Aura tiba-tiba harus menikah dengan laki-laki yang selama ini dia cintai dalam diam. Namun sayangnya pernikahan itu hanya dianggap sebagai ajang pembalasan dendam oleh Arga lelaki yang terpaksa menjadikan Aura sebagai pengantin pengganti, karena kepergian Sheila calon istrinya sekaligus sahabat Aura yang memilih pergi bersama cinta pertamanya dan meninggalkan Arga tepat dihari pernikahannya, sehingga Arga terpaksa memilih Aura untuk menggantikannya.
Penasaran dengan ceritanya langsung aja kita baca ...
Yuk ramaikan....
Update setiap hari...
Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gift ,vote and komen ya...
Buat yang sudah baca , lanjut terus. Jangan nunggu tamat dulu baru lanjut, dan buat yang belum ayo buruan merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....
Selamat membaca ....
Semoga kalian suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Cerita pun kembali terjeda, karena Nandini kembali menumpahkan air mata. Wanita itu teringat akan sahabat nya yang sangat di sayangi dan menyayangi nya. Perpisahan yang tidak di kehendaki nya itu apa lagi dalam situasi di mana Dimas masih belum peduli pada nya sama sekali.
"Ujian kami tidak berhenti sampai di situ . Di hari yang sama setelah jenazah Mama Dewi di makam kan, Mama kembali ke rumah sakit untuk memantau perkembangan bayi nya yang masih dirawat di ruangan khusus dan tidak ada satupun keluarga yang menjaga nya di sana."
"Saat itu, Papa masih marah karena kepergian wanita yang di cintai nya itu, sehingga tidak peduli dan tidak mau memikirkan buah hatinya. Bahkan, Papah sempat menyalahkan kelahiran bayi yang tak berdosa itu karena sudah membuat Mama Dewi berpulang lebih cepat dari perkiraan dokter. "
"Mama pun pingsan dan setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa Mama hamil dan usia kandungan Mamah sudah menginjak 3 bulan."
"Ketika kabar itu disampaikan pada Papa, Papa tidak terlihat bahagia. Mama-memakluminya karena suasana kami masih berduka dan kondisi bayi nya masih belum sepenuhnya dinyatakan stabil karena organ-organ vitalnya belum berfungsi dengan normal di sebabkan kelahiran yang terlalu dini.
"Namun , Papah masih juga tidak berubah setelah keadaan menjadi lebih baik . Bayi Mama Dewi yang masih harus dirawat secara intensif, tidak pernah ditengok dan dipedulikan kondisinya. Hanya Mama yang terus datang ke rumah sakit dan memantau perkembangan nya dari hari ke hari."
"Hingga akhir nya, bayi Mamah Dewi di izin kan untuk di bawa pulang dan di rawat di rumah. Setelah usia nya 4 bulan lagi-lagi, Papa masih tidak peduli bahkan enggan menyentuh nya sama sekali , apalagi ikut merawat dan memberi nya kasih sayang."
"Kamu pun pasti sudah bisa menebak siapa bayi itu?"
Nandini pun menyeka sisa air matanya sambil mengulas senyuman yang ditujukan pada menantunya itu . Aura pun mengangguk kan kepala nya dan menjawab pertanyaan itu.
"Mas Arga?" Nandini pun melebarkan senyuman nya yang terus menghiasi wajah sendu nya.
"Arga adalah putra pertama Papa dari istri pertama yang sangat di cintai nya, yaitu Mama Dewi .
" Dalam kondisi hamil Mama terus merawat Arga seorang diri tanpa dukungan dari Papa , Papa menyibukkan diri dengan pekerjaan nya yang saat itu sedang merintis usaha sendiri dari bawah sekali. "
"Bayi Arga pun tumbuh tanpa sentuhan kasih sayang dari kedua orang tua nya. Meski begitu , mama selalu berusaha sebaik mungkin untuk menjaga dan melindungi nya agar dia tidak merasa di abai kan oleh ayah nya sendiri, yang masih menyalahkan kelahiran nya karena di anggap sebagai penyebab kematian ibu nya .
"Saat Arga berusia 10 bulan, Mama pun menjalani persalinan dan melahirkan adik nya, Reza. "
"Awal nya, Papa masih tidak peduli, hingga akhir nya hati nya mulai tersentuh setiap kali melihat Arga dan Reza menangis secara bersamaan dan mama kesulitan untuk menenangkan kedua nya."
"Perlahan dan secara bertahap, Papa mulai mendekat memperhatikan kami bertiga. Dia membantu Mama merawat kedua putra nya dan menemani mereka di saat Mama kelelahan dan harus beristirahat sejenak.
