NovelToon NovelToon
DUNIA KITA BERBEDA: ADHISTI DAN KENZO

DUNIA KITA BERBEDA: ADHISTI DAN KENZO

Status: tamat
Genre:Misteri / Matabatin / Cinta Beda Dunia / Dunia Lain / Pendamping Sakti / Tamat
Popularitas:69.5k
Nilai: 5
Nama Author: Siti H

Harap membaca Novel JERAT CINTA DEWI ULAR biar gak bingung sebelum membaca novel ini.

Dua cinta yang terpisah karena beda dunia. akan kekuatan cinta mampu mempersatukan mereka kembali?

Akankah ada jalan bagi mereka untuk menemukan cinta yang hilang..

Ikuti kisah perjalanan cinta anata Kenzo dan Adhisti yang harus terpisah karena dunia mereka yang tidak sama..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga Puluh tiga

Sosok itu tersenyum menyeringai, dan menelan batu delima hitam tersebut dengan cepat.

Adhisti tercengang melihatnya. Ia sangat kesal dan itu merupakan batu delima hitam yang diinginkannya, dan menjadi tahap awal untuk ia kembali seperti sedia kala, setidaknya memulihkan kulitnya yang memenuhi seluruh tubuhnya.

Adhisti menghunuskan ujung tombaknya, dan ia menyerang sosok tersebut, dan akan merebut kembali batu delima itu dari Siluman Elang yang sudah membuatnya sangat marah.

Namun disisi lain, ia ingin menghabisi sosok itu dengan tujuan untuk menyelamatkan puterinya Dewi Pandita yang saat ini sedang berada dalam penyekapannya.

Wuuuush

Ujung senjata berupa tombak itu melesat kewajah sang Elang, namun ia berhasil menghindarinya.

Melihat hal tersebut, Adhisti tak ingin menyerah, ia kembali mengayunkan ujung tombaknya, lalu memutar tubuhnya dan menghujamkannya ke arah sang Elang.

Namun, sosok itu berkelit ke udara, lalu memberikan satu cakaran dan mengenai lengan Adhisti yang membuat luka cukup parah.

"Aaaaargh,"Adhisti mengerang kesakitan. Ia melihat darah merembes keluar dari luka cakaran tersebut. Saat bersamaan, sosok itu melesat terbang, dan Adhisti berusaha mengejarnya.

Saat ia akan melesat, terdengar dalam samar suara Dewi Asri yang merintih dalam pesakitan, ia seolah sedang sekarat.

Adhisti kembali dilema. Ia menatap langit malam yang menyembulkan supermoon cukup besar namu ia kembali melirik ke arah rumahnya, dan ia memutuskan untuk melihat sejenak kondisi sang ibunda.

Ia melesat masuk ke dalam rumah panggung, lalu memeriksa kondisi Dewi Asri yang terlihat cukup kritis. Cairan pekat berwarna hijau masih keluar dari luka yang berada diperutnya.

"Ibu, aku kan menyelamatkanmu," ucapnya dengan rasa khawatir.

"Pergilah, selamatkan Dewi Pandita. ia lebih membutuhkanmu, aku bisa mengatasi diriku." Dewi Asri menepis tangan Adhisti dan memintanya untuk pergi.

"Tapi---,"

"Pergilah!" usir Dewi Asri dengan wajahnya yang pucat.

Ditengah kebimbangannya, Adhisti harus memilih antara baktinya pada sang ibunda atau cintanya pada puteri kecilnya.

"Baktiku padamu tak kan pernah habis, dan begitu juga cintaku pada puteriku juga abadi, tapi aku juga tidak tega melihatmu dalam kondisi seperti ini, aku akan memberikan energiku padamu untuk membuat ibu bertahan." Adhisti menggerakkan kedua tangannya, lalu mengatup didepan dada sembari memejamkan matanya.

Tak berselang lama, menempelkan telapak tangannya pada punggung san ibunda, lalu menyalurkan sebuah energi yang dilingkupi oleh cahaya kuning keemasan dan membalut tubuh Dewi Asri.

