NovelToon NovelToon
Sakit, Dituduh Selingkuh

Sakit, Dituduh Selingkuh

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / nikahmuda
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ludia Tola

Pertemuan dianggap sebagai takdir dalam menjalani kehidupan berumah tangga, namun rasa sakit hati yang ditorehkan setiap saat karena dituduh selingkuh secara perlahan mengubah rasa cinta membeku. Kesabaran ada batasnya. Sampai di manakah batas kesabaran yang miliki oleh tokoh yang berperan sebagai istri (Naya)?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ludia Tola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sangat Kecewa

Satu tahun telah berlalu. Kini Rona sudah mulai belajar melangkah demi selangkah dan sudah ada beberapa kata yang bisa diucapkan walaupun kadang belum terlalu jelas.

Selama satu tahun ini mereka Robin dan Naya melalui dengan suka dan duka yang silih berganti.

Mereka juga sudah berhasil membangun sebuah rumah yang cukup mewah. Ada empat kamar yang semuanya lengkap dengan kamar mandi.

Biaya yang digunakan untuk membangun tidaklah sedikit, selain tabungan yang sudah terkumpul, juga ada bantuan biaya dari kedua orang tuanya bahkan Robin juga masih harus mengurus kredit di bank.

Minggu depan mereka merencanakan untuk mengadakan sebuah acara demi mensyukuri terbangunnya sebuah rumah yang baru.

Ada banyak persiapan yang sedang dilakukan untuk acara tersebut karena rencananya akan mengundang seluruh keluarga, tetangga, serta teman dekat.

Dua hari sebelum acara dimulai, kedua orang tua Naya dan juga kedua adiknya sudah datang dari kampung. Mereka mengikut pada mobil Mak Kori yang kebetulan datang ke kota untuk berbelanja.

Dadang dan Adnan berdecak kagum ketika menginjakkan kaki memasuki rumah kakaknya.

"Wah, rumah Kakak mewah bangat bak istana!" seru Adnan.

"Sssttt, ngomongnya jangan kencang-kencang Dek, malu sama orang kota!" bisik Dadang tepat di telinga adiknya.

Naya tersenyum melihat tingkah kedua adiknya. Ia sangat mengerti karena baru kali ini mereka menginjakkan kaki di kota ini.

Sementara itu Ibu Sara dan Pak Rusdi merasa sungkan apalagi setelah melihat ada beberapa keluarga dekat dari pihak suami anaknya yang sudah berkumpul untuk kerja.

Melihat hal tersebut Naya langsung mengajak kedua orang tuanya ke kamar yang sudah ia persiapkan untuk mereka.

"Ehhh, Dadang, Adnan, jangan lompat-lompat di situ!" hardik Pak Rusdi melihat kedua anak laki-lakinya naik ke tempat tidur sambil melompat-lompat di atas kasur yang empuk.

"Iya Nak, nanti tempat tidurnya roboh atau rusak, suami kakakmu pasti mengusir kita dari sini," sambung Ibu Sara.

"Abis tempat tidurnya empuk bangat, Pa, Ma," sahut Adnan yang sudah duduk di pinggir tempat tidur tapi masih saja menggoyang-goyangkan tubuhnya.

"Kak, boleh nggak, sebentar malam kami tidur di kasur ini soalnya Adnan mau nyoba gimana rasanya?" tanya Adnan dengan polos

"Iya Dek, sekarang juga kalian boleh tidur di situ, kok," sahut Naya sambil tersenyum.

Sementara itu Dadang yang sudah agak dewasa langsung duduk dengan tenang saat mendengar teguran dari kedua orang tuanya.

Naya hanya tersenyum dan mengusap-usap kepala adiknya dengan penuh kerinduan.

"Mama dan Papa nggak usah segan-segan, ini 'kan rumah Naya, silahkan istirahat dulu!" kata Naya.

Tak lama kemudian Robin datang menemui mereka sambil menggendong anaknya. Ia menyalami ayah dan ibu mertuanya serta kedua adik iparnya.

"Udah lama tiba, Pak, Bu?" tanya Robin basa-basi.

"Baru aja," sahut Pak Rusdi.

Ibu Sara meminta agar diperbolehkan untuk menggendong cucunya. Ia sangat merindukan cucunya itu karena sejak lahir, ini baru kedua kalinya bertemu sedangkan Pak Rusdi, Dadang, dan Adnan baru pertama kali melihat si Rona yang sangat menggemaskan ini.

