NovelToon NovelToon
KESALAHAN PENGHANCUR MASA DEPAN

KESALAHAN PENGHANCUR MASA DEPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Nikahmuda / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mardianna

Di tahun terakhir mereka sebagai siswa kelas 3 SMA, Karin dan Arga dikenal sebagai musuh bebuyutan. Mereka sering bertengkar, tidak pernah sepakat dalam apapun. Namun, semua berubah di sebuah pesta ulang tahun teman mereka.

Dalam suasana pesta yang hingar-bingar, keduanya terjebak dalam momen yang tidak terduga. Alkohol yang mengalir bebas membuat mereka kehilangan kendali, hingga tanpa sengaja bertemu di toilet dan melakukan sebuah kesalahan besar—sebuah malam yang tidak pernah mereka bayangkan akan terjadi.

Setelah malam itu, mereka mencoba melupakan dan menganggapnya sebagai kejadian sekali yang tidak berarti. Namun, hidup tidak semudah itu. Beberapa minggu kemudian, Karin mendapati dirinya hamil. Dalam sekejap, dunia mereka runtuh.

Tak hanya harus menghadapi kenyataan besar ini, mereka juga harus memikirkan bagaimana menghadapinya di tengah sekolah, teman-teman, keluarga, dan masa depan yang seakan hancur.

Apakah mereka akan saling menyalahkan? Atau bisakah kesalahan ini menjadi awal dari sesuatu yang tidak terduga? Novel ini mengisahkan tentang penyesalan, tanggung jawab, dan bagaimana satu malam dapat mengubah seluruh hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardianna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketakutan

Rasa takut semakin kuat, mengoyak perasaannya. Dia tahu bahwa hidupnya akan berubah total jika dia benar-benar hamil. Keluarganya, terutama ayah dan ibunya, pasti akan kecewa.

Karin tidak sanggup membayangkan wajah kedua orang tuanya ketika mereka tahu apa yang telah terjadi.

Karin: berbicara dalam hati, penuh rasa bersalah "pah. Mah kalian pasti sakit hati banget kalau tahu. Aku udah ngecewain kalian..."

Air matanya kembali jatuh. Dia merasakan beban yang tak tertahankan, seolah dunianya runtuh di hadapannya.

Besok, jawaban atas ketakutannya akan segera terungkap. Entah dia akan merasa lega, atau ketakutan terbesarnya menjadi kenyataan.

Karin: dalam hati, penuh kecemasan "Tolong... semoga besok gue PMS... semoga semua ini cuma ketakutan gue aja..."

——

Malam itu, di tempat yang berbeda, Arga berbaring di atas tempat tidurnya, tapi matanya terbuka lebar.

Pikirannya tak bisa berhenti memikirkan Karin dan apa yang mungkin sedang dia rasakan. Rasa bersalah terus menghantui, membuatnya merasa seolah sedang ditelan kegelapan.

Arga: berbicara pada dirinya sendiri, penuh kegelisahan "Besok tanggal 15... apa Karin bakal PMS?"

Pikiran itu menghantam Arga dengan keras. Malam liburan yang seharusnya menjadi momen kebersamaan kini menjadi bayang-bayang kelam yang tak bisa dia singkirkan. Dia tahu bahwa kemungkinan terburuk sedang menghantui mereka berdua.

Arga: menggigit bibirnya, suaranya terdengar serak "Gue nggak mau ini terjadi... gue nggak bisa bikin hidup Karin hancur kayak gini."

Dia mencoba untuk menghubungi Karin beberapa kali tadi siang, tapi tak satu pun panggilan diangkat.

Bahkan, sekarang nomor teleponnya sudah diblokir. Arga tahu Karin membenci dirinya, dan dia tidak menyalahkannya. Dia menyesal telah membiarkan semuanya terjadi, tapi sekarang tak ada jalan kembali.

Arga: bergumam pelan, penuh penyesalan "Karin... gue nggak bermaksud ngerusak hidup lo. Gue harap lo masih bisa maafin gue..."

Namun, yang paling menghantui Arga malam itu adalah ketakutan akan kenyataan yang mungkin dihadapi esok hari.

Jika Karin tidak PMS, itu artinya sesuatu yang jauh lebih besar telah terjadi, sesuatu yang akan mengubah hidup mereka selamanya.

Arga: dalam hati, penuh kecemasan "Tolong, semoga besok dia PMS... semoga kita nggak harus menghadapi hal yang lebih buruk."

Arga menatap langit-langit kamarnya, perasaannya campur aduk antara kecemasan dan penyesalan.

Meskipun dia tahu besok akan memberikan jawaban, malam ini terasa seperti tak berujung, dipenuhi bayang-bayang kekhawatiran yang tak kunjung reda.

Keesokan harinya, Karin memutuskan untuk pergi ke sekolah. Tubuhnya sudah tidak selemah hari-hari sebelumnya, dan dia merasa bahwa terus-terusan mengurung diri di kamar hanya akan membuat pikirannya semakin kacau. Dia tak mau terus tenggelam dalam ketakutan, apalagi kalau sampai hal itu membuat siklus PMS-nya tidak lancar.

Karin: berbicara pada diri sendiri saat melihat bayangannya di cermin, dengan nada pelan "Gue harus sekolah. Nggak boleh terus kayak gini."

Dia menghela napas panjang, berusaha menata emosinya. Meski hati dan pikirannya masih kalut, dia tahu bahwa berada di rumah sendirian justru memperburuk keadaan.

Setelah mengatur seragamnya, Karin bersiap untuk berangkat. Di perjalanan, dia terus berusaha menenangkan dirinya, berharap bahwa hari ini bisa membantunya melupakan sejenak kecemasannya.

Saat sampai di sekolah, suasana tampak seperti biasa. Teman-teman Karin sedang bercanda di depan gerbang, berbicara tentang tugas dan rencana liburan. Namun, Karin merasa berbeda, seolah ada beban tak terlihat yang terus dia bawa.

Begitu masuk kelas, dia bertemu dengan gengnya. Intan, Bella, Sarah, dan Revi langsung menghampiri.

Intan: tersenyum sambil memeluk Karin "Akhirnya masuk juga!.”

Karin tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kepedihannya.

Karin: dengan nada ringan "Iya, kemarin lemes aja. Sekarang udah mendingan."

Bella: bercanda sambil menatap Karin dengan mata lebar "Wah, jangan-jangan kamu ada yang dipikirin ya, Karin?.”

Karin hanya tertawa kecil, walau di dalam hati canda itu malah membuatnya semakin cemas. Dia berusaha menata perasaannya dan ikut dalam obrolan, meski pikirannya masih terus mengitari hal yang sama, hari ini jadwal PMS-nya. Dia berharap semua berjalan normal. Jika tidak, entah bagaimana dia harus menghadapi kenyataan.

Sambil melanjutkan hari di sekolah, Karin terus berusaha fokus pada pelajaran, tetapi pikirannya sesekali berlari kembali ke malam liburan itu, membuatnya merasa gelisah.

Jam istirahat tiba, suasana kantin mulai ramai dengan siswa-siswi yang sedang makan dan bercanda satu sama lain.

Karin berjalan ke arah bangku di pojok kantin, ingin menghabiskan istirahatnya sendiri, namun dari jauh dia sudah melihat sosok yang tak ingin dia temui hari ini, Arga.

Karin berusaha menghindari tatapan Arga, tapi dia tahu bahwa percuma. Arga berjalan cepat ke arahnya dan tanpa basa-basi menghampirinya.

Arga: dengan suara tenang tapi tegas "Karin, gue mau ngobrol."

Karin hanya memandangnya sebentar, lalu berbalik dan mencoba pergi.

Karin: dengan nada datar "Gue nggak mau ngomong sama lo."

Arga tak menyerah, dia meraih pergelangan tangan Karin dan menariknya, membuat Karin terhenti. Namun, gerakan itu membuat Karin meringis kesakitan.

Karin: dengan suara tertahan, kesal "Lepasin! Sakit, Arga!"

Arga langsung melonggarkan genggamannya, terlihat cemas. Wajahnya berubah serius, dia menatap Karin dengan tatapan penuh kekhawatiran.

Arga: dengan suara pelan, hampir berbisik "Karin... hari ini lo PMS belum?"

Karin terkejut mendengar pertanyaan itu. Dia merasa seakan-akan seluruh dunia berhenti bergerak untuk beberapa detik. Rasa malu, marah, dan takut campur aduk di dalam dirinya.

Karin: dengan suara tajam, penuh kemarahan "Kenapa lo nanya kayak gitu?!"

Arga menatapnya penuh penyesalan.

Arga: suara lemah, masih berbisik "Gue cuma khawatir, Karin..."

Karin tak tahan lagi. Dia menarik tangannya dari genggaman Arga dan mundur beberapa langkah.

Karin: dengan suara bergetar "Gue gamau bahas ini sekarang.”

Dengan penuh emosi, Karin berlari menjauh, meninggalkan Arga yang hanya bisa berdiri di sana dengan tatapan kosong, tak tahu harus berbuat apa.

Hatinya diliputi penyesalan, sementara Karin terus melangkah cepat, berusaha sekuat tenaga untuk menahan air matanya agar tidak jatuh.

Saat Karin berlari menjauh, teman-temannya yang sudah duduk di kantin melihat kejadian itu. Mereka bertukar pandang, bingung dan penasaran dengan apa yang baru saja terjadi.

Intan: mengangkat alis, menatap Karin yang menjauh "Eh, itu Karin kenapa sih?"

Revi: menggelengkan kepala pelan, wajahnya penuh keprihatinan "Kayaknya serius deh. Mukanya tadi kelihatan banget sedihnya."

Bella: mencondongkan tubuh ke depan, berbisik "Pasti gara-gara Arga lagi.“

Sarah: mengangguk setuju, nada suaranya lembut tapi khawatir "Iya, Arga kayak maksa Karin buat ngobrol, tapi Karin kaya nggak mau.“

Intan: mendesah pelan, menatap ke arah tempat Arga berdiri "Dari awal gue udah ngerasa ada yang aneh sama mereka berdua. Ada sesuatu yang nggak beres."

Bersambung….

1
Ella Ella
semangat up thor
Rieya Yanie
smga karin gak hamil tp arga tetep tanggung jawab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!