NovelToon NovelToon
Sabda Buana

Sabda Buana

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ilham Persyada

Wira Pramana, seorang murid senior di Perguruan Rantai Emas, memulai petualangannya di dunia persilatan. Petualangan yang justru mengantarnya menyingkap sebuah rahasia di balik jati dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Persyada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membasmi Para Bandit

Jika sesuai rencana awal, Saka dan Amita akan langsung mengurus pimpinan para bandit sementara Abiyasa dan yang lainnya termasuk prajurit Suranaga mengatasi anak-anak buahnya. Meskipun kalah dalam jumlah, mereka cukup yakin dengan kemampuan yang mereka miliki. Sayangnya, komplotan bandit tersebut lebih waspada dari perkiraan mereka sehingga cukup merepotkan.

Amita mulai berpikir untuk mengubah taktik. Ia berniat untuk memberi waktu sampai para murid membebaskan semua tahanan sebelum bergerak meninggalkan dusun untuk memancing para bandit tersebut melakukan pertempuran secara terpecah-pecah dalam hutan. Amita berniat memaksimalkan keunggulan mereka dari segi kemampuan dengan taktik gerilya.

Namun, semuanya berubah saat ia menyadari sebagian dari komplotan bandit itu tertarik pada sesuatu yang terjadi di bagian lain. Amita lebih terkejut lagi saat mengetahui penyebab fenomena itu adalah Wira. Tak jauh darinya, Saka dan yang lainnya pun merasakan hal yang sama. Mereka hampir tak percaya seorang murid senior dapat melakukan tindakan seperti Wira.

Amita masih mematung melihat bagaimana Wira bergerak begitu lincah dan mencabut nyawa setiap bandit yang menyerangnya tanpa terlihat ragu saat sebuah energi pedang melesat ke arahnya. Beruntung, Abiyasa tiba tepat waktu untuk menangkis serangan dari salah satu pimpinan bandit tersebut.

‘’Senior, serahkan lainnya pada kami!’’ kata Abiyasa yang segera bergegas menuju ke tempat Wira bersama beberapa prajurit Suranaga.

Amita mengangguk. Ia menoleh kepada Saka yang sepertinya memiliki pemikiran yang sama. Dengan terpecahnya perhatian komplotan tersebut, mereka dapat kembali menjalankan rencana semula. Hampir bersamaan, Saka dan Amita melepaskan aura petarung yang sangat kuat dan menekan setiap bandit yang tingkat kemampuannya jauh di bawah mereka.

Seorang pendekar dan prajurit yang ada di sekitar mereka tak membuang kesempatan yang ada dan langsung bergerak untuk menghabisi lebih banyak bandit lagi. Sementara itu, Saka dan Amita langsung menyerang dua pimpinan bandit yang lebih lemah dari mereka berdua dan menghabisinya tanpa kesulitan berarti.

Sesaat kemudian, pertarungan antara dua pendekar madya dari Perguruan Rantai Emas dengan dua pimpinan komplotan Kala Hitam pun tak dapat terelakkan lagi. Saka berhadapan dengan sosok pengguna golok besar, sementara Amita melawan seseorang yang bersenjatakan dua pedang.

Di sisi lain, Wira baru saja menghabisi seorang bandit dengan tusukan pedangnya saat Abiyasa dan beberapa prajurit Suranaga tiba di dekatnya. Semula, Abiyasa mengira Wira telah mencapai batasnya sehingga ia bergegas secepat mungkin untuk memberi bantuan. Akan tetapi, setibanya di dekat Wira, Abiyasa kembali terkejut karena Wira masih tampak baik-baik saja. Selain napasnya yang sedikit memburu, pergerakan Wira masih sangat tangkas dan bertenaga.

''Senior, bagaimana keadaannya?’’ tanya Wira yang kini beradu punggung dengan Abiyasa.

''Hm? Ah, sepertinya aku hanya khawatir tanpa alasan, hahaha …,’’ tanggapan Abiyasa ini membuat Wira tertegun untuk sesaat, ‘’ehm, sudahlah ayo kita lumpuhkan sebanyak mungkin anggota komplotan ini …,’’ ia menebas leher seorang bandit yang diam-diam hendak menyerangnya dari titik buta, ‘’agar semuanya cepat selesai!’’

Tanpa menunggu reaksi Wira, Abiyasa bergerak untuk mengatasi beberapa bandit lagi. Wira sempat keheranan dengan tingkah seniornya itu, tetapi ia segera kembali memusatkan perhatian pada pertempuran yang menurutnya masih akan berlangsung cukup lama itu.

Kerja sama Abiyasa, Wira, dan para prajurit Suranaga semakin efektif sejak konsentrasi komplotan bandit tersebut terpecah-pecah. Dalam waktu yang relatif singkat, jumlah komplotan Kala Hitam berkurang dengan cukup cepat.

Sementara itu, Saka telah bertukar lebih dari ratusan serangan dengan pimpinan bandit yang menggunakan golok besar. bandit tersebut tak menyangka Saka dapat mengimbangi kekuatan serangannya dengan kecepatan gerak yang cukup menyulitkan.

Menghadapi lawan dengan ranah yang sama dengannya membuat Saka harus menggunakan segenap kemampuannya dari awal. Ia sadar betul meskipun kapasitas tenaga dalamnya lebih unggul, pengalaman bertarung lawannya tak bisa diremehkan.

Berkali-kali pimpinan bandit itu berusaha menekan gerakan Saka dengan aura pembunuh, tetapi Saka menggunakan tenaga dalamnya dengan sangat efisien sehingga cara itu tak dapat memengaruhinya.

Sebaliknya, dengan kecepatan yang ia miliki dan pengamatannya yang sangat baik, Saka dengan mudah menemukan celah dari setiap gerakan lawannya yang bertenaga besar itu. ‘Tarian Elang Putih!’ Saka mengalirkan tenaga dalam pada pedangnya dan melakukan serangkaian gerakan berkecepatan tinggi untuk menembus pertahanan lawannya.

Saka menghentikan gerakannya dalam jarak sepuluh langkah di belakang si bandit yang kini mematung. Tak lama kemudian, golok bandit itu terlepas dan jatuh ke tanah dan disusul dengan darah yang menyemprot dari sekujur tubuhnya, pemilik golok yang tak lagi bernyawa itu pun roboh menghantam tanah.

Tak jauh dari situ, nasib pimpinan komplotan bandit yang memakai dua pedang sebagai senjatanya tampak tak kalah buruk. Menghadapi Amita yang seorang perempuan, bandit tersebut awalnya bersikap meremehkan, tetapi ia langsung menyesali sikapnya sebab bahkan dengan kekuatan penuhnya, ia tak dapat membendung serangan tombak dari Amita yang mengalir deras tanpa terputus.

bandit pengguna dua pedang tersebut tak ingin kalah dengan mudah dan mulai menggabungkan kecepatan putaran sepasang pedangnya dengan tenaga dalam. Sayangnya, Amita tak hendak meladeninya dan semakin menambah kecepatan serangan tombaknya hingga pada titik yang tak dapat dihindari lagi oleh si bandit.

Setelah melepaskan sebuah tusukan dengan tenaga yang membuat bandit tersebut terpental mundur puluhan langkah, Amita mengalirkan tenaga dalam yang besar dan memusatkan serangan pada tusukan tombaknya, ‘Pengoyak Sukma!’

Pimpinan bandit yang tersisa itu tak dapat menghindar dari serbuan energi tombak Amita. Seiring dengan teriakan kesakitannya, dua pedangnya hancur berkeping-keping sementara pemiliknya meregang nyawa sebelum ambruk ke tanah.

Dengan tewasnya seluruh pimpinan mereka, komplotan bandit yang kini tersisa tak sampai sepuluh orang itu pun dapat dengan mudah ditaklukkan. Beberapa di antaranya sempat mencoba melarikan diri atau melawan, tetapi para prajurit Suranaga dan pendekar yang ada dapat menghentikan mereka tanpa kesulitan berarti.

Pertempuran tersebut benar-benar berakhir dengan menyisakan hanya tiga dari komplotan bandit yang masih hidup. Prajurit Suranaga menahan ketiganya setelah Saka dan Amita menghancurkan ilmu bela diri dan tenaga dalam mereka. Di sisi lain, tak ada yang terluka parah dari pihak Perguruan Rantai Emas dan Prajurit Suranaga sendiri.

Saat hampir semua orang membereskan sisa-sisa kekacauan yang ada, Abiyasa mendapati Wira tengah memuntahkan isi perutnya di dekat salah satu pohon di sudut Dusun Tawangalas. Selama pertempuran berlangsung, Wira memang menahan rasa mual yang terus meluap-luap dalam perutnya.

Setelah semuanya berakhir, Wira pun menyadari bahwa terlepas dari kemampuan yang ia miliki, pengalamannya dalam menghadapi situasi seperti ini masih terlampau jauh dibandingkan dengan para seniornya dan prajurit Suranaga.

‘’Wira, ayo kembali ke perkemahan,’’ Abiyasa mengulurkan sebotol bambu berisi air minum yang langsung diterima oleh juniornya itu.

Dalam diam, Wira dan Abiyasa berjalan kembali ke perkemahan. Abiyasa menepuk pundak Wira seakan mengingatkan padanya kalau dirinya tidak sendirian. Abiyasa pun tak menyinggung Wira yang baru bisa meneguk air minumnya setelah mereka berada cukup jauh dari dusun tersebut.

Saat itulah Wira benar-benar baru bisa mengerti makna di balik kisah yang diceritakan oleh Abiyasa. Wira pun merasa beruntung masih sempat mendengar Abiyasa bercerita sebelum mengalami kejadian serupa itu secara langsung, seperti malam ini.

Ketika perkemahan kelompok tujuh mulai terlihat, barulah Wira membuka suara, ‘’Senior, bagaimana nasib warga dusun yang selamat?’’

''Kalau tidak salah, Kepala Desa Danpa bersedia menampung mereka sebagai pengungsi sampai Dusun Tawangalas selesai dibersihkan dan dibangun kembali. Dua orang prajurit Suranaga telah dikirim untuk mengabarkan hal ini kepada Jenderal Dranasapta dan juga Ketua Raksala. Sepertinya, Kerajaan Suranaga sendiri akan turun langsung terkait dengan nasib warga dan pembangunan kembali dusun ini.’’

Wira mengangguk setelah mendengar penjelasan seniornya. Setelah beberapa saat, ia kembali bertanya, ‘’Lalu …, apakah ini berarti kelompok bandit yang disebut Kala Hitam itu sudah kita musnahkan, senior?’’

Langkah Abiyasa terhenti. Ia menghela napas sebelum duduk dan bersandar pada sebatang pohon. Wira berinisiatif menyerahkan air minum yang sejak tadi dibawanya. Abiyasa menerima botol bambu itu dan meminumnya.

Sebelum menjawab pertanyaan Wira, Abiyasa menatap perkemahan mereka yang kini tampak sibuk meskipun hari masih malam. Wira pun mengikuti pandangan Abiyasa. Ia melihat para murid senior dan warga desa sedang bahu membahu memberi perawatan kepada pengungsi dari Dusun Tawangalas.

‘’Kala Hitam adalah kelompok bandit yang cukup besar,’’ Abiyasa menjelaskan, ‘’mungkin kau juga sudah menyadarinya kan Wira?’’

Sekali lagi Wira mengangguk dan menatap seniornya yang kini terlihat sangat lelah itu. Seketika apa yang pernah dikatakan Nala tentang alasan keberadaan pasukan Suranaga kembali segar dalam ingatannya.

‘’Kurasa, mengingat jumlah yang baru saja kita bereskan tadi, itu hanya sebagian kecil dari mereka. Kala Hitam memiliki banyak markas. Kudengar, di wilayah barat Pulau Daksina ini saja mereka memiliki lebih dari sepuluh markas dengan jumlah dan kekuatan yang berbeda-beda. …,’’’

Menurut Abiyasa, ada kelompok Kala Hitam yang bahkan dapat menguasai sebuah kota kecil. Selain itu, ada juga kemungkinan bahwa kelompok ini memiliki pendukung yang berada di kalangan kerajaan sehingga keberadaan dan pergerakan mereka sulit dideteksi. Itulah kenapa Jenderal Dranasapta berinisiatif membawa seratus pasukan dan dua orang kepercayaannya untuk bergabung dalam misi perburuan ini.

Dengan kata lain, dugaan Nala mengenai misi lain yang dimiliki pasukan Suranaga memang benar adanya. Di satu sisi, Wira merasa tindakan Jenderal Dranasapta cukup beralasan sebab dengan misi perburuan tahunan ini sebagai alibi, beliau dapat dengan leluasa menyelidiki kelompok Kala Hitam tanpa gangguan dari pihak lain dari kerajaan. Namun, risiko untuk hal ini pun cukup besar sebab operasi ini dapat membahayakan tak hanya pasukan Suranaga sendiri, tetapi juga Perguruan Rantai Emas.

‘’Hei!’’

Tersadar dari lamunannya, Wira menangkap kembali botol bambu yang kini telah kosong, sementara Abiyasa tampak meregangkan tubuhnya sebelum merebahkan diri di dekat pohon tempatnya bersandar tadi.

‘’Senior, apa tidak sebaiknya tidur di tenda saja?’’ tanya Wira.

‘’hwwaalaaau hau haaau hoaaaaemmm …,’’ Abiyasa menguap lebar, ‘’kembalilah ke tenda, aku istirahat di sini saja. Di sana kelihatan masih sangat sibuk.’’

Wira menggelengkan kepala dan tersenyum melihat kelakuan seniornya itu. Kalau saja mereka tidak pernah bertarung bersama, Wira pasti akan menduga Abiyasa adalah sosok yang cuek dan santai. Melihat Abiyasa telah terlelap, Wira kembali memandang perkemahan.

Diam-diam Wira menanamkan keinginan pada dirinya sendiri untuk memberantas kelompok Kala Hitam. Entah dengan siapa ia akan melakukan hal itu, tetapi jika seorang diri pun ia akan tetap melakukannya, tak peduli akan membutuhkan waktu berapa lama. Untuk itu, satu-satunya jalan adalah ia harus menjadi lebih kuat lagi.

1
anggita
like, iklan utk novel fantasi timur lokal, moga lancar👌
anggita
Wira...,,, Ratnasari😘
Mythril Solace
Seru banget ceritanya, thor! Alurnya ngalir dan gaya penulisannya hidup banget—bikin aku kebawa suasana waktu baca. Aku juga lagi belajar nulis, dan karya-karya kayak gini tuh bikin makin semangat. Ditunggu update selanjutnya ya! 👍🔥
Ilham Persyada: siyap kak ..🫡
total 1 replies
Hillary Silva
Gak kebayang ada cerita sebagus ini!
Kaede Fuyou
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
Ilham Persyada: terima kasih Kak ... mohon dukungannya 🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!