NovelToon NovelToon
Siswa Berandalan Bertarung Untuk Mencapai Puncak

Siswa Berandalan Bertarung Untuk Mencapai Puncak

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Teen School/College / Persahabatan / Anime / Preman
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: Setsuna Ernesta Kagami

Aren adalah seorang murid SMA di Bekasi, sebuah sekolah yang hampir seluruh siswanya adalah laki-laki dan gemar berkelahi. Dalam lingkungan yang keras dan penuh persaingan ini, Aren lebih memilih menikmati ketenangan dan menghindari konflik. Namun, SMA Bekasi memiliki sistem unik di mana siswa terkuat menjadi pemimpin, menguasai sekolah dengan kekuasaan absolut.

Meskipun tidak tertarik pada kekuasaan, kehidupan Aren mulai berubah ketika ia terus-menerus terseret ke dalam masalah yang tak bisa dihindarinya. Konflik demi konflik yang dihadapinya menguji batas kesabarannya. Keadaan yang awalnya terlihat membosankan mulai menjadi lebih menarik dan penuh tantangan.

Apakah Aren akan tetap bertahan dengan prinsipnya, atau akankah ia terpaksa naik ke puncak kekuasaan sekolah? Perjalanan Aren dalam mengarungi dunia keras SMA Bekasi akan menentukan jawabannya.

#Soundtrack Yang Cocok Saat Baca
- [Unbreakable] GenerationsXTheRampage
- [Jump Around] DobermanInfinity
- [Break Into The Dark]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenangan Di Sebuah Bengkel Tua (Arc-Geng Motor Bagian 1)

Di tengah hiruk-pikuk kelas, seorang siswa terhempas ke arah tumpukan kursi, menyebabkan keributan yang menarik perhatian semua orang. Aren, dengan tatapan tajam dan penuh determinasi, berjalan mendekati siswa tersebut dan menjambak kerah bajunya. Dia menarik siswa itu hingga berdiri dan menatapnya dengan tegas.

"Loe semua dengar! Mulai sekarang kalian semua harus mengikuti perintahku!" kata Aren dengan suara keras, yang menggema di seluruh ruangan. "Sekarang loe semua bagian dari geng DDM. Jadi, patuhilah atau hadapi konsekuensinya. OK?!"

Seluruh kelas terdiam, takut dan tak berani melawan. Mereka tahu bahwa menentang Aren bukanlah pilihan yang bijak.

Salah satu pengikut setia Aren, dengan wajah serius, mendekati Aren dan berbisik, "Ketua, sebenarnya pengikut kita sudah terlalu banyak. Sepertinya markas di atap sudah tak layak dihuni lagi. Kita butuh tempat yang lebih besar, bagaimana?"

Aren mendecih, merasa terganggu oleh kenyataan bahwa mereka harus mencari markas baru. "Huh, benar juga. Atap itu sudah terlalu sempit untuk kita semua. Kita butuh tempat yang lebih besar dan lebih layak."

Dengan pikiran yang mulai berputar mencari solusi, Aren berpikir keras. Markas baru tidak hanya harus besar, tetapi juga strategis dan aman. Dia memutuskan untuk mencari tempat yang bisa memenuhi semua kebutuhan geng DDM.

"Ah! Anjeng, pusing mikirin markas!" ujar Aren dengan tegas. "Oke semuanya, kita hanya perlu markas yang lebih besar, lebih kuat, dan lebih strategis. Mulai sekarang, kita akan mencari dan memastikan geng DDM memiliki markas yang layak. OK?"

Pengikutnya mengangguk dengan semangat, siap untuk melaksanakan perintah. Mereka tahu bahwa di bawah kepemimpinan Aren, geng DDM akan terus berkembang dan menjadi lebih kuat.

"Yosh. Untuk sekarang... Bubar jalan!" perintah Aren membubarkan kerumunannya.

