Luna Alexandra, gadis cantik berumur 20 tahun, seorang Mahasiswi semester 5 di Universitas XX.
Putri dari Wyman Alexander seorang pengusaha restoran yang sukses.
Ia tidak menyangka ayahnya meminta izin untuk menikah lagi setelah 10 tahun hidup menyendiri sepenigggal ibunya.
Apakah Luna mengizinkan Ayahnya untuk menikah lagi? Lalu siapa wanita yang ingin dinikahinya? bagaimana pula dengan kehidupan cinta Luna?
ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syauqi Namaria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Luna mengambil gelas yang berisi air dan memberikannya kepada Saga “nih minum” ucap Luna.
Glek…Glek…Glek…
Saga meneguk air yang di berikan Luna, jakun di lehernya terlihat naik turun, tanpa sadar Luna yang penasaran akhirnya mengulurkan tangannya maju hendak memegang jakun milik kakaknya itu.
Grep
Dengan sigap Saga langsung memblok tangan Luna, “kamu mau ngapain?” tanya Saga yang mencengkeram tangan Luna.
“Lepasin nggak” teriak Luna sembari menggoyang-goyangkan tangannya agar terlepas dari cengkeraman Saga.
Saga tersenyum smirik “kalau mau pegang jangan yang ini (menunjuk kearah jakun) tapi yang di bawah sini” ucap Saga, dengan polosnya Luna menatap kearah yang di tunjuk Saga di bagian bawah perutnya.
“mesum” celetuk Luna sembari membuang muka, membuat tawa Saga menggelegar memenuhi ruangan apartemen.
“Aku mau ke toilet, jadi tolong lepasin tanganku” pinta Luna.
Bukannya melepaskan, Saga malah menarik tangan Luna hingga tubuhnya terjatuh di pelukannya.
“Aku kangen sama kamu” ucap Saga sembari memeluk erat tubuh adiknya. Luna terdiam ia bahkan tidak berusaha memberontak malahan membiarkan Saga memeluk dirinya.
Drrrrttt…Drrrrttt…
Suara dering ponsel membuyarkan kemesraan mereka, Luna buru-buru mendorong tubuh Saga dan memalingkan wajahnya yang merona karena malu. Lalu ia menyambar tasnya yang ada di atas meja mengambil ponselnya yang
sedari tadi berdering.
“Dari siapa Lun” tanya Saga yang penasaran.
“Ka Adrian” jawab Luna santai sembari tersenyum.
“Cih” umpat Saga yang tak suka mendengar nama Adrian disebut membuat telinganya sakit, kemudian Saga berjalan masuk ke dalam kamarnya dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
“Halo Ka Adrian” jawab Luna.
“Hari ini aku nggak lihat kamu di kampus” tanya Adrian dari sebrang telepon.
“Aku libur ka, ngomong-ngomong ada apa nih tumben telepon” tutur Luna.
“Nggak ada apa-apa cuma pengen telepon aja” sahut Adrian.
“Kamu sibuk nggak jalan yuk” ajak Adrian, Luna tidak langsung menjawab ia menoleh kearah kamar Saga, memandangi kakak tirinya yang sedang tergolek lemas di atas ranjang dari kejauhan.
Luna menghela nafas pelan sebenarnya ia ingin sekali bisa jalan dengan Adrian, namun ia juga tidak bisa meninggalkan Saga yang sedang tidak berdaya sendirian di rumah.
“Maaf ya Ka hari ini aku nggak bisa keluar” ucap Luna yang sedikit kecewa.
“Ya nggak apa-apa, besok juga kita kan ketemu di kampus” sahut Adrian tertawa, lalu dia menutup sambungan teleponnya.
Luna berdiri terdiam “kruyuk…kruyuk…kruyuk…” cacing-cacing dalam perutnya yang sudah kelaparan mulai menggeliat menari-nari minta diberi makan. Kemudian Luna mulai berjalan kearah dapur untuk mencari makanan.
“Nggak ada makanan apa pun, satu bungkus mie pun nggak ada” ucap Luna yang membuka lemari kitchen set.
Lalu ia berjalan lagi menuju lemari pendingin, Luna hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat membuka
pintu lemari pendingin, tak ada bahan makanan apa pun di sana hanya beberapa botol air mineral yang berjejer rapi tersimpan di dalamnya.
“Aku ingat di bawah tadi ada sebuah minimarket” gumam Luna yang berjalan pergi keluar apartemen Saga.
Saga yang sedang berbaring di ranjang mulai menggeliat tersadar dari tidur lelapnya, membuka matanya perlahan menatap jam yang ada diatas nakas.
“Jam 14.00” ucapnya lirih sembari menggosok-gosok mata dengan tangannya.
Ia turun dari ranjang dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar, betapa terkejutnya saat ia mendapati Luna tidak ada di apartemenya, ia mencari di dapur, di kamar mandi bahkan di balkon apartemennya namun Luna tidak terlihat batang hidungnya.
Ia medudukkan tubuhnya di sofa dan menyenderkan punggungnya “huft’’ Saga menghela nafas panjang.
“Pasti Luna pergi setelah menerima telpon dari Adrian” gumamnya lirih.
“Bahkan dia nggak mikirin aku sama sekali, ninggalin orang sakit sendirian, pamitan aja nggak” imbuh Saga menggerutu.
Ting…Tong...Ting…Tong…
“Siapa lagi sih yang datang” keluh Saga sembari berjalan menuju pintu dan membukanya.
Ceklek…
“Eh udah bangun” ujar Luna melangkahkan kakinya berjalan masuk ke dalam dengan membawa dua tentengan plastik berukuran jumbo di tangannya.