NovelToon NovelToon
STEP FATHER FOR MY DAUGHTER

STEP FATHER FOR MY DAUGHTER

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Single Mom / Hamil di luar nikah / trauma masa lalu / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:47k
Nilai: 5
Nama Author: Rona Risa

Cerita ini buat orang dewasa 🙃

Raya Purnama menikah di usia 17 tahun setelah dihamili pacarnya, Sambara Bumi, teman satu SMA yang merupakan putra pengusaha kaya.

Namun pernikahan itu tak bertahan lama. Mereka bercerai setelah 3 tahun menjalin pernikahan yang sangat toxic, dan Raya pulang kembali ke rumah ibunya sambil membawa anak perempuannya yang masih balita, Rona.

Raya harus berjuang mati-matian untuk menghidupi anaknya seorang diri. Luka hatinya yang dalam membuatnya tak ingin lagi menjalin cinta.

Namun saat Rona bertumbuh dan menginginkan sosok ayah, apa yang harus dilakukan Raya?

Ada dua lelaki yang menyita perhatian Raya. Samudera Dewa, agen rahasia sekaligus penyanyi yang suara emasnya menguatkan hati Raya di saat tersulit. Alam Semesta, dokter duda tampan yang selalu sigap merawat Rona yang menderita leukemia sejak kecil.

Dan benarkah Sambara sudah tak peduli lagi pada Rona, putri kandungnya sendiri?

Pada akhirnya, siapa yang akan dipilih Raya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rona Risa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

NAIK RANJANG

"Papa nggak akan bahas masalah itu, kan? Kan sudah kubilang aku nggak mau!"

Al memasuki ruangan William tepat saat Agselle meneriaki ayahnya dari kursi roda elektrik yang didudukinya.

"Ada apa ini...?" tanya Al sambil menutup pintu, lalu menaksir keadaan sekitar.

Ada tiga orang di ruangan luas dan mewah itu.

William sedang duduk di kursi roda elektriknya sendiri di belakang meja kerjanya, ekspresinya muram dengan bibir tebal terkatup rapat. Di sebelahnya, berdiri Wilhelmina Adams, kakak tiri William yang menjabat sebagai komisaris utama rumah sakit CHC.

Di seberang meja William, di sisi sofa, Agselle yang sedang dalam masa pemulihan duduk di kursi roda dengan selang dan jarum infus tertancap di punggung tangan kanannya. Wajah Agselle yang tadinya mengerut dan merah padam berubah licin dan pucat saat melihat Al memasuki ruangan.

"Kenapa kamu di sini...?"

Agselle tampak sangat tertekan dan sedih saat melihat Al. Ia masih menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Sienna. Ia tak sanggup melihat Al atau berada di dekatnya sejak ia siuman dan kondisinya membaik. Ia merasa berdosa sudah menghancurkan lelaki yang sangat baik dan dicintainya itu.

Agselle masih berharap dirinya saja yang mati, bukannya Sienna.

"Papa memanggilku ke sini," jawab Al pelan. "Ada perlu apa, Pa?"

"Duduklah dulu," kata William pelan.

Al duduk di sofa seberang meja William.

Beberapa menit hening. Tak ada yang bicara.

"Kamu tak bisa mengatakannya, Will?" Wilhelmina buka suara. "Baik. Kalau begitu biar aku saja. Tapi sebelum itu, aku harus memastikannya lagi... kamu sungguh-sungguh tak mau mengisi kekosongan kursi direktur sekaligus menjadi pemilik rumah sakit ini berikutnya, Agselle?"

"Ya, aku sungguh-sungguh," Agselle menjawab tanpa ragu. "Jangan paksa aku, Tante Emmy!"

"Baik. Kalau begitu kamu tak punya pilihan selain menikah dengan Alam Semesta."

Baik Al dan Agselle sangat terperanjat mendengarnya. Mereka terguncang berat dan tak sanggup bicara untuk beberapa saat.

"M-menikah?" Agselle tampak kesulitan bernapas. "A-apa maksud Tante...?"

"Kalau kamu sebagai putri kandung William menolak mewarisi perusahaan Adams, maka kami harus mencari kandidat berikutnya yang cocok," kata Wilhelmina dingin dan datar. "Yang paling tepat saat ini adalah Al. Ia dokter spesialis anak paling cakap dan mumpuni di sini. Ia dulu suami Sienna--sayangnya, mereka sudah bercerai secara hukum. Al tak punya hubungan apa-apa lagi dengan keluarga Adams. Ia tak bisa menjadi direktur dan pewaris jika berstatus orang luar seperti itu.

