My Geeky Genius Broker

Saat ini Jimin sedang bersiap untuk menemui seseorang setelah sebelumnya ponsel terus berdering, Jimin akhirnya mengangkat panggilan terakhir saat tertera nama sang ibu pada layar ponsel.

Segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke sebuah tempat.

Dan disinilah sekarang Jimin berada di pelataran parkir sebuah kafe anak muda yang berjarak dua puluh menit dari rumah.

Di salah satu sudut kafe tampak seorang wanita muda melambaikan tangan sembari tersenyum sangat merekah.

Sedangkan Jimin yang masuk melangkah mendekati meja tempat wanita muda itu duduk tampak hanya menampilkan ekspresi datar dan tidak bersemangat.

"Akhirnya kak Jimin mau menemuiku, aku senang sekali.. duduk sini kak. " ucap wanita muda itu dengan raut muka bahagia yang tidak ditutupi sambil menepuk kursi kosong disampingnya.

Namun Jimin yang tidak menjawab justru menarik satu kursi yang berhadapan terhalang meja kafe. Jimin duduk bersandar dengan satu kaki bertumpu dengan kaki lainnya, melipat tangan ditambah tatapan datar tanpa ekspresi namun cukup menunjukkan jika saat ini dirinya tidak menyukai pertemuan ini.

"Lain kali jangan meminta bantuan ibuku jika ingin menemuiku, menyebalkan ." ucap Jimin datar saat si wanita muda menawarkan beberapa menu terbaik di kafe.

"Maaf kak, cuma itu yang bisa aku lakukan agar bisa menemui kak Jimin. " tetap mengulas senyum meski harus menarik lagi buku menu yang dia sodorkan pada Jimin.

"Aku sudah bilang sejak awal kan, aku tidak mau dekat denganmu apalagi menjalin hubungan serius, kamu sama sekali bukan tipeku !" kata Jimin melanjutkan, Jimin juga mengatakan jika saat ini dirinya hanya akan fokus bekerja dan membangun mimpi masa depan sesuai apa yang dia inginkan.

"Ini bukan jaman Datuk Maringgih yang mana pihak pria memaksa pihak wanita agar mau menikah dengannya, tapi ini seperti Siti Nurbaya yang merasa bangga mengikuti keinginan orang tua, bodoh sekali kamu mau mau saja dijadikan boneka perjodohan orang tuamu !"

Perkataan Jimin memang cukup menusuk hati si wanita muda namun, tampaknya si wanita muda itu sungguh menyukai perannya sebagai Siti Nurbaya versi modern.

"Cinta bisa datang saat kita terbiasa satu sama lain kak, aku tidak apa jika saat ini kak Jimin belum membuka hati untukku tapi aku yakin suatu hari nanti kak Jimin akan dengan tulus menerima aku dan mempersilakan diriku masuk mengisi ruang di hatimu.. " manis sekali senyum si wanita muda itu, sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga dengan wajah merona merasa malu akan pernyataannya sendiri.

"Jalanilah kodratmu selayaknya wanita modern pada umumnya, jangan terlaku suka jadi boneka. Listen.. di jaman modern ini wanita akan berfokus menyukseskan dirinya sendiri diusia muda. Mereka saling berkompetisi untuk menduduki puncak kesuksesan di bidang apapun yang mereka geluti. Menikah bukan hal yang wajib untuk dilakukan dan aku sendiri bahkan tidak berencana menikah , bagiku wanita hanya akan merepotkan dan menghambat karirku didunia bisnis. Jadi aku harap ini terakhir kalinya kita bertemu karena aku sangat.. sangat tidak suka jika wanita mengejarku. " ucapan Jimin sangat panjang dan menunjukkan penolakan yang nyata pada si wanita muda yang hampir berkaca kaca di hadapannya.

"Kak Jimin.. apa tidak ada cara lain untuk aku bisa mengisi ruang di hatimu ? katakan apapun untuk memberi aku kesempatan kak.. Aku benar benar menyukai kak Jimin saat pertama kita bertemu aku langsung jatuh hati.. " wanita muda itu tampak menatap sendu meminta kesempatan.

"Aku akan bilang suka jika aku memang suka, dan aku akan bilang tidak suka jika memang aku tifak suka. Tidak perlu mengubah dirimu menjadi seperti apa yang aku mau karena.. Cinta tidak bisa dipaksakan sampai kiamat sekalipun. Wake up and raise your dream ! "

Jimin berdiri hendak melangkah pergi dari kafe, sedangkan di wanita muda itu benar benar terpaku menatap kepergian Jimin tanpa ekspresi dan membiarkan bulir air mata deras berurai membasahi pipinya.

Beberapa saat kemudian, wanita muda bernama Ameera tersebut menyeka wajahnya yang tampak memerah setelah mobil Jimin melaju pergi meninggalkan area kafe.

Masih sesegukan saat Jemari lentik Ameera menekan sebuah nama pada layar ponsel lalu mencoba menghubungi nomor tersebut..

Berdering beberapa kali sebelum akhirnya terdengar suara jawaban di ujung panggilan..

"Halo Ameera.. ada apa ?"

"Kak... hiks.. "