Raya yang baru saja melakukan ujian nasional, mendapatkan musibah saat akan datang ke tempat tinggal temannya. Kesuciannya direnggut oleh pria tak dikenal. Raya memutuskan untuk melaporkannya ke polisi. Bukannya keadilan yang dia dapatkan, namun ancaman. Tidak hanya sampai di situ saja, dia dinyatakan hamil akibat insiden itu. Lagi-lagi bukannya keadilan yang dia dapatkan, namun perlakuan buruk yang dia terima.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ROZE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26 Apa Harus Tinggal Bersama Daddy?
"Rean, Rion."
"Daddy."
Keanu langsung memeluk kedua anaknya yang berjalan bersama dengan Nina.
"Kalian mau ke mana?"
"Mau beli obat."
"Kalian sakit?"
"Tidak, tapi mommy yang sakit."
"Oh. Kamu saja yang beli, aku akan mengajak anak-anakku pergi."
"Tidak, tidak boleh."
"Kamu yang tidak boleh melarangku. Kamu hanya ibu angkatnya, kan! Sedangkan aku adalah daddy kandung mereka."
"Hei ...."
"Berisik!"
"Anak-anak, kalian tidak boleh ikut begitu saja. Ingat, mommy lagi sakit. Kalian tidak mau membuat mommy kalian khawatir, kan?"
"Iya, Mama."
Keanu mendengkus.
"Rean, Rion, ikut daddy saja, ya. Biar mommy kalian istirahat di rumah. Mommy kalian juga tidak bisa menjaga kalian saat ini."
Sebelum ada yang menjawab, baik Rean, Rion, atau pun Nina, Keanu langsung menggendong kedua anak itu.
Tidak sulit baginya menggendong Rean dan Rion sekaligus.
"Hei, jangan lancang! Kamu tidak boleh membawa mereka seenaknya tanpa izin dari Aya."
"Aya?"
"Ck, namanya saja kamu tidak tahu. Dasar tidak berguna!"
Keanu berpikir, apa benar perempuan itu bernama Aya?
Bodo amatlah, gak penting juga pikirnya. Mau tidak mau, Nina jadi harus mengikuti mereka. Dia mana mungkin membiarkan Rean dan Rion dibawa begitu saja oleh pria itu. Bisa-bisa Rean dan Rion tidak akan kembali.
"Caren, kamu mau ke mana?" tanya Vindra yang bertemu dengan mereka di lobi apartemen.
Nina langsung ikut masuk ke dalam mobil Keanu tanpa permisi, yang kemudian diikuti oleh Vindra, juga Virza.
"Ck, kalian ini mengganggu saja," ucap Keanu.
"Za, kamu yang setir mobil!" lanjutnya.
Daripada menjadi supir mereka, lebih baik dia duduk dengan kedua anaknya. Mau tidak mau Virza yang menjadi supir.
"Kita mau ke mana?"
"Ke mall."
Mereka menunju mall terbesar di kota itu. Rean dan Rion sejak tadi tidak berhenti memperhatikan mobil mewah yang mereka naiki itu.
"Daddy."
"Ya, Sayang?"
"Ini mobil siapa?"
"Ini mobil Daddy. Apa kalian suka?"
"Suka."
"Kalian bisa naik mobil ini setiap hari, kalau kalian bersama daddy."
"Benarkah?"
"Iya."
"Hei, dasar licik. Jangan menghasut mereka seperti itu!" bentak Nina.
"Mama, jangan malah."
Nina menatap benci kepada Keanu, yang dibalas tatapan mengejek oleh pria itu.
Mereka kini tiba di mall itu. Rean dan Rion yang melihat mall itu, terlihat lebih senang lagi.
"Waahh, kelen."
Kedua anak itu sangat antusias memasuki mall. Mereka belum pernah masuk ke mall ini, meski hanya sampai lobi depan saja.
"Kalian bisa membeli apa saja yang kalian mau."
"Anak-anak, ingat, mommy kalian sedang sakit, dan sedang menunggu kita."
Wajah kedua anak itu langsung berubah.
"Apa-apaan kamu ini, apa kamu tega menghilangkan kesenangan mereka?"
"Kamu yang apa-apaan? Sudah aku katakan, Aya sedang sakit, tapi kamu malah membawa anak-anak ini pergi ke mall. Ke mana hati nurani kamu?"
"Enggak usah sok menggurui!"
"Dasar sampah!"
"Apa kamu bilang!"
"Stop, sudah cukup!" lerai Vindra.
Dia tidak mau Keanu atau Nina bertengkar.
"Daddy, kita pulang saja," ajak Rean.
"Kita sudah di sini, kalian beli saja apa pun yang kalian mau, baru kita pulang," ucap Keanu.
Rean dan Rion akhirnya memilih banyak mainan. Wajah kedua anak itu kembali ceria. Bukan hanya mainan saja, tapi juga tas, sepatu, baju.
"Daddy, mau beli buat mommy dan mama, boleh?" tanya Rean.
"Boleh."
"Tidak usah," tolak Nina.
Wajah Rean dan Rion kembali murung.
"Kamu ini, apa tidak bisa menyenangkan mereka? Entah bagaimana nasib anak-anakku tinggal bersama kalian berdua."
"Hei, kamu tidak tahu apa-apa, jadi tidak berhak menilai Aya dan aku."
Keanu mendengkus.
"Pilih saja yang kalian mau."
Setelah membeli banyak barang, mereka akhirnya makan di salah satu kafe di mall itu.
Sedangkan di apartemen, Raya sedang gelisah. Tidak ada siapa-siapa di sana. Menghubungi Nina, tapi ponselnya ada di dalam kamarnya. Raya ingin mencari keluar, tapi tenaganya tidak cukup kuat meski hanya berjalan sampai pintu depan saja.
"Kalian ke mana, sih?"
"Tidak mungkin dibawa oleh pria itu, kan?"
Terpaksa dia hanya bisa menunggu, sambil banyak-banyak berdoa.
Di mall
Mereka kini makan, kecuali Nina yang hanya duduk saja. Perempuan itu juga sangat gelisah, takut terjadi sesuatu pada Raya.
"Kamu gak makan?" tanya Vindra.
Perempuan itu hanya melengos saja.
"Ayo," ajak Nina sambil menggandeng tangan Rean dan Rion. Jangan sampai pria itu mempengaruhi keduanya lagi.
Barang-barang yang tadi dibeli, akan langsung diantar ke alamat yang Keanu berikan.
Begitu tiba di lobi apartemen, Nina langsung mengajak Rean dan Rion ke apotek lebih dulu, tanpa berpamitan kepada ketiga pria tidak tahu diri itu.
"Mama jangan malah."
"Kalian jangan seperti itu lagi. Kasihan mommy yang menunggu kita."
"Iya, Ma."
"Kamu tidak berhak memarahi anak-anakku!" ucap Keanu.
"Aku tidak memarahi mereka. Aku hanya memberi tahu mereka, betapa pentingnya menjaga perasaan mommy mereka yang telah lama bersama mereka. Bukan malah pergi dengan pria yang tiba-tiba saja datang dan belaga seperti pria baik-baik."
"Kamu!"
"Bisakah kalian tidak seperti ini? Caren, jangan ikut campur urusan Keanu dengan Aya."
"Kalian yang tidak berhak ikut campur. Aku, sudah bersama mereka selama beberapa tahun ini, sedangkan kalian apa? Baru datang, sok kenal, sok menghakimi, sok tahu, sok paling berkuasa. Kalian bertiga menjijikkan."
"Kok aku? Aku kan gak salah apa-apa sama kamu dan Aya," ucap Virza.
Nina lalu masuk ke apotek, dan membeli obat penurun panas juga vitamin.
"Kalian bertiga dari mana saja?"
"Kami dari apotek."
"Kenapa lama sekali?"
"Iya, tadi ada urusan."
Nina tidak tega menceritakan semua itu pada Raya. Bukan berarti juga dia ingin bohong. Mungkin nanti saat Raya sudah sehat, Nina baru akan cerita.
"Makan dulu, Aya."
"Kalian juga makan," ucap Raya pada Rean dan Rion.
"Kami sudah ...."
"Rean, Rion, ayo makan," ucap Nina.
Rean dan Rion menurut saja, makan meski hanya sedikit.
Raya merasa ada yang aneh dengan mereka bertiga. Perasaannya menjadi tidak enak. Dia hanya berharap, semoga semuanya akan baik-baik saja. Yang penting saat ini, kedua anaknya ada di hadapannya.
Raya menghela nafas dalam-dalam. Mulutnya terasa pahit, tapi mungkin tidak akan sepahit apa yang nanti dia rasakan saat tahu kalau Rean dan Rion baru saja bersenang-senang dengan daddy mereka.
Perempuan itu lalu meminum obat. Dia ingin cepat sembuh, karena besok harus kembali bekerja dan kuliah.
Rean dan Rion lalu menonton televisi, meski wajah mereka terlihat tidak fokus dengan apa yang ada di hadapan mereka, karena masih teringat dengan barang-barang yang mereka dapatkan dari daddy mereka.
Mereka ingin segera memainkan mainan mereka yang bagus-bagus dan mahal-mahal itu. Tapi barang-barang itu tidak ada bersama mereka.
Apa kalian ingin memainkannya, mereka harus tinggal bersama daddy mereka dulu?