Farraz Arasy seorang pemuda biasa tapi mempunyai kisah cinta yang nggak biasa. Dia bukan CEO, bukan direktur utama, bukan juga milyarder yang punya aset setinggi gunung Himalaya. Bukan! Dia hanya pemuda tampan rupawan menurut emak bapaknya yang tiba-tiba harus terikat dalam hubungan cinta tak beraturan karena terbongkarnya rahasia besar sang calon istri sebelum pernikahan mereka terjadi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tragedi kabel headset
Iya jatuh kejengkang! Bukan nyusep nyium lantai, bukaaaan! Untung aja Dewi pakai celana kan ya, coba kalo pakai rok.. Dengan posisi jatuh yang nggak ada elegan elegannya sama sekali itu.. Apa nggak bikin dia malu semalu malunya? Itu aja Dewi begitu susah payah ketika mau bangun dari jatuhnya. Namanya jatuh model begitu, sakitnya nggak seberapa, malunya luar biasa!
"Kamu sengaja ya, Ze?! Aku salah apa sama kamu sih? Inget ya Zea bocil dada rata.. Arraz itu suami ku juga! Kamu nggak usah pengen miliki dia sepenuhnya! Jadi--"
"Dek, mas mau mandi. Kamu mau ikut?" Arraz muak mendengar suara Dewi. Dia berinisiatif mengajak Zea melipir ke kamar mereka aja. Zea ngintilin Arraz karena tangannya digandeng mas guru suaminya, sambil tersenyum ke arah Dewi.
"Duluan ya mbak Dewi." Kata Zea.
Padahal Arraz dan Zea nggak ada niat sama sekali buat mandi bareng. Tapi lihatlah, Dewi langsung melotot tajam menatap kepergian dua manusia tadi meninggalkannya sorang diri di ambang pintu.
"Mandi berdua??? Heh!! Kalian nggak bisa gitu dong, Ar! Kamu juga harus ajak aku!! Aku kan istri kamu juga!! Aarr!! Apa yang kamu lihat dari Zea sih? Cakepan juga aku kemana-mana, aku jauh lebih seksi dan pasti bisa nyenengin kamu di ranjang!! Kamu aja nggak pernah ngasih aku kesempatan buat nunjukin skill ku dalam muasin kamu, gimana kamu bisa bandingin enakan dia dibanding aku?!!" Teriak Dewi menggedor-gedor pintu kamar Arraz.
Zea menarik alisnya sebelah ke atas. "Skill muasin di ranjang? Apa itu mas?" Tanya Zea bloon.
"Nggak tau." Arraz nggak mau banyak bicara. Dia berhambur ke kamar mandi. Mood nya anjlok ketika melihat Dewi dan suara cemprengnya.
Zea mengangkat bahunya acuh. Dia menyumpal telinganya dengan headset bluetooth agar nggak terganggu sama polusi suara yang diakibatkan oleh teriakan Dewi di luar sana, jemarinya lincah memilih musik yang akan dia dengar. Namun, ketika dia melihat notifikasi dracin yang dia ikuti baru saja up, Zea langsung merubah haluan dari pemutar musik ke aplikasi drama tersebut.
"Yaaaah.. Kok pendek banget sih! Padahal udah ditinggu dari kemarin-kemarin, giliran up cuma seuprit!" Keluh Zea sambil dlosor di ranjang milik Arraz yang sekarang jadi wilayah kekuasaannya.
"Apanya yang pendek, Zea?" Tanya Arraz baru selesai mandi.
"Dek! Panggil saya dek ya mas ya! Bukan Zea!." Zea langsung memprotes panggilan Arraz padanya.
"Iyaaa adeeek." Arraz membungkuk seperti seorang pengawal yang patuh pada titah ratunya.
Dalam bayangan Dewi, mungkin Zea dan Arraz saat ini sedang basah-basahan berdua di kamar mandi.. Lanjut ke tempat tidur, melakukan rutinitas layaknya suami istri yang baru saja menikah. Tapi kenyataannya, Arraz sibuk dengan laptopnya untuk bekerja. Sedangkan Zea sibuk dengan ponselnya menatap fokus pada setiap episode dracin yang diputar di sana.
"Subhanallah. Ini sih gantengnya nggak ada obat!" Zea mengelap air liurnya yang hampir menetes masih menatap ponselnya.
Lama-lama Arraz penasaran juga dengan apa yang dikerjakan Zea. Arraz menutup laptop lalu menghampiri Zea yang masih setia dlosoran.
"Bocah. Bukannya belajar malah nonton begituan." Arraz menyentil dahi Zea pelan.
"Iiih, ini seru tau mas! Mas nggak pernah kan nonton drama kayak gini?" Dan Zea juga nggak masalah abis dapet sentilan, dia malah menggeser tubuhnya agar Arraz bisa duduk lebih leluasa di dekatnya.
"Telinga mu disumpelin headset gitu masih denger mas ngomong? Hebat banget."
"Kan saya pelanin suaranya. Sini mas, nonton sama saya. Ceritanya bagus tau. Eh, bentar.. Saya ambil headset lain aja. Yang ini batrenya udah abis. Udah setaon nggak di ces!" Suka hati kau lah Ze.
"Pakai punya mas aja."
Arraz mengambil headset yang ada di kabinet tepat di atas headboard ranjangnya. Hanya perlu setengah berdiri tanpa berjalan kemanapun untuk mengambil benda dengan kabel menjuntai tersebut. Dan gerakan Arraz yang seperti itu membuat Zea bisa menatap langsung bagian perut Arraz dengan kaos tertarik ke atas. Mata bulat itu berkedip beberapa kali dikasih lihat pemandangan seperti itu.
"Ini." Arraz memberikan headset miliknya yang baru saja dia ambil.
"Eh, emm.. Iya mas. Makasih. Satu dipake buat saya, satunya lagi buat mas. Nih, pake mas!" Zea sudah memasang colokan headset ke gawainya, kemudian dia berikan salah satu pentolan headset pada Arraz.
Mereka diam. Zea terlihat antusias mengajak Arraz nonton drama favoritnya. Sedangkan Arraz, dia hanya berpikir jika sedang momong istri rasa adeknya saja. Menuruti apa yang bocah itu mau, selama yang Zea minta bukan menggadaikan ginjal Arraz, lelaki itu woles aja kayaknya.
"Lho, itu ciuman? Kok kamu nonton adegan kayak gini, dek? Ini lho ada tandanya 21 plus." Arraz panik kala drama yang mereka tonton menampilkan adegan ciuman. Mana suara ASMR nya bagian nafas yang megap-megap kurang oksigen dan decapan adu bibir para pemeran drama itu kedengeran jelas banget lagi.
"Kan semua dracin emang kayak gitu mas." Santai banget Zea jawabnya.
"Udah. Jangan nonton film itu lagi. Bahaya buat perkembangan otak, dek." Jelas Arraz gelisah. Wong dikasih edukasi kayak gitu tapi nggak bisa praktek kok, gimana kepala nggak mumet?
"Nanggung mas, itu om Ai Hong Chen ganteng banget.. Lihat deh, masa abis ciuman bibirnya digigit gitu. Kan seksi mas."
"Astagaaaa.. Otak mu udah terkontaminasi sama gitu-gituan. Nggak baik dek nonton film begituan! Kamu masih di bawah umur."
"Di bawah umur juga udah nikah ini."
Arraz mingkem. Bingung dia mau jawab apa. Mikir dulu beberapa detik.
"Beda itu. Itu kan yang kamu tonton mengandung unsur dewasa, dek."
"Aku aja pernah liat punya mas langsung. Kurang unsur dewasa gimana lagi itu mas?"
Kicep. Arraz nggak bisa ngomong lagi. Wes lah, kalah dia adu debat sama bocah. Alhasil tanpa banyak debat mereka lanjut nonton drama di ponsel Zea hingga mereka berdua ketiduran. Muka mereka saling menghadap, kabel muterin leher keduanya. Mungkin efek lelah atau bagaimana, dua-duanya tidur seperti orang kena hipnotis. Pules banget!
Pukul 04.55, Zea bangun lebih dulu merasakan perutnya kelaparan. Dia mengerjapkan mata. Kaget dengan pemandangan di depannya yang nampak seorang Arraz tidur miring menghadap ke arahnya, Zea lagi gelagapan. Dia mau duduk tapi kabel headset yang semalaman menemani mereka nonton drama, malah membelit erat pada leher Arraz. Ya udah deh, Arraz bangun karena kaget merasakan lehernya seperti dicekik.
"Dek, aduuh.. Kamu nggak lagi coba buat bunuh mas kan?"
"Enggak mas. Ini aduuuuuh, kok nyangkut di jepit rambut sih. Maaas.. jangan gerak-gerak! Ini rambut saya ikut ke tarik."
Sebenarnya Zea yang kebanyakan gerak, Arraz jadi tau rasanya tercekik lilitan kabel di leher itu senikmat apa.
"Diem dulu, dek."
Arraz memegang pundak Zea yang sejak tadi heboh sendiri pengen lepasin kabel headset di jepit rambutnya. Dengan pelan Arraz urai kekusutan yang tercipta pagi ini. Akhirnya dengan penuh kesabaran, Arraz dan Zea berhasil terlepas dari jerat headset jahanam!
suwun Thor adegan kokop2annya 🙊🏃🏃
maaf aku yg polos ini bertanya dengan nada dering selembut2nya.. tolong dijawab, jangan dijokiin😐
ora mangan nongko keno pulute awakmu arr kuapokkkkk