NovelToon NovelToon
Aku (Tak) Mau Menikah Ummah

Aku (Tak) Mau Menikah Ummah

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintapertama / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

Kehidupan yang di alami orang sekitarnya, terutama kakak nya sendiri membuat Harfa tak mau menjalani yang namanya pernikahan.
Apalagi, setelah Biru, membatalkan pernikahan mereka. Membuat hati Harfa begitu dingin akan yang namanya cinta. Mengunci hati hingga sulit di tembus.
Perubahan Harfa membuat kedua orang tuanya merasa sedih. Apalagi usia Harfa tak lagi mudah.

"Nak, menikahlah. Usia kamu sudah matang?"

"Tidak. Aku gak mau menikah, Ummah."

Jawab tegas Harfa membuat hati umma Sinta teriris.

yuk ikuti kisah nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 Anak ku

Dokter Harfa mengurungkan niat memberitahukan tentang lamaran dokter Langit. Karena kejadian tadi malam yang tak memungkinkan dokter Harfa bicara.

Bukan apa-apa, hanya saja dokter Harfa sedikit lupa saking bahagianya atas kehamilan kakak Ifa.

Apalagi semua orang kini fokus pada kakak Ifa. Membuat dokter Harfa tak ada waktu untuk bicara. Belum lagi jadwal dokter Harfa di rumah sakit sangat padat.

Tahun baru bukan waktu libur bagi dokter Harfa. Justru, jadwalnya semakin padat saja. Karena dokter Harfa tidak berniat ambil cuti. Tentu, waktu luangnya tergantung jadwal nya saja.

Sikap dokter Harfa seperti itu membuat dokter Langit kecewa. Dokter Langit pikir dokter Harfa sudah memberitahukan semuanya.

Akhh ...

Teriak dokter Langit frustasi. Rasa kesal menghantui diri. Mau sampai kapan ia harus menunggu lagi.

Dokter Langit mengambil sesuatu yang ada di saku jasnya. Kepulan asap keluar dari mulutnya menjadi penenang di setiap rasa stresnya.

Siapa yang menyangka jika dokter Langit menghisap nikotin. Seorang dokter yang terkenal disiplin dan anti nikotin kini malah terlihat santai menghisapnya.

Kepulan demi kepulan asap keluar dari mulutnya. Mata dokter Langit memerah tajam seolah menyimpan hasrat yang tak bisa ia pendam.

Tidak ada yang tahu akan hal itu. Dokter Langit selalu melakukan hal itu dengan cara sembunyi-sembunyi.

"Jangan salahkan aku bertindak sendiri, Harfa."

Gumam dokter Langit sambil membuang puntung nikotin lalu menginjaknya seolah meninggalkan jejak.

Lalu dokter Langit menyemprot kan sesuatu pada mulutnya agar menghilangkan bau nikotin.

Dokter Langit tersenyum saat berpapasan dengan para suster yang akan pergi keruang perawatan.

Tidak ada yang curiga atas apa yang di lakukan dokter Langit di ruang itu. Ruang kosong yang sudah lama tidak terpakai.

"Oh, ya ampun sayang. Kamu apa-apa sih."

Kaget dokter Zahra kesal pada suaminya yang tiba-tiba membawanya keruang kosong. Entah apa yang terjadi pada suaminya.

Dokter Sam diam, memeluk tubuh dokter Zahra.

Dokter Sam menatap wajah cantik dokter Zahra. Semenjak dokter Zahra hamil membuat dokter Sam semakin tergila-gila.

"Astaghfirullah, sayang. Kamu kenapa sih?"

Ketus dokter Zahra menahan wajah dokter Sam yang akan mengecupnya.

"Baby, aku mau."

"Ini di rumah sakit Yang, kamu ada-ada saja. Aneh deh."

"Tapi--"

"Tahan ya, jangan di sini. Aku gak mau nanti tiba-tiba ada orang yang masuk. Mau di taruh di mana muka kita. "

Wajah dokter Sam berubah muram akan penolakan dokter Zahra.

Dokter Zahra menggelengkan kepala akan tingkah aneh suaminya. Baru kali ini dokter Sam se-nakal itu.

Dokter Zahra mengerutkan kening. Mencoba mencari sesuatu.

"Cari apa baby?"

"Kaya bau nikotin Yang. Siapa yang merokok di sini."

"Gak ah,"

"Masa."

Dokter Zahra merasa jika di ruangan itu bau nikotin. Tapi, anehnya dokter Sam tak mencium bau apapun. Dokter Zahra pikir mungkin itu bawaan hamil saja. Biasanya suka mencium bau yang aneh-aneh.

Mereka berdua keluar dari ruangan itu dengan sembunyi-sembunyi.

Tanpa mereka sadari dua orang perawat laki-laki melihat mereka. Keduanya nampak senyam-senyum melihat tingkah pasangan suami istri itu.

"Kalian sedang apa?"

Tegur dokter Harfa membuat kedua orang perawat itu gelagapan.

"Anu, dok--"

Dokter Harfa menengok ke arah lorong yang di lihat kedua perawat tadi. Di sana tidak ada siapa-siapa.

"Sudah lah, kalian kembali bekerja."

Kedua perawat itu langsung pergi. Dokter Harfa menengok sekali lagi pada lorong itu memastikan sesuatu.

"Tidak ada apa-apa. Apa yang mereka lihat."

Bingung dokter Harfa.

Itu hanya lorong ruangan yang sudah tidak terpakai. Rencananya ruang itu akan di jadikan ruang orang mati.

Dokter Harfa pergi begitu saja tanpa curiga apapun. Ada tugas yang harus ia lakukan lebih penting dari sekedar mengecek ruang kosong itu.

"Hay, dari mana saja. Saya mencari kamu?"

Ucap dokter Langit menghadang langkah dokter Harfa.

"Maaf, baru dari ruang dokter Yeri."

Mereka berdua terdiam. Dokter Harfa menatap dokter Langit. Keningnya sedikit mengerut melihat penampilan dokter Langit. Dokter Harfa merasa jika dokter Langit mengganti pakaiannya.

"Kamu masih belum memakai cincinnya?"

"Maaf--"

"Langit."

Sapa seseorang membuat dokter Harfa tak jadi meneruskan ucapannya.

"Loe apa kabar? Sudah lama tak ada kabar. Bagaimana kabar ga--"

"Harfa perkenalkan, Raka. Teman SMA dulu."

Potong dokter Langit, memperkenalkan temannya pada dokter Harfa.

"Raka, dia dokter Harfa."

"Hallo dokter, saya Raka. Saya banyak mendengar nama dokter dari Langit."

Dokter Harfa hanya tersenyum simpel saja. Tidak terlalu mengenal teman dokter Langit.

Mereka cukup basa basi tak lama dokter Langit membawa Raka menjauh dari dokter Harfa. Dokter Harfa sedikit heran akan gelagat dokter Langit. Tak biasanya dokter Langit bersikap seperti itu. Itu seperti bukan dokter Langit yang dokter Harfa kenal.

"Aneh, seperti ada sesuatu yang dokter Langit sembunyikan."

Gumam dokter Harfa merasa ada sesuatu hal yang di sembunyikan. Namun, dokter Harfa tidak terlalu peduli. Tapi, bukankah dokter Harfa harus tahu apapun yang berkaitan dengan dokter Langit.

Hubungan mereka saja belum terlihat membuat dokter Harfa tidak berani berasumsi lebih.

...

Setelah menjauh dari dokter Harfa. Dokter Langit langsung menatap tajam pada temannya itu.

Bugh ...

Sebuah tinju melayang membuat Raka tersungkur.

Raka tersenyum simpul sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

 "Brengsek Lo. Masih punya muka Lo nunjukin wajah brengsek Lo itu, sialan."

"Santai Bro. Gue cuma mau minta maaf."

"Minta maaf kata Lo, setelah kau hancurkan hidup gue."

"Tapi Lo nikmatin malam itu kan."

Bugh .. Bugh...

Dokter Langit hilang kendali menghajar Raka berkali-kali. Kemarahannya kembali membara setelah apa yang di lakukan Raka terhadapnya. Dokter Langit benar-benar menyesal punya teman sebejat Raka.

Andai waktu bisa di ulang. Dokter Langit tak akan liburan ke sana. Ke tempat di mana ia tak berdaya. Dan sialnya dokter Langit malah meninggalkan wanita itu sendiri dengan tangis yang terus terngiang di benaknya.

Dari kejadian itu, telah mengubah banyak hal di hidup dokter Langit. Dan itu menjadi penyesalan yang tak pernah bisa dokter Langit lupakan. Penyesalan yang mungkin tak bisa di maafkan.

"Pergi dan jangan pernah kembali. Gue tak akan memaafkan perbuatan Lo. Sampai kapan pun."

Ucap dokter Langit penuh amarah. Langsung meninggalkan Raka yang tergeletak tak berdaya.

"Wanita itu hamil."

Deg!

Langkah dokter Langit terhenti. Jantungnya berdetak kencang. Tangan dokter Langit mengepal erat. Dokter Langit menatap tajam Raka yang terkekeh merasa puas melihat penderitaan Langit.

Raka tidak kan pernah membiarkan siapapun bahagia di atas penderitaan nya.

"Itu anak Lo."

Raka melempar selembar Poto pada dokter Langit. Dengan tangan gemetar dokter Langit mengambilnya. Matanya semakin memerah penuh amarah, kesedihan, penyesalan bercampur jadi satu.

"Jangan membual sialan. Lima tahun gue mencarinya. Dia menghilang, bagaimana bisa Lo tiba-tiba datang dan tahu semuanya?"

"Karena semua rencana gue."

"Apa maksud Lo Raka."

"Raka ...,"

Teriak dokter Langit mengejar Raka yang kabur. Dokter Langit tidak akan membiarkan Raka lolos begitu saja.

Apa yang terjadi sebenarnya. Dan apa maksud Raka. Kenapa Raka ingin menghancurkan hidupnya. Apa salah dokter Langit.

Dokter Langit kembali menatap foto. Seorang bocah nampak tersenyum di sana. Wajah itu begitu mirip dengan dokter Langit waktu kecil.

"Anak ku."

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih....

1
Psbu Paus biru
sangat bagus
Psbu Paus biru
🥰🥰🥰🥰
Psbu Paus biru
😍😍😍
Drezzlle
mampir kak
Rahma Qolayuby: terimakasih banyak kak🥰
total 1 replies
Drezzlle
/Cry/ baru mulai udah sedih
Tien
kenapa diulang ceritanya kak
Rahma Qolayuby: bukan di ulang kk, cuma ini di daftarin buat kompetisi nulis periode 2
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!