Braaak

Adhisti tersentak kaget. Ia melepaskan tangannya, ia tidak bisa memberikan semua energinya yang tersisa, sebab ia harus menyelamatkan Dewi Pandita.

Terlihat Dewi Asri mulai membaik, namun Adhisti merasa sedikit lemah karena sudah memberikan sebagian energinya pada sang ibunda.

Melihat kondisi ibundanya yang tampak membaik, ia keluar dari ruang kamar dan melirik luka dilengannya. Ia merobek sedikit ujung jubahnya, lau mengikat luka tersebut.

Nafasnya tersengal, dan ibarat sebuah batrei ponsel, maka ia hanya memiliki daya tujuh belas persen saja.

Akan tetapi, ia tak akan membiarkan puterinya harus mati begitu saja ditangan Siluman Elang Putih yang saat inj pasti sedang melakukan ritual persembahan.

Adhisti melesat mengendus aroma tubuh puterinya, lalu menuju tempat persembunyian sang Siluman Elang Putih.

Dengan tombak ditangannya, ia bersiap menghabisi lawannya, tidak perduli jika ia yang harus menjadi korbannya.

Sesaat ia merasakan jika aroma tubuh puterinya sudah semakin dekat, itu sangat dapat ia rasakan.

Ia mempercepat pencariannya, dan saat ini ia melihat jika Dewi Pandita sedang dibaringkan diatas sebuah meja datar yang terbuat dari batuan cadas.

Kedua tangan dan kakinya diikat pada setiap sudut meja menggunakan sebuah besi yang dibentuk sedemikian rupa.

Sosok itu menghunuskan sebilah pedang menunjuk kearah langit, tepatnya pada Supermoon yang saat ini sedang bersinar sangat terang.

Ujung pedangnya berkilau saat tertimpa cahaya rembulan, dan ia menarik pedangnya, lalu menghujamkannya pada Dewi Pandita yang sedari tadi bergerak memberontak.

Traaaang

Sebuah tombak melesat dan mengenai ujung mata pedang yang hampir saja menyentuh kulit dada yang tepatnya pada area jantung.

Pedang itu bergeser dari posisinya, namun masih pada genggaman sang Siluman Elang.

"Hah!" ia tersentak kaget, dan menatap penuh amarah pada sosok wanita yang telah berdiri tak jauh dari sisi meja.

Wanita itu adalah Adhisti. Ia datang untuk menyelamatkan puterinya, meskipun energinya saat ini sudah sangat lemah.

Dewi Pandita yang mengetahui kedatangan sang ibu tersenyum, meskipun ia merasa jika ibundanya sedang tidak baik-baik saja.

Adhisti menatap sosok Elang Putih itu dengan tatapan tajam. Nafasnya tersengal, ia seolah sedang mengumpulkan semua tenaganya yang tersisa.

Sosok Elang Putih itu kembali melayangkan pedangnya, lalu menyerang Adhisti dengan mengayunkan pedangnya.

Wuuuuussh

Traaaang

Suara benda tajam itu saling beradu dan sang Elang tak ingin kehilangan kesempatan ini. Ia harus menyelesaikan malam ini juga.

Wuuuussh

Suara hunusan pedang dari sang Siluman Elang Putih yang menuju ke arah wajah Adhisti, namun wanita itu berhasil menghindarinya.

Sang Elang kembali menyerang, ia melompat terbang keudara, dan mengayunkan pedangnya dengan gerakan menebas kearah tubuh Adhisti.

Dengan sigap wanita itu menangkis dengan batang tombaknya, dan mata pedang tertahan dibatang tombak.

Sosok itu terus menekan pedangnya dan membuat Adhisti harus menahannya dengan sekuat tenaga.

Sosok Elang itu terus saja menekannya hingga membuat Adhisti bergerak mundur dengan posisi tubuh Elang yang menukik diudara dan terus mendorong lawannya dengan sangat kuat.

Braaaaak

Tubuh Adhisti menghempas sebatang pohon, dan itu membuatnya berhenti, sehingga Sang Elang Siluman semakin menekan pedangnya dan membuat Adhisti kehabisan tenaga dan tangannya bergerak mundur hingga pedang hampir menyentuh ujung hidungnya.

