk pengangkut bijih nikel lalu lalang dengan riuh. "Berkat kamu, kita nggak hanya selamat, tapi mulai berkembang."

Karmel tersenyum kecil. "Saya hanya melakukan pekerjaan saya, Pak."

"Mel, ini lebih dari itu." Tomi bersikukuh. "Karena itu, mulai besok, saya angkat kamu sebagai Manager Business Development dan Strategic Partnership."

Karmel terkejut. "Pak, saya... saya nggak pantas. Jabatan itu terlalu tinggi."

"Mel, kamu pantas!" tegas Tomi, matanya penuh keyakinan. "Anggap ini sebagai ucapan terimakasih saya karena berkat kamu, perusahaan ini kini mulai stabil."

Tomi berdiri dan berjalan mendekati jendela. "Saya sangat mencintai perusahaan ini. Beberapa waktu lalu perusahaan ini hampir tumbang. Tapi coba lihat sekarang." Ia menoleh, memandangi Karmel dengan penuh kekaguman. "Memberi kamu posisi saat ini hanya sedikit cara saya untuk balas budi."

Karmel diam sejenak, mempertimbangkan. Dia melihat ketulusan di setiap kerutan wajah Tomi. Ini bukan sekadar promosi, tapi bentuk penghargaan yang tulus. Akhirnya, dengan keyakinan penuh, dia mengangguk.

"Baik, Pak. Terima kasih atas kepercayaannya."

***

Suara gemerincing sendok dan garpu serta bisik-bisik para eksekutif memenuhi udara restoran mewah di lantai 56 itu. Renzi dan Herry duduk di sudut dengan pemandangan kota Jakarta yang memukau di balik kaca panoramik. Renzi dengan santai menyuapkan sepotong daging premium ke mulutnya, wajahnya tetap cool seperti biasa.

"Lo udah denger berita soal Karmel?" tanya Herry, memecah kesunyian di antara mereka.

Renzi mengunyah perlahan sebelum menjawab, "Sedikit." Matanya yang tajam tak berkedip, memberikan isyarat bahwa sebenarnya ia tahu lebih banyak dari yang diakuinya.

Herry menyeringai, "Salah satu tender besar nikel dari China dimenangin sama perusahaan Atmaja." Dia menggeleng-geleng, "Padahal itu cuma perusahaan kecil, bahkan belum selevel anak perusahaan JMG."

Renzi akhirnya tertawa kecil, "Jadi kantor lo kalah tender sama perusahaan tambang kecil?" Ejekannya halus tapi tepat sasaran.

"Kalah karena Karmel, tepatnya," sahut Herry, nada suaranya mulai sinis. "Dan lo tau? Sekarang Karmel menjabat jadi Manager Pengembangan." Dia memandang Renzi dengan tatapan penuh arti, "Dia emang cerdas sih. Daripada bertahun-tahun cuma jadi simpanan dan sekretaris, dia sekarang malah bisa jadi direktur di tempat lain."

Sindiran itu mengenai sasaran. Renzi meletakkan sendoknya dengan agak keras, hingga sedikit berdentang. Wajahnya yang biasanya maskulin dan tegas berkerut sebentar. Herry tahu persis di mana lukanya.

Tapi Herry belum selesai. "Kamis besok ada proses lelang tender untuk Green Energy Corp. Perusahaan Jerman yang strict banget. Dari sumber gw, mereka sudah melakukan pendekatan dengan Karmel. Gw rasa bakal kalah lagi kalau harus melawan dia."

Mendengar itu, mata Renzi yang dingin tiba-tiba berbinar. Sebuah ide muncul di kepalanya yang jenius. "Kalau gitu kasih berkas datanya ke gue," ujarnya, suaranya percaya diri. "Biar gue yang bantu lo menangin proses tender kali ini."

Dia mengambil gelas wine-nya, memutar-mutar cairan merah di dalamnya. "Karmel emang cerdas," akunya, tapi kemudian senyum tipis yang khas muncul di bibirnya, "Tapi nggak lebih pintar dari gue."

Herry akhirnya tersenyum lega. Inilah yang ia tunggu - pertarungan antara dua jenius yang pernah saling mencintai, sekarang berhadapan di medan bisnis. Dan ia tahu, Renzi adalah satu-satunya yang bisa mengimbangi bahkan mengalahkan Karmel.

1
Forta Wahyuni
jd males bacanya, pemeran wanitanya walau cerdas tpi tetap harga dirinya bisa diinjak2 oleh lelaki jenius tapi murahan.
muna aprilia
lanjut 👍
Forta Wahyuni
hebat Renzi bilang karmel murahan n dia tak tau diri krn tunjuk satu lg menunjuk tepat ke mukanya bahwa dia juga sampah. lelaki jenius tapi burungnya murahan n bkn lelaki yg berkelas n cuma apa yg dipki branded tapi yg didalam murahan. 🤣🤣🤣🤣
Forta Wahyuni
knapa critanya terlalu merendahkan wanita, harga diri diinjak2 n lelakinya boleh masuk tong sampah sembarangan. wanitanya harus tetap nerima, sep gk punya harga diri n lelaki nya jenius tapi burungnya murahan. 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!