"Satu-satunya jalan mengembalikan statusnya sebagai bagian keluarga Adams, adalah dengan menikahimu, Agselle."

Al merasa apa yang terjadi adalah mimpi buruk.

"Tante Emmy...," Al berusaha menyergah.

"Kamu tak bisa menolak, Al," tegas Wilhelmina. "Pilihannya itu, atau perusahaan Adams akan diambil alih orang-orang yang sudah membunuh mantan istrimu."

Al bagai disambar petir sekarang. "A-apa?! Apa yang Tante Emmy bicarakan?!"

Wilhelmina menghela napas panjang.

"Kamu tidak hidup di dunia yang baik-baik saja, seperti yang kamu kira," kata Wilhelmina pelan. "Di luar sana, ada sekelompok orang yang sangat keji dan ingin menguasai segalanya. Mereka mengincar perusahaan-perusahaan besar di negeri ini agar mau tunduk pada aturan mereka dan terus memberi keuntungan besar pada mereka. Jika menolak, perusahaan itu akan diambil alih... atau dihancurkan."

"Bagaimana--bagaimana mereka bisa melakukannya?" tanya Al dengan wajah pucat. "Apa tidak ada tindakan hukum tegas yang bisa menghentikan perbuatan mereka?"

Wilhelmina tertawa sinis.

"Hukum ibarat kerbau yang sudah dicucuk hidungnya oleh mereka. Mudah dibelokkan dan dikendalikan, karena kekuasaan dan kekayaan mereka sanggup menundukkan semua itu. Dibanding mereka, kita tak ada apa-apanya. Kamu lihat sendiri bagaimana bebas dan kejinya mereka menyakiti bahkan menghabisi nyawa pewaris perusahaan ini agar bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan."

Hati Al terbuncah amarah. Napasnya memendek. Tangannya terkepal, wajahnya merah padam.

Sienna kehilangan nyawa hanya karena sekelompok orang ingin mengendalikan perusahaan ini dan mendapat sejumlah besar uang? Dan orang-orang seperti itu bebas berkeliaran di luar sana? Jahanam betul!

"Jika tampuk kepemimpinan perusahaan ini kosong lebih lama lagi, maka perusahaan ini akan lebih mudah dihancurkan dan diambil alih oleh mereka," kata Wilhelmina tegas. "Karena itu papamu memintamu mengisi kursi direktur itu, Agselle, tapi kamu menolak."

Agselle pucat pasi dan tergagap. "A-aku..."

"Jujur, aku juga kurang setuju kalau kamu yang jadi direktur," cetus Wilhelmina tanpa perasaan. "Kamu tidak sekompeten Sienna atau Al. Aku pribadi cenderung setuju Al yang jadi pemimpin perusahaan ini. Ia akan lebih baik mengelola perusahaan dan lebih kuat menghadapi ancaman musuh di luar sana. Tapi untuk itu, ia harus menikah denganmu. Dan kalian juga harus menikah agar bisa memberikan keturunan selanjutnya, pewaris sah keluarga Adams berikutnya setelah Al..."

"Ini gila!" jerit Agselle. "Aku tak bisa melakukannya! Apa tidak cukup semua penderitaan yang kualami hingga detik ini? Sienna mati gara-gara berusaha menyelamatkanku! Bagaimana aku bisa mengambil semua yang dulu adalah miliknya--jabatannya, warisannya, bahkan lelaki yang sangat dicintainya..."

"Bukankah kamu sendiri sangat mencintai Al?" tukas Wilhelmina tajam.

Raut wajah Agselle seperti baru saja dihantam. Al membeku, tak bisa percaya apa yang didengarnya.

Agselle... mencintaiku?

"Kalau kamu merasa bersalah kepada Sienna, maka harusnya kamu melakukan segala yang kamu bisa untuk menyelamatkan keluarganya--keluargamu juga. Seperti dia yang rela melakukan segalanya untuk menyelamatkanmu. Jadi apa yang akan kamu lakukan sekarang?"

Agselle tak sanggup bicara lagi. Napasnya sesak. Bola mata hitamnya berputar ke belakang dan ia pun terkulai lemas di kursi rodanya.

"Sell...!"