Tap

Adhisti berhasil menekan pedang itu hingga menjauh darinya, dan ia bergerak menghindar hingga membuat mata pedang menyentuh batang pohon.

Adhisti meraskan kepalanya sangat pusing, dan pandangannya mengabur.

Sang Siluman Elang kembali menyerang, lalu menebaskan kembali pedangnya.

Craaaaaas

Kali ini mengenai pundak Adhisti dan membuat luka yang cukup parah dan darah mengalir dari lukanya.

Adhisti terhuyung sembari memegangi luka tersebut, pandangannya semakin mengabur, namun ia terus berusaha untuk tetap.sadar dan memberikan perlawanan pada sosok Siluman Elang.

Adhisti menopang tubuhnya yang hampir rubuh dengan batang tombak. Ia berjongkok dengan lutut kanannya menyentuh tanah, nafasnya tersengal dengan deru nafas yang tidak beraturan.

Buuuuuugh

Sang Siluman Elang Putih menendang Adhisti hingga terjungkal, dan tombaknya terpental dari genggamannya. Ia tergeletak dengan tak berdaya, pandangannya hampir menggelap.

"Ibu," panggil Dewi Pandita dengan suara yang lirih, dan itu masih terdengar ditelinga Adhisti.

Ia mencoba menggerakkan jemarinya, mengumpulkan segala kekuatannya, namun ia seperti kehabisan energinya.

"Dita," gumamnya dengan lirih ditengah keterpurukannya.

Saat bersamaan, Siluman Elang melesat cepat dan mendarat tepat dihadapannya.

1
Bunggo Sikumbang
thor belum nongol itu asmara cinta dua titisan.
Anna Andriani
yang bikin cerita ini otaknya pasti encer banget, bisa bikin cerita novel keren bengini👍👍👍👍👍 5 jempol untuk penulisnya
Siti H: makasih hadirmu😘
total 1 replies
Dyana
luar biasaaa, bagusss, imajinasi author sgt kreatif dan ga mbosan kn.... pnataankata demi kata ny jg bagus.. good job Thor... mg sllu sehat dan brkaryaa..
Siti H: singgah di novel buhul ghaib, Kak..
Siti H: Makasih, Kakak😘
total 2 replies
Dyana
sayang author sekebonnn........ sabar menggunakan kisah2 selanjutnya..... 🫦
Siti Yatmi
aku kangen cerita adhistiiii
Siti H: akhir bulan, ya Kakak
total 1 replies
Radhita Indrawati
senengnya si Dita
Radhita Indrawati
mahal tuh pasti berliannya /Drool/
Radhita Indrawati
huuhhh
Radhita Indrawati
lama sekali Dita ketemu papanya
Radhita Indrawati
mama Endah kelamaan mikirnya
Siti Yatmi
akhhhh..jgn tamat Thor ...baru juga bahagia ini baca nya, kenapa udh mo tamat ...
Siti H: nanti dilanjutin dinovel berikutnya
total 1 replies
Lilik Sriyani
tamat atau gimana ini ceritanya ?
Siti H: ntar dilanjut di novel berikutnya
total 1 replies
Muhammad Kevin
cowok khayalan lu letoy bngt ya thurboo🤣🤣🤣🤣🤣🖕🐶
YuniSetyowati 1999
Akhirnya
YuniSetyowati 1999
Sungguh aku takut baca ini mak.Horror banget.
YuniSetyowati 1999
Love you too
YuniSetyowati 1999
Ppnya bagus Mak 🥰🥰🥰🥰 Ok aku tunggu.
YuniSetyowati 1999
Iya pa sebentar Nanti penjelasan dibelakang.Sekarang Kenzo mau nidurin pentungnya Kenzo bangun 😅😁
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndini Andana
Asmara Cinta Dua Titisan Gaib
satu masih keturunan siluman ular🐍
satu masih keturunan kunti 👻
Ai Emy Ningrum: gajah 🐘 itu mah
Siti H: ekornya bertambah depan dan belakang
total 7 replies
Bocah Angon
suka banget karya nya certnya seru selalu buat penasaran yg baca ceritanya juga gak ngebosenin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!