Kemuliaan Surgawi

Tiga hari kemudian.

Bai Feng menerima panggilan untuk datang ke Aula utama untuk menghadap.

"Bai Feng memberi salam,"ucapnya menundukkan kepalanya.

"Kau telah memenangkan pertandingan membawa kemuliaan dan kejayaan bagi Aula Kemuliaan maka aku memberikan mu hadiah. Pergilah ke gunung suci maka para tetua aula pelindung akan menjelaskannya,"ucap Tian Shuo.

"Dimengerti,"balas Bai Feng pergi.

Dirinya melayang berada di tengah-tengah tiga gunung suci ditemani para tetua aula pelindung.

"Sebenarnya apa hadiah yang dimaksud Guru?"tanya Bai Feng.

"Goa suci kemuliaan adalah tempat yang dimaksud dimana tempat kultivasi tertutup para ketua Aula yang berada di dasar laut diantara tiga gunung suci,"jawab Tetua Ji Wu.

"Murid mengerti,"balas Bai Feng.

"Buat formasi!"perintah Tetua Ji Wu.

"Baik!"ucap mereka serempak menghilang dari tempatnya.

Tetua Ji Xuan berada di gunung perak dan Tetua Ji Han berada di gunung logam sedangkan Tetua Ji Wu di gunung emas. Mereka membuat segel tangan secara bersamaan membuat formasi besar di antara ketiga gunung membentang di langit luas berwarna emas dengan piringan bereliefkan rune kuno.

"Formasi Pembuka Segel Gunung Suci!"ucap mereka serempak. Cahaya emas melesat turun menerangi kegelapan lautan membuka saluran bawah air.

"Masuklah ke dalam dan lakukan kultivasi tertutup. Tiga gunung suci akan mengalirkan energi spiritual ke dalam goa suci tiada henti dimana kemuliaan yang diperoleh leluhur tersimpan di dalamnya,"ucap Tetua Ji Wu.

Bai Feng menganggukkan kepalanya masuk ke dalam saluran bawah air. Dirinya melihat sekelilingnya menemukan pintu goa segera pergi masuk ke dalamnya. Berjalan-jalan melihat lingkungan goa yang lembab dan dipenuhi tanaman obat. Sebuah batu tepat berada di depannya. Bai Feng duduk bersila melihat sekelilingnya kagum dimana sebuah aliran energi spiritual mengalir begitu derasnya memenuhi goa. Xiong Jiangguo ke luar dari dalam tubuh Bai Feng setelahnya.

"Mari kita mulai,"ucap Xiong Jiangguo.

Bai Feng menganggukkan kepalanya mengeluarkan jiwa Qi Cao dan Su Ming. Xiong Jiangguo menyalakan api karma membakarnya di dalam kobaran api.

"Teteskan darahmu"

Bai Feng meneteskan darahnya di dalam kobaran api menambah nyala api kian membara. Xiong Jiangguo membuat segel tangan memfokuskan dirinya dalam pembentukan tubuh ulang jiwa.

"Terlahir dari tanah api berendam di dalam sungai darah mengambil wujud iblis neraka menjadikannya boneka jiwa jahat,"gumam Xiong Jiangguo.

Jiwa Qi Cao dan Su Ming tertelan di dalam api disertai suara mengerikan yang terdengar entah darimana asalnya. Energi spiritual menyelimuti keduanya membungkusnya dan membuat Bai Feng tercengang.

Qi Cao dan Su Ming terlihat pucat dengan rambut hitam legamnya tergerai indah dan tanpa ekspresi.

"Mematuhi perintah Tuan,"ucap mereka menundukkan badannya.

"Boneka jiwa yang aku buat memiliki kekuatan yang sama semasa hidupnya dimana kekuatannya sempurna tanpa celah,"ucap Xiong Jiangguo.

"Aku berterimakasih kepada senior,"balas Bai Feng.

"Tak masalah. Kau harus meningkatkan kekuatan mu sendiri dimari melakukan kultivasi tertutup selama aku tertidur,"ucap Xiong Jiangguo.

Bai Feng tersentak. "Mengapa senior tertidur, apakah karena membuat boneka jiwa?"tanya Bai Feng khawatir.

"Pertarunganku dengan dua dewa sebelumnya melukai jiwaku cukup parah. Aku membutuhkan pemulihan untuk sementara waktu aku tak bisa membantumu. Pedang Raja Darah akan membantumu bilamana keadaan mendesak,"jawab Xiong Jiangguo masuk ke dalam tubuh Bai Feng membuat sang empu merenung menguatkan tekad beladirinya dimana menjadi yang terkuat adalah sebuah pilihan.

"Aku harus menjadi yang terkuat menyatukan daratan surga tertinggi menjadi satu kekuatan utuh di bawah naungan Aula Kemulian!"ucapnya bertekad kuat duduk bersila memejamkan mata dan mulai menyerap energi spiritual gunung suci dan warisan kemuliaan leluhur.

Tiga bulan kemudian.

Aula Kemuliaan bergetar seluruhnya hingga bebatuan runtuh dan gunung-gunung bergemuruh. Para murid aula ke luar dari asrama melihat langit yang gelap dan kilatan petir mengerikan menyambar-nyambar. Tetua Ji Wu menatap dari Aula pelindung dimana langit seakan-akan runtuh dan tanah yang bergetar hebat.