Al dengan sigap menghampiri Agselle dan memeriksanya. Agselle pingsan karena terguncang berat, bukan karena penurunan tanda vital yang membahayakan seperti henti jantung atau luka organ dalam yang terbuka dan mengalami pendarahan lagi--untunglah.

"Tolong hentikan pembicaraan ini," kata Al perlahan. "Agselle shock. Aku harus membawa Agselle kembali ke kamar dan merawatnya."

William mengangguk dan bicara untuk pertama kalinya dengan suara bergetar, "Ya, tolong rawat Agselle, Al... terima kasih."

Tanpa menoleh atau bicara pada siapapun lagi, Al mendorong kursi roda Agselle dan membawanya keluar ruangan. Sepanjang jalan menuju Adam's Wings, batin Al berkecamuk riuh dan menyakitkan.

Mengapa semuanya menjadi kacau seperti ini...? Sienna, apa yang harus kulakukan...?

***

"Kak Rangga, kamu di mana?"

Samudera khawatir sekaligus lega saat Rangga Buana--nama asli Raka Garuda--kakak kedua Samudera, mengangkat teleponnya.

"Aku masih di kota yang sama denganmu. Kamu tak perlu mengkhawatirkan apapun tentangku."

Samudera menghela napas panjang. "Kata Kak Krisna, Kak Rangga dipecat dan dibuang dari Pasukan Rahasia Garuda..."

"Ya. Wajar saja. Aku membuatmu hampir tewas karena diam-diam mengizinkanmu mengejar musuh, padahal seharusnya kamu tak boleh mengerjakan misi apapun. Aku juga yang gagal melindungi Sienna di pondok itu hingga ia tewas tertembak. Dosaku terlalu besar untuk diampuni. Dibuang seperti ini tak ada apa-apanya..."

Suara Rangga terdengar lirih dan bergetar.

"Kak...," Samudera ingin menghibur dan mengobati lara hati kakaknya, tapi ia tak tahu apa yang harus dilakukan.

"Aku minta maaf sudah membuatmu mengalami semua itu, Sam..."

"Kakak bicara apa? Itu bukan salah Kakak. Aku sendiri yang memaksakan diri mengambil kasus ini--padahal aku tidak sekuat itu," sergah Samudera pahit. "Kakak dan lainnya benar. Aku selalu memaksakan diri. Padahal aslinya aku bodoh dan lemah. Aku selalu menyusahkan kalian semua. Dan sekarang, Kakak dihukum dan mengalami penderitaan seperti ini karena aku..."

"Itu tidak benar, Sam! Jangan bicara begitu..."

"Iya, itu nggak benar! Kakak lo nggak seterpuruk dan semenyedihkan itu, lo tahu!"

Samudera terlonjak kaget mendengar suara nyaring nan familiar itu.

"Riris? Kenapa kamu bersama kakakku?"

"Bukan urusan lo, Adik Kecil--"

"Riris, hentikan--kembalikan ponselku!"

Sepertinya Riris telah merebut ponsel Rangga, dan kini berlari sambil tertawa menghindari Rangga yang gusar dan berusaha mengambil kembali ponselnya.

"Dengar, Sam, jangan cemaskan Rangga. Dia sangat baik-baik saja. Dia bersama gue sekarang. Gue bakalan jaga dia supaya dia nggak berbuat aneh-aneh di luar sana--gue tahu betul caranya menaklukkan Rangga supaya tunduk seribu persen sama gue..."

"Ris, kembalikan! Jangan ngomong macam-macam dengan Sam!" terdengar suara Rangga membentak marah.

"Duuh, kamu makin ganteng dan seksi kalau marah begitu, my tiger," desah Riris, sengaja menggoda Rangga. "Akan kukembalikan ponselmu, tapi ayo kita lanjutkan yang tertunda tadi--sini naik ke atas ranjang sama mommy... pussy! Pus! Pus!"

"GILA KAMU YA RIS!"

Riris tergelak.

"Pokoknya lo fokus aja buat nyembuhin diri lo, Sam. Rangga aman sama gue. Jangan kebanyakan pikiran, oke? Kapan-kapan kita ketemu begitu kamu sudah pulih dan keluar dari rumah sakit. Salam buat Raya, ya. Sampai ketemu, Adik Kecil!"

Telepon terputus. Tinggal Samudera termangu di atas tempat tidurnya, merenungkan apa yang sudah terjadi barusan.