"Setelah Arga berusia 2 tahun, Papa kembali menjadi diri nya yang dulu , entah apa yang membuatnya berubah dan meluangkan lebih banyak waktu nya untuk berkumpul dengan kami di rumah ."
"Mama tidak pernah menanyakan nya karena bagi Mama, kehadiran dan kasih sayang nya pada Arga dan Reza jauh lebih penting dan berharga dari pada sekedar pertanyaan yang hanya akan mengusik ketenangan dan kenyamanan hati nya."
Nandini pun menutup cerita nya dengan akhir yang bahagia . Setelah menjalani kehidupan bersama sebagai satu keluarga yang lengkap meski telah kehilangan istri pertama, Papa pun menunjukkan peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan ayah bagi kedua putra nya.
"Mama adalah wanita yang luar biasa!" Pujian pertama pun di sampaikan Aura dengan penuh kekaguman pada ibu mertua nya..
"Mama adalah istri dan juga ibu yang kuat dan hebat!"
Cerita Nandini benar-benar diresapi oleh Aura dan menjadi inspirasi dan sumber kekuatan baru bagi nya untuk menjalani kehidupan rumah tangga bersama Arga yang penuh dengan tantangan dan ujian itu.
"Kamu juga harus menjadi wanita yang kuat dan hebat Aura!" Nandini pun memberikan dukungan dan menepuk-nepuk kedua bahu menantunya dengan senyuman, yang membuat Aura melepaskan senyuman balasan.
"Jangan pernah merasa putus asa di saat kamu merasakan semua nya begitu berat dan sulit untuk di jalani dan di lanjutkan."
"Terus lah berjuang demi kebahagiaan keluarga kecil kalian , terus lah berbakti dan mengabdi dengan tulus pada suami mu, karena tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak."
Aura pun mengangguk dengan keyakinan yang lebih besar. Walau pun dia masih ragu apa kah kelak Arga bisa berubah sikap dan menerima nya sebagai seorang istri yang sesungguh nya, bukan hanya sebagai wanita pengganti yang tidak pernah memiliki sedikit pun tempat di hati nya.
.
"Apa yang kalian bicara kan?"
Dalam perjalanan kembali ke perusahaan setelah makan bersama keluarga suami nya, Aura pun langsung di lempari pertanyaan beruntun yang harus segera di jawab nya dengan jujur.
"Mama bercerita tentang keluarga nya." Hanya Itu jawaban yang di berikan Aura tanpa merinci satu persatu bagian yang di sampaikan oleh Nandini.
"Apa saja yang di ceritakan nya?" Arga mencecar Aura tanpa sekali pun menoleh ke arah nya.
"Aku rasa semua nya، mas. termasuk tentang mama Dewi." Walau pun dengan sangat berhati-hati saat Aura mengatakan nya . Takut jika suami nya akan terpancing emosi dan menjadi lepas kendali.
Benar saja, begitu mendengar nama ibu kandung nya di sebut, lelaki itu langsung melajukan mobil nya dengan kecepatan yang lebih tinggi , bahkan melewati ambang normal. Aura pun langsung berpegangan erat pada kedua sisi kursi. Mata nya terpejam karena tidak berani melihat ke arah jalan yang sudah seperti sirkuit balap tanpa rintangan.
"Aku takut, Mas!" Meski jujur nya setengah berteriak agar suara nya terdengar oleh Arga yang wajah nya sudah merah padam dan tampak tegang sama seperti sikap nya yang mendadak berubah menjadi khalaf.
The citan suara rem yang di injak dengan cepat ,membuat kendaraan roda empat itu berhenti di tempat setelah di arah kan ke tepi jalan , yang seharus nya mereka tidak boleh berhenti di situ karena sedang melewati jalur bebas . Jika Ada petugas yang sedang melakukan patroli Arga pun akan mendapat teguran bahkan sanksi hukuman.
Kali ini, Arga pun mengalih kan pandangan nya dan menatap Aura dengan sorotan tajam penuh selidik. Arga tiidak terpengaruh dengan ketakutan yang terlihat jelas di wajah pucat istrinya karena aksinya mengebut. Justru da mengajukan pertanyaan lain.
"Apa kah dia menjelek-jelekkan Ibu ku?"
Karena tak ingin menambah kesalahpahaman yang sudah melekat di hati Arga selama ini, Aura pun mencoba untuk memberikan penjelasan dengan kalimat yang tidak berbelit-belit.
"Sama sekali tidak , Mas."
"Mama juga sangat memuji mama Dewi karena dulu mereka bersahabat dan menjalin hubungan yang sangat dekat."
Aura pun berusaha untuk mengatakan apa ada nya. Tidak menambahkan apa lagi mengurangi apa yang di cerita kan Nandini kepada nya.
****************