NovelToon NovelToon
Cinta Suci Untuk Rheina

Cinta Suci Untuk Rheina

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Slice of Life
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nofi Hayati

Tidak ada pernikahan yang sulit selama suami berada di pihakmu. Namun, Rheina tidak merasakan kemudahan itu. Adnan yang diperjuangkannya mati-matian agar mendapat restu dari kedua orang tuanya justru menghancurkan semua. Setelah pernikahan sikap Adnan berubah total. Ia bahkan tidak mampu membela Rheina di depan mamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Antara Dua Hati

Rheina berjalan pelan menuju restoran, dengan Nando dan anak-anak di sampingnya. Ia bisa merasakan langkahnya semakin berat ketika melihat Adnan, mantan suaminya, yang kini berdiri memandangi mereka. Adnan, yang tak menyangka akan bertemu Rheina bersama pria lain, tampak terkejut, meski berusaha menyembunyikan perasaannya.

Dari raut wajahnya, Rheina bisa melihat bahwa Adnan terluka. Meski mereka sudah berpisah bertahun-tahun, ia tahu Adnan masih menyimpan perasaan. Namun, pria itu dengan cepat memasang wajah tenang, berusaha menutupi kekecewaannya. Ia berdiri dan melangkah mendekati mereka, menyalami Rheina lebih dulu, lalu Nando.

"Hai, Rheina," sapa Adnan dengan senyum yang dipaksakan.

"Hai, Adnan. Kenalkan ini Nando," jawab Rheina singkat, suaranya datar, meski ia bisa merasakan ketegangan di antara mereka.

Nando mengangguk dan menyambut jabat tangan Adnan. Meski suasana canggung, Nando tetap menjaga sikapnya yang ramah. Namun, di balik senyumnya, ia bisa merasakan tatapan penuh tanya dari Adnan, seolah ingin tahu lebih jauh tentang hubungan mereka.

Setelah menyalami mereka, Adnan membungkuk, mencium puncak kepala Zahid yang berdiri di samping Alya. "Apa kabar, Nak? Papa kangen kamu," ucapnya lembut, mencoba mencairkan suasana.

Zahid tersenyum lebar, tak menyadari ketegangan yang melingkupi orang dewasa di sekitarnya. Dengan polos, ia mulai bercerita, "Papa, tadi aku baca cerita buat Alya di perpustakaan. Om Nando juga baik banget, Papa. Aku senang banget main sama Om Nando dan Alya."

Adnan terdiam sejenak, mendengarkan cerita anaknya dengan hati yang bergetar. Kata-kata Zahid tentang Nando membuat dadanya sesak, namun ia berusaha menahan perasaannya agar tidak terlihat oleh Zahid. "Iya, Papa senang kamu bahagia, Nak," ucap Adnan dengan senyum yang terasa getir.

Rheina, yang berdiri di samping, merasa ada beban yang berat di dadanya. Ia tahu, pertemuan ini pasti membuat Adnan semakin sulit, terutama setelah mendengar betapa dekatnya Zahid dengan Nando. Namun, ia juga tak bisa mengabaikan kenyataan bahwa Zahid merasa nyaman bersama Nando, yang selalu ada untuknya.

Nando, yang menangkap suasana canggung itu, mencoba mencairkan suasana. "Ayo, kita masuk ke dalam. Anak-anak pasti sudah lapar," ujarnya sambil tersenyum, meski ia juga bisa merasakan ketegangan antara Rheina dan Adnan.

"Silahkan, Nando. Aku di sini aja," tolak Adnan.

"Papa ikut aja sama kami, yuk." Zahid yang tidak paham dengan apa yang terjadi menarik tangan papanya.

Akhirnya mereka semua akhirnya masuk ke restoran. Zahid dan Alya tampak antusias memilih makanan, sementara Adnan, Rheina, dan Nando duduk dengan perasaan yang berbeda-beda. Meski mereka berusaha berbincang dengan ringan, ada sesuatu yang menggantung di udara—sesuatu yang tak terucapkan.

Adnan terus mencuri pandang ke arah Rheina dan Nando. Ia mencoba memahami apa sebenarnya hubungan mereka. Apakah Nando lebih dari sekadar teman? Apakah Rheina sudah membuka hati untuk pria lain?

Sementara itu, Rheina sesekali menatap Adnan dengan perasaan tidak enak. Meski hubungannya dengan Adnan sudah lama berakhir, ia tahu ada sesuatu yang tetap mengganjal di hatinya. Namun, di sisi lain, ia juga merasa nyaman dengan kehadiran Nando, yang selalu ada untuknya dan Zahid.

Saat makanan datang, Zahid dan Alya mulai makan dengan riang, tapi di antara tiga orang dewasa di meja itu, ada perasaan yang belum terungkap. Adnan tahu, ia harus segera menanyakan apa yang sebenarnya terjadi antara Rheina dan Nando, tapi belum tahu bagaimana harus memulainya.