Jadi Kak Rangga masih di kota ini... baik-baik saja dan bersama Riris... kedengarannya mereka sangat dekat sekarang...

Samudera diam-diam tersenyum.

Bahkan di dalam kegelapan, tetap ada yang cahaya yang bisa ditemukan.

Seperti Rangga yang dibuang dari perusahaan tempatnya mengabdi selama bertahun-tahun dan dicabut semua hak warisnya dalam keluarga Garuda. Sepintas kelam, tapi itu malah membuatnya bisa bersatu kembali dengan cintanya, cahaya hidupnya...

Samudera tak tahan untuk tidak mengetik dan mengirim pesan WA ke nomor pribadi Rangga. Senyumnya jahil dan lebar.

Selamat ya, akhirnya jadian. Jadi undangan pernikahan disebar kapan?

***

"Sudah sadar?"

Al menegur pelan saat Agselle perlahan membuka mata kembali di atas tempat tidur di kamar perawatannya. Ia tampak berusaha mengingat apa yang terjadi.

"Al..."

Wajah Agselle kembali pucat pasi.

"Tenanglah, Sell," kata Al sambil memeriksa tanda vital Agselle dengan seksama. "Panik dan tegang tidak akan menyelesaikan masalah. Kalau gegabah, kondisimu bisa drop lagi."

"Lantas aku harus apa, Al...?" tanya Agselle sambil menangis. "Aku nggak sanggup menghadapi ini semua... terlalu sakit dan berat rasanya..."

Al menghela napas panjang.

"Kuberi sedikit suntikan penenang ya... supaya kamu merasa lebih baik..."

Al menyuntikkan penenang melalui katup di selang infus Agselle.

Obat itu bekerja dengan cepat. Tarikan napas Agselle jadi lebih dalam dan lambat. Air mukanya perlahan kembali normal dan tenang, meski matanya sedikit hampa.

"Jangan banyak pikiran lagi," kata Al pendek. "Istirahatlah. Tekan tombol merah itu jika kamu butuh sesuatu."

"Al..."

Agselle memanggil saat Al akan meninggalkan kamar perawatannya.

"Menurutmu... jika Sienna jadi aku, apa dia akan melakukannya? Apa dia akan menikahi mantan iparnya demi menyelamatkan seluruh keluarga?"

Al terdiam beberapa lama. Ekspresinya getir dan muram.

"Mungkin saja... yang aku tahu, dia selalu rela melakukan apa saja demi menyelamatkan orang yang dicintainya... meski ia harus kehilangan nyawa karenanya..."

Agselle menelan ludahnya, berusaha keras menahan gemetar yang kembali menguasai badan sekalipun darahnya sudah mengalirkan cairan penenang.

"Kalau begitu, aku juga akan melakukannya..."

Al memutar tubuhnya, sepenuhnya memandang Agselle sekarang. Raut wajahnya tegang.

"Maukah kamu menikah denganku, Al...?"

...***...

1
zin
kalo ga dor ya duar 😫
zin
Alvaro dakjal
zin
lagi dan lagi firasat ku buruk tentang kamu Sam🥲
zin
untung aja mau brojol kamu ray
zin
pak, sini saya gosok pakai abu bibirnya
zin
jd raya bakal megap2 sih
zin
dorrr!
zin
setidaknya kamu nyadar ya Ray, bukan kamu saja yg menderita di sini
zin
malah samudera yg jd tawanan 🙄
zin
siap2 pargoy ae lu pak kalau udh d kepung ntar
zin
kematian mu pak
zin
bae2 Al kamu di dor
zin
bukan masalah sulit/gampang.
yg namanya medis ga bisa sembarangan
zin
Alvaro memang lucknut
zin
gila sampe ada bom
Zhu Yun
Apa ini?? ada apa ini??😱😱😱 Sambara akan baik-baik saja kan?? Ayo Sam semangat, anakmu sudah lahir ke dunia.... 🔥🔥🔥🔥🔥
Zhu Yun
Kuat juga ngadonnya si Alvaro ini sampai menitipkan benih bertebaran dimana-mana 😎
Zhu Yun
Benihnya Alvaro bertebaran dimana-mana 😎
Zhu Yun
Terhura aku... ehh terharu... 😭😭
Zhu Yun
Ya mau gimana lagi Al, masa mau didiemin aja didalam perut. ya harus dikeluarin lah, mana air ketubannya juga udah pecah 🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!