Awalnya Rona malu-malu bahkan mengeratkan pelukannya pada leher ayahnya ketika Ibu Sara hendak meraihnya tapi setelah dibujuk-bujuk oleh ibunya akhirnya anak itu mau digendong oleh omanya.

Hanya beberapa saat saja Rona sudah akrab dengan Oma dan opa serta Dadang dan Adnan.

Adnan sangat suka dengan anak kecil dan lama-kelamaan ia terlihat sangat akrab dengan Rona, ponakannya itu.

Melihat Rona yang sudah asyik bermain dengan Adnan dan Dadang, Robin dan Naya mengajak kedua orang tuanya untuk berkumpul di ruang tengah. Di sana sudah ada Pak Melki dan Ibu Noni yang sudah menunggu mereka.

Mereka pun mengelilingi meja makan setelah saling menyapa dan bersalaman satu dengan yang lainnya.

Di meja makan itu sudah tersaji berbagai jenis makanan yang memang sengaja disiapkan untuk keluarga yang berasal dari kampung.

Melihat makanan sudah siap di meja, Naya kembali ke kamar untuk memanggil kedua adiknya agar mereka dapat makan secara bersama-sama.

Dadang dan Adnan kembali melongo melihat berbagai jenis makanan. Keduanya heran dan bingung mau makan apa terlebih dahulu, namun kedua anak itu tetap bersikap sopan apalagi setelah melihat lirikan kedua orang tuanya. Dari lirikan tersebut tersirat pesan yang bagi Dadang dan Adnan sudah paham.

Naya dengan sigap melayani kedua adiknya dan ia merasa sangat bahagia menyaksikan kedua anak itu yang makan dengan lahap.

"Gimana, masih mau tambah lauk?" tanya Naya kepada Adnan yang tampak terlihat bingung.

"Udah kenyang Kak," sahut Adnan dengan mata melekat pada es buah yang ada di meja.

Naya tersenyum dan meraih dua gelas es buah lalu menyodorkan kepada Dadang dan Adnan.

Pak Rusdi dan istrinya memilih lebih banyak diam karena merasa risih dengan besannya. Kedua juga makan dengan porsi sedikit walaupun Naya selalu berada di sampingnya dan berkali-kali menyarankan agar tidak usah malu atau sungkan.

Setelah itu mereka bergabung dengan orang-orang yang sedang bekerja lalu mengerjakan apa yang bisa dikerjakan hingga malam tiba.

Mereka beristirahat di kamar yang sudah disiapkan secara khusus oleh Naya sebagai tuan rumah.

Malam itu Pak Rusdi dan Ibu Sara sulit untuk memejamkan mata. Berbeda dengan kedua anak laki-lakinya, Dadang dan Adnan malah tertidur dengan nyenyak.

Ibu Sara termenung mengingat Naya yang tubuhnya sangat kurus. Apa ia sedang tidak baik-baik saja? Punya rumah bak istana tapi kalau hati tidak tenang, buat apa dipertahankan. Begitulah yang ada di pikiran Ibu Sara. Namun ia kembali berpikir positif, mungkin Naya kurus karena punya anak kecil yang harus menguras tenaganya untuk mengurus anaknya tersebut.

"Belum tidur, Ma?" tanya Dadang.

Ia terbangun karena kebelet ingin buang air kecil dan melihat mata mamanya masih melek membuat ia heran karena jam di dinding sudah menunjukkan pukul 02.30 WIB dini hari.

"Ah, nggak, baru terbangun juga karena mau buang air kecil," sahut Ibu Sara dengan memberikan alasan yang masuk akal.

"Ohh,"

Sementara itu di kamar sebelah Naya juga tidak bisa memejamkan matanya. Ia selalu teringat dengan orang tua dan kedua adiknya. Tadi ia sudah berencana untuk tidur bareng dengan mereka namun ketika mengutarakan hal tersebut kepada suaminya ternyata sang suami tidak mengizinkan membuat hatinya sangat kecewa.

Satu tahun tidak pernah ketemu. Ada rasa rindu untuk bisa berkumpul dan hal itu sudah ada di depan mata tapi Naya tidak punya daya untuk melawan suaminya apalagi sebentar lagi akan mengadakan acara besar, Naya tidak ingin ada masalah yang lebih besar lagi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!