"Cahaya bintang redup dan mata langit tertutup semuanya begitu buram tatkala yang suci dan abadi muncul ke dunia disertai kehancuran. Sungguh nasib buruk yang tak bisa diprediksi,"ucapnya menghela nafas panjang.

Tetua Ji Han dan Tetua Ji Xuan datang setelah melihat kejadian yang menggemparkan wilayah Aula Kemulian.

"Apa yang terjadi kakak!"ucap mereka dengan nada panik serta kekhawatiran di wajahnya.

"Seorang suci dan abadi turun ke dunia membawa kehancuran yang pasti merusak paksa pelindung benua tertinggi,"balas Tetua Ji Wu.

Angin berhembus kencang menerbangkan segalanya memporak-porandakan bangunan dari berbagai sisi. Pusaran awan hitam disertai gemuruh muncul seakan langit runtuh. Air laut bergelombang menciptakan tsunami kecil hingga naik ke daratan. Gunung suci bergetar hebat meruntuhkan bebatuan menjatuhkannya ke dalam lautan. Seseorang muncul di tengah-tengah pusaran awan mengenakan zirah emas berkilau dengan tombaknya mengendarai kuda putih yang diikuti oleh deru angin disetiap gerakannya. Tetua Ji Wu menghampiri orang tersebut dengan tenang membungkukkan badannya memberikan salam hormat.

"Ada keperluan apa hingga Tuan turun ke dunia fana?"ucap Tetua Ji Wu sopan.

"Seorang manusia fana menerobos masuk alam sejati roh suci mencuri jiwa yang akan bereinkarnasi dan sesuai laporan dan penyelidikan ditemukan orang tersebut berada di wilayah ini sesuai dengan jejak auranya,"balas sosok tersebut berbicara tegas dan berwibawa.

"Saya Ji Wu Tetua Aula Kemuliaan tak mengerti dengan maksud Anda"

"Hmph! Manusia fana memang tak mengerti hal yang berada di luar batas pemikiran duniawi nya. Aku Wu Jun Jendral surgawi utara datang melaksanakan perintah!"ucapnya lantang menggetarkan seluruh wilayah Aula Kemuliaan. Pandangannya tajam menatap Tetua Ji Wu begitu menusuk dan dingin.

"Jangan halangi aku untuk menghukum pendosa itu!"ucap Wu Jun mengeratkan tombaknya meledakkan auranya.

"Manusia fana ini benar-benar tidak menyembunyikan apapun dan mengatakan kejujuran yang adil,"ucap Tetua Ji Wu.

"Jangan halangi aku atau mati!"bentak Wu Jun mengayunkan tombaknya memukul Tetua Ji Wu hingga terjatuh menghantam tanah. Kepulan debu menutupi lubang jatuhnya. Tetua Ji Han dan Tetua Ji Xuan segera datang menghampiri membantu Tetua Ji Wu untuk bangun.

"Tugas orang tua ini melindungi Aula Kemuliaan dari berbagai ancaman tak peduli meskipun nyawa taruhannya,"ucapnya membuka segel tubuhnya melepaskan aura emas dari dalam tubuhnya mengubah tubuhnya menjadi tubuh emas dimana seluruh kulitnya berwarna emas. Tetua Ji Han melakukan hal yang sama dimana tubuhnya dipenuhi unsur logam. Sedangkan Tetua Ji Xuan mengubah ekspresi dinginnya ketika tubuhnya berubah menjadi warna perunggu. Ledakan aura logam begitu kentara meledak-ledak bagaikan angin yang berhembus kencangkan.

"Tubuh logam salah satu pecahan teknik fisik surgawi yang tak lengkap alias cacat. Itu tak akan berguna untukku melawanku,"ucap Wu Jun.

"Anda bisa mencobanya,"balas Tetua Ji Wu menghilang dari tempatnya muncul di atas kepala Wu Jun begitupun lainnya berada di sisi kanan dan kirinya.

"Banggg...."

Ketiganya menendang tubuh Wu Jun secara bersamaan namun tak ada reaksi apapun dari sang empu.

"Zirah milkku terbuat dari unsur logam surga murni yang dimana aku tak terkalahkan oleh senjata dunia fana. Sungguh dipertanyakan kekuatan kalian,"ucapnya sombong mengenggam erat tombak dan diayunkannya membuat ketiganya mundur. Tetua Ji Wu mengusap bibirnya menatap Wu Jun dengan pandangan meneliti.

"Seorang Jendral surgawi utara melaksanakan perintah Tuan nya untuk menghukum orang yang berani mengambil jiwa dari alam roh suci dan membawa jiwa tersebut kembali ke alam sejati roh suci,"ucap Tetua Ji Wu.

"Aula Kemuliaan tak mungkin melakukan tindakan tercela dan terlarang itu. Hanya Gu Wang yang memiliki hubungan dengan alam sejati roh suci namun dirinya tewas dan tak mungkin seseorang dari Aula Kemuliaan yang memiliki orang berkompetensi seperti dirinya di dalam bidang jiwa,"balas Tetua Ji Han.

"Maka dari itu kita harus bekerjasama menahannya selam mungkin,"ucap Tetua Ji Wu diangguki oleh semuanya.