Sebelum Adnan sempat berkata apa-apa, tiba-tiba ponselnya berdering. Wajahnya berubah tegang saat melihat layar ponselnya. "Maaf, aku harus angkat telepon ini sebentar," katanya, lalu beranjak dari meja.

Rheina mengawasi Adnan yang berjalan menjauh, sementara Nando menggenggam tangan sahabatnya itu seolah memberi ketenangan.

Rheina menatap Nando dengan mata yang penuh kebingungan. Ia tahu momen ini akan datang, tapi tak pernah siap untuk menghadapinya. "Nando ... aku,"

Sebelum Rheina sempat melanjutkan ucapannya, Adnan kembali ke meja dengan wajah serius. "Maaf, Rheina, Nando, sepertinya aku harus pergi. Mami jatuh di kamar mandi dan sekarang sedang dalam perjalanan ke rumah sakit."

Nando dan Rheina sama-sama terkejut mendengar hal itu. "Bagaimana kondisi mami, Adnan?" tanya Rheina, khawatir.

Adnan hanya menggeleng pelan. "Nanti aku kabari kalau sudah bertemu mami, ya. Kalian lanjutkan dulu saja makanannya."

Tanpa banyak bicara lagi, Adnan berpamitan dan segera meninggalkan restoran, meninggalkan Rheina, Nando, Zahid, dan Alya dalam suasana yang semakin tak menentu.

Rheina hanya bisa duduk terpaku, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan mami Adnan, walaupun wanita itu yang membuat hancur rumah tangganya, ia tetaplah nenek dari Zahid.

Setelah Adnan pergi, suasana di meja makan terasa berbeda. Ada kekhawatiran yang membayang di mata Rheina, sementara Nando berusaha memberi ketenangan dengan senyum lembutnya. Suasana awalnya tegang perlahan kembali mencair ketika Alya mulai bermanja kepada Rheina, membuatnya sedikit merasa lebih baik.

Nando, yang awalnya diam, mulai mencoba untuk meredakan suasana dengan beberapa obrolan ringan. Meskipun usahanya terasa membantu, hati Rheina tetap terasa berat. Makanan di meja seolah kehilangan rasanya, dan setiap suapan terasa seperti rutinitas yang tak menyenangkan.

"Apa kita benar-benar tidak akan ke rumah sakit?" tanya Nando lagi, memastikan keputusan yang diambil. "Mungkin Adnan butuh dukungan."

Rheina menggeleng, meski hatinya bergetar. "Kita harus menghargai ruang yang dia butuhkan saat ini. Kita bisa mampir nanti, setelah situasinya lebih jelas."

Keduanya melanjutkan makan, tetapi pikiran Rheina tak bisa lepas dari Adnan dan kondisi maminya. Momen ini adalah pengingat betapa tidak terduganya kehidupan, dan bagaimana segala sesuatu bisa berubah dalam sekejap.

Saat mereka menyelesaikan makan siang, Nando tampak lebih cemas dari biasanya. "Rheina, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Tentang apa yang sebenarnya terjadi antara kita."

Rheina menatapnya, mata penuh pertanyaan. "Apa maksudmu, Nando?"

Nando menarik napas dalam-dalam, tampak seperti memikirkan kata-katanya dengan hati-hati. "Aku rasa kita perlu menjelaskan banyak hal sebelum kita bisa lanjut dengan apapun."

Ketika suasana semakin serius, tiba-tiba ponsel Rheina berbunyi. Ia memeriksa layar dan melihat pesan singkat dari Adnan. "Aku baru saja bertemu dokter. Mami butuh operasi, tapi situasinya belum sepenuhnya jelas."

Pesan itu memicu kekhawatiran baru di hati Rheina. Nando melihat reaksi Rheina dan tahu betapa pentingnya hal ini baginya. "Rheina, mungkin kita harus segera ke rumah sakit. Adnan pasti memerlukan dukungan."

Rheina menatap Nando, akhirnya setuju. "Ya, mari kita pergi. Ini mungkin lebih baik daripada menunggu."

Mereka berempat segera meninggalkan restoran dan menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan, ketegangan di antara mereka semakin terasa. Rheina merasa ada sesuatu yang belum selesai di antara mereka, tetapj ia tahu saat ini fokus utamanya adalah mendukung Adnan dan mami-nya.

Sesampainya di rumah sakit, mereka disambut oleh Adnan yang tampak lelah namun tetap berusaha kuat. Rheina dan Nando berdiri di sampingnya, siap memberikan dukungan. Namun, suasana masih tegang, dan Rheina merasa ada rahasia yang belum terungkap—sesuatu yang mungkin akan mengubah segalanya.

Sementara Adnan berbicara dengan dokter, Rheina dan Nando menunggu di ruang tunggu. Di tengah keheningan yang mencekam, Rheina tidak bisa menahan rasa penasarannya. Apakah semuanya akan berjalan dengan baik? Dan, apa yang sebenarnya ingin Nando katakan?

Rheina dan Nando saling bertukar pandang, sementara waktu terus berjalan, menambah ketegangan dan rasa penasaran yang menggelayuti hati mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!