Hari itu berakhir dengan misi baru bagi geng DDM, mencari markas yang baru. Dan Aren, dengan determinasi dan kekuatan yang tidak pernah goyah, menyuruh pengikutnya mencari tempat yang cocok untuk dijadiin markasnya.

Kemudian disisi lain, saat Maria berjalan sendirian di jalan yang sepi, tatapannya kosong dan pikirannya penuh kekhawatiran.

Angin sore yang sejuk menerpa wajahnya, membuat rambutnya berkibar lembut. Ia terus berjalan, tanpa benar-benar memperhatikan sekelilingnya, hingga ia melihat sosok seseorang berdiri di depan, membelakanginya.

Maria berhenti sejenak, mencoba mengenali sosok itu. Ketika pandangannya naik, ia melihat rambut yang familiar dan postur tubuh yang kuat. "Sano?" bisiknya dalam hati.

Sosok itu berbalik perlahan. Sano berdiri di sana, dengan senyum tipis yang menghiasi wajahnya. Angin menerpa rambutnya, menambah kesan misterius namun menenangkan.

"Maria, ya?" tanyanya dengan suara lembut namun jelas.

Maria terkejut mendengar namanya disebut. "Iya, ada apa?" jawabnya dengan nada penasaran.

Sano tersenyum manis, senyuman yang membuat suasana menjadi lebih tenang meskipun hati Maria masih berdebar.

"Tolong ceritakan tentang Aren," Sano pintanya.

Maria terdiam sejenak, berpikir. Ia tahu bahwa Sano memiliki hubungan yang rumit dengan Aren dan geng-geng di sekolah. Namun, melihat tatapan serius di mata Sano, Maria merasa bahwa ini adalah momen penting. Ia memutuskan untuk jujur dan terbuka.

"Aren... dia sebenarnya anak yang baik," Maria mulai bercerita. "Tapi dia punya cara yang berbeda dalam mengekspresikan dirinya. Dia kuat, berani, dan tidak suka dipermainkan. Tapi di balik semua itu, dia juga punya hati yang peduli. Meskipun kadang dia terlihat dingin dan tidak peduli, sebenarnya dia selalu memperhatikan orang-orang di sekitarnya."

Sano mendengarkan dengan penuh perhatian. "Dia memang berbeda," katanya pelan. "Aku selalu melihatnya sebagai saingan, tapi mungkin ada lebih banyak hal tentang dirinya yang belum aku pahami."

Maria mengangguk. "Benar. Aren punya banyak sisi yang tidak semua orang tahu. Dia juga punya alasan sendiri kenapa dia memimpin geng DDM. Mungkin kalau kau bisa mengenalnya lebih dalam, kau akan mengerti."

Sano menghela napas panjang, menatap Maria dengan penuh penghargaan. Dan Maria terus memberitahu tentang Aren kepadanya. Sejak dia bertemu dengan Aren sampai sekarang.

Saat sore hari semakin gelap, Sano berjalan santai menyusuri jalan-jalan yang semakin sepi. Langit berubah menjadi oranye keunguan, menandakan matahari hampir tenggelam.

Angin dingin mulai bertiup, membawa serta aroma malam yang segar. Sano memperhatikan setiap sudut lingkungan di sekitarnya, merenungkan cerita yang baru saja didengarnya dari Maria.

Langkah-langkahnya membawanya menuju sebuah gedung tua yang tampak terlantar. Bengkel tua itu dulunya milik seorang pak tua yang pernah menyelamatkan dan merubah hidup Aren.

Sano merasa tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang tempat ini dan hubungan khusus antara Aren dan pak tua tersebut.

Sano membuka pintu bengkel yang berderit dan masuk ke dalam. Di dalamnya, ruangan tampak penuh debu dan peralatan yang tertinggal berserakan. Cahaya redup dari jendela yang pecah memberikan sedikit penerangan. Sano melangkah lebih dalam, memperhatikan setiap detail dengan seksama.

Matanya tertuju pada sebuah meja di sudut ruangan. Di atas meja itu, terdapat sebuah foto yang menarik perhatiannya. Ia mendekat dan mengangkat foto itu dengan hati-hati.

Di dalam foto tersebut, terlihat Aren yang masih muda, tersenyum bahagia bersama seorang pak tua yang tampak bijaksana dan penuh kasih sayang.

Sano memandang foto itu dengan penuh perasaan. Ia bisa merasakan kedekatan yang terjalin antara Aren dan pak tua tersebut.

"Jadi, inilah tempat di mana Aren menemukan bimbingan dan arahan," pikir Sano. "Mungkin di sini, dia belajar untuk menjadi kuat dan tegar."

Sano meletakkan foto itu kembali dengan hati-hati dan mengalihkan perhatiannya ke seluruh ruangan. Ia bisa melihat sisa-sisa kenangan yang tertinggal di bengkel tersebut, alat-alat yang tertata rapi, papan tulis yang penuh dengan catatan, dan berbagai barang yang tampaknya memiliki nilai sentimental.

Saat Sano berjalan di sekitar ruangan, pikirannya dipenuhi dengan rasa kagum dan hormat. Ia merasa semakin memahami alasan di balik sikap dan tindakan Aren.

"Mungkin tempat ini memegang kunci untuk mengerti lebih dalam tentang dirinya," gumam Sano.

Sano berdiri di tengah bengkel yang sunyi, merasa seolah-olah ia sedang berada di tengah cerita yang belum selesai. Ia menyadari bahwa untuk benar-benar memahami dan mungkin bekerja sama dengan Aren, ia harus menghargai dan memahami masa lalu yang telah membentuk dirinya.

Kemudian. Sano meninggalkan bengkel tua itu. Langit semakin gelap, dan bintang-bintang mulai bermunculan di langit malam. Ponselnya bergetar di saku. Ia merogohnya dan melihat ada pesan masuk dari Mulan.

Membuka pesan itu, Sano membaca dengan seksama. Ternyata Mulan sedang mencari Sano, dia mematikan layar ponselnya tanpa membalas pesan dari Mulan.

Sano kembali teringat akan percakapan dengan Maria sebelumnya. Maria menceritakan tentang penyesalan mendalam yang dimiliki oleh Aren. Perasaan bersalah yang terus menghantui Aren, meskipun ia selalu tampak tegar dan kuat di depan orang lain.

Sano tersenyum tipis sambil merenung. "Dia melewati itu semua sendirian," gumamnya pada dirinya sendiri. Ia memikirkan betapa beratnya beban yang harus dipikul Aren selama ini. Seorang pria yang mungkin terlihat bodoh dan ceroboh di permukaan, tetapi sebenarnya memiliki hati yang penuh penyesalan dan keberanian untuk menghadapinya.

"Walaupun sering berlagak seperti orang bodoh, ternyata Aren adalah seorang pria sejati," lanjut Sano dengan nada penuh penghormatan dengan senyum tipis. Ia merasa semakin terhubung dengan Aren, menyadari bahwa di balik semua kekacauan dan keberanian, ada jiwa yang menderita dan berusaha menemukan kedamaian.

Sano menatap langit yang semakin gelap, menghirup udara malam yang dingin. Keberanian dan ketangguhan Aren kini memiliki makna yang lebih dalam baginya.

1
Katsumi
bang jangan Hiatus ya bang😮‍💨 lagi seru-serunya
S.E Kagami: Okie dokie
total 1 replies
mochamad ribut
lanjutkan
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
Jimmy Avolution
ayo thor
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjutkan
Jimmy Avolution
lanjut
Jimmy Avolution
ceritanya kok gk ada keluarga Thor...

Suasana dirumah bersama ortu...
S.E Kagami: Fokus ke genre kak hehe.
total 1 replies
Jimmy Avolution
lanjut
Jimmy Avolution
hadir
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!