Iriana merasakan kekecewaan kepada tunangannya yang ketahuan berselingkuh bersama sahabatnya.
membuat ayahnya jadi khawatir, sehingga membuat ayah nya berpikir untuk ia tinggal di tempat ibunya (nenek Iriana) di Perdesaan.
**
"Apa kau sudah melupakan nya?"
Seseorang yang menunggu nya untuk melupakan kan mantan tunangannya.
Mampukah ia kembali jatuh cinta saat pernah di khianati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sky00libra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab29
Rai, membawanya keluar setelah waktu menunjukkan siang hari. Iriana, menginginkan perjalan kali ini kearah pantai. Menikmati waktu berdua, meski hanya sebentar.
"Mas! Lihat disana anak kecil itu buatin istana pasir. Lucu kan mas?" Senyum itu sangat lah indah terpatri di bibir manisnya. Rai, menyukai sensasi ini. Ia berharap suatu saat nanti adalah waktu ia dan Iriana seperti gambaran yang ada di depannya sana. Menjaga anak mereka bermain, liburan bersama pasti akan menyenangkan.
"Hei... Mas! Kenapa melamun dengan senyum-senyum gitu. Geli ih." Kikik Iriana, melihat tingkah aneh pria ini.
"Mas, hanya membayangkan jika itu kita sayang. Dimana mas menemani kamu dan putra kita bermain pasir, seperti itu." ucapnya lembut. Yang mana membuat pipi Iriana merona. Mana masih panas.
Matahari mulai tenggelam, dan menampakan senja. Warna dari bias jingganya saat lah indah. Iriana mengabdikan moment itu ponsel nya.
"Sini mas foto kan. Adek berdiri disana." Menunjukkan arah cahaya jingga yang cantik.
"Foto-foto yang cantik yah, mas." Seraya memberikan ponselnya. Tapi Rai, bilang bisa pake ponselnya sendiri. Ia juga ingin memiliki foto indah wanita nya.
"Satu, dua. Wow cantik, sayang!" tapi wanita itu yang di bilang cantik malah manyun.
"Mas, kalo ambil tunggu aku sudah siap dulu. Jangan asal jepret ih. Mana hitung nya satu sampai dua minimal tiga mas." Mengomel dengan kelakuan pria ini. Ia jadi malas lagi melanjut kan foto-fotonya.
"Tapi ko cantik gini yah, dek! Mas malah suka. Kalo gak mau biar mas simpan sendiri, dek." Ucapnya dengan sedikit terkekeh melihat wajah masam Iriana.
Duduk di tempat warung makan. Sudah menjadi keinginan Iriana, ia ingin menikmati menu makan malam dengan nasi goreng. Sebelum mereka melanjut kan kencan yang kedua.
"Mas! Aneh gak sih? Kalo orang-orang lihat mas begitu. Risih gak?" Seraya melihat keliling nya.
"Risih? Gak sih, dek. Karena mas tau kalo mas sangat lah tampan." Iriana sampai bergidik geli mendengar ke narsis-an pria ini.
"Benar kan, dek!" Menaik turun kan alisnya menggoda iriana.
"Iya... Mas iya. Mas ntar aku isi amplop nya 500 ribu yah buat teman." Kekehnya. Sekarang ia mode pelit.
"Gak beli aja dek! Di cari di mall saja dek. Jadi langsung saja gimana?"
"Gak usah mas. Udah amplop saja." finalnya ia tidak mau ribet. Membuat Rai, tidak bisa menghentikan keinginan Iriana. Biar lah asal wanitanya merasa bahagia.
Setelah selesai makan malam. Rai, membawa Iriana pergi ke mall tidak terlalu jauh 40 menit perjalanan akhirnya nya mereka sampai. Rai, membawa Iriana ke tempat area fashion & aksesoris. Mencari kan tas, dan sepatu ia memilih nya yang menurut nya cocok untuk Iriana. Masalah harga ia tidak peduli.
"Mas! Ini kebanyakan dan mahal-mahal semua." Ucapnya dengan berbisik di akhir.
"Mas yang mau. Gak mahal ko, dek. Besok kondangan bisa pake ini. Mau beli dress sekalian hmm."
Semuanya diambil mas Rai. Dari tas, sepatu sampai ke dress nya. Iriana tidak bisa menolak nya, mungkin besok saat ia pergi ke kondangan. Akan ia gunakan.
\*\*\*\*
Malam hari, setelah kepulangan mereka dari mall. Rai, membawa Iriana pulang lebih dulu. Karena ada pekerjaan dadakan yang di beritahukan sekretaris nya. Bisa saja Rai mengerjakan nya besok. Tapi dirinya sudah berjanji untuk menemani wanita nya kondangan. Terpaksa ia harus mengerjakan nya lebih cepat.
Di tempat Iriana, dia sedang melanjut kan menonton drama koreanya. Terlalu fokus, sampai getaran ponselnya mengalihkan pandang nya.
"Boby!" Gumam nya. Seraya mengangkat telepon itu.
"Hallo...!"
"Iriana...! Sial... Lo baru bisa dihubungi sekarang. Dimana lo? Kondangan nikahan Oliv!" Pria yang sedikit melambai. Tapi syukurnya omongan Boby tidak berubah melambai menjadi 'akhu' itu bahaya.
"Di rumah lah. Baru balik dari desa, besok aku pasti datang." Kekeh nya.
"Sama siapa kamu? Rame benar itu." lanjutnya, karena ia mendengar suara orang sedikit berisik.
"Banyak... Ada Cetie, Luna, Mela dan gue. Besok kami jemput, mereka tiga sedang sibuk coba gaun. Sekarang kami di Mall."
"Ehh... Gak usah! Aku besok sama seseorang."
"Siapa!? Cieee main rahasia-rahasia-an. Oke besok kami tunggu loh harus bisa kalah in wanita perebut itu." Setelah telepon itu mