kisah seorang gadis yatim piatu yang memperjuangkan panti dari orang yang ingin mengambil tempat tinggal anak - anak panti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon komah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati Airin Panas
Airin memasuki ruangan santai buat para pelayan, disana ada Indah sama Sari sedang asik mengobrol, dia sudah jarang mengobrol dengan rekannya.
"Hai, sedang apa kalian? Kayaknya seru banget nih, Kalian ngobrol tidak ngajak - ngajak" tanya Airin pura - pura cemberut setelah sampai didekat mereka.
"Eh nona muda" kata Sari, mereka terkejut kedatangan Airin langsung berdiri.
"Ck. Sudah aku bilang jangan panggil seperti itu, panggil aja namaku seperti biasa" kata Airin mengajak duduk kedua temannya itu.
"Tapi, nona tetap majikan kita" kata Indah.
"Iya" Sari.
"Bagiku tidak tidak ada majikan tidak ada pelayan kita semua sama, kalian semua tetap teman aku" Indah sama Sari tersenyum walaupun Airin sudah menjadi majikannya dia tetap rendah hati.
"Ngobrol apaan tadi?" tanya Airin. Datang Wiwik sama Vika bawa cemilan.
"Wah makin seru nanti ngobrolnya" Indah sumringah melihat Wiwik bawa cemilan, lalu mereka bercerita sesekali sambil bercanda.
Keesokan paginya.
Airin bersalaman pada mamanya setelah mereka selesai sarapan, tidak lupa kebiasaan mencium pipi.
"Papa berangkat dulu ma" pamit Mahendra.
"Iya hati - hati pa" saran Agata.
"Airin juga berangkat ma" pamit Airin bersalaman.
"Iya hati - hati sayang" Agata mengusap lembut rambut putrinya.
Seperti biasa Shaka membukakan pintu mobil untuk Airin.
"Silahkan nona" bukanya Airin masuk kedalam tapi malah berjalan memutari mobil lalu membuka sendiri pintu mobil yang sebelah tanpa bersuara sama sekali.
Semua heran dengan tingkah Airin yang aneh. Papanya yang dibelakangnya tadi geleng - geleng lalu dia masuk kedalam mobil.
Setelah sampai sekolahan saat Shaka ingin membukakan pintu untuk Airin, dia buru - buru membuka pintu sendiri dan keluar dari mobil, Shaka menunduk menyapa tapi Airin berjalan melewati dia begitu saja.
"Nanti papa jemput lagi" kata papanya. Setelah Airin bersalaman.
"Tidak usah pa, Airin bisa pulang sendiri kok" tolak Airin "Airin sudah besar, lagian Airin dari kecil selalu pulang sendiri bahkan berjalan kaki sudah terbiasa pa" Mahendra merasa bersalah putrinya harus berjalan kaki dari sekolahan sampai panti, dia tidak mengantar jemput putrinya.
"Papa akan tetap menjemputmu" kata sang papa tapi Airin fokus pada Shaka yang dihampiri seorang cewek, cewek itu kecentilan banget hati Airin panas.
"Tidak usah pa, aku bisa pulang sendiri" galak Airin sambil sinis melihat Shaka dan cewek itu, lalu dia segera pergi berjalan memasuki gerbang sekolahan.
"Ha kenapa lagi anak ini?" Mahendra berbicara sendiri, lalu masuk kedalam mobil dan meninggalkan sekolahan.
Saat jam istirahat Tasya sama Airin sedang makan siang dikantin, banyak yang menyapanya ternyata banyak yang mengenalnya kalau dia adalah putri pemilik sekolahan ini. Dan banyak pula yang memuji kecantikanya.
"Boleh aku duduk disini?" Jerri minta izin untuk duduk disebelah Airin.
"Oh iya boleh" jawab Airin sambil mengeser bokongnya.
"Ntar lu duduk disini ada yang marah" sindir Tasya.
"Siapa?" Jerri malah tanya.
"Siapa lagi kalau bukan, the geng beautiful itu" Tasya menyebut kata beautiful sambil bibir dijelek - jelekin karena dia tidak suka sama geng itu.
"Oh Amel. Sudah gue bilang kita nggak ada hubungan apa - apa" kata Jerri menjelaskan.
"Tapi dia nempel lu terus" sindir Tasya, Jerri malah tersenyum.
"Udah jangan bahas dia, mending kita bahas yang lain, bener nggak Airin?" tanya Jerri sambil menatap Airin penuh Arti.
"Hehe terserah" Airin merasa gimana gitu ditatap Jerri.
"Sialan anak baru itu" kesal Amelia yang melihat Jerri gebetannya lagi asik ngobrol sama Airin. Dia beranjak akan datang melabrak mereka tapi dilarang Giesel.
"Ntar aja kalau lu mau memberi pelajaran sama dia" kata Giesel.
"Tapi Sel" Amel panas dia ingin segera memarahi mereka.
"Kalau lu melabrak sekarang, lu akan malu sendiri" kata Giesel.
"Dipikir - pikir bener juga, kata Giesel Mel" kata Lila membenarkan.
"Ck. Ok deh" Amelia.
"Tunggu aja lu nanti" ancam Giesel sambil menatap Airin dengan senyum devilnya.
Dikantor perusahaan Erlangga.
Erlangga duduk dikursi kebesarannya, beberapa hari ini dia sangat sibuk sekali dia merindukan mama sama adik perempuan kecilnya.
Tok.
Tok.
Tok.
"Masuk" tidak lama masuk seorang perempuan cantik membuka pintu membawa sebuah map.
"Siang pak" sapa wanita itu menunduk lalu menyerahkan map yang dia bawa tadi untuk ditanda tangani, Syantika sang seketaris. Hanya dijawab deheman saja oleh Erlangga.
Diam - diam Syantika memperhatikan Erlangga saat menandatangani berkas, dia sangat mengagumi sang bos tapi hanya dalam hati saja dia tidak berani bicara blak - blakan atau terus terang didepan bos killernya, menatapnya aja dia tidak berani. Dia sangat berharap Erlangga bisa menyukainya tapi itu tidak mungkin seorang bos bisa suka sama seketaris seperti dia.
"Benar - benar pahatan yang sempurna" batinya.
Erlangga sudah selesai menandatangi semua berkarnya lalu dia menaruhnya diatas meja agar seketarisnya mengambilnya. Erlangga melihat Syantika karena hanya diam masih berdiri malah sibuk melamun.
"Khmm" Deheman Erlangga membuyarkan lamunannya.
"Ma maaf pak" ucap Syantika lalu mengambil map tersebut.
"Terimakasih pak, mmm saya permisi dulu pak" Syantika undur diri, Erlangga mengangguk, dia menatap punggung seketarisnya yang menjauh hingga menghilang dibalik pintu lalu kembali fokus pada pekerjaanya.
sehari agar shaka mau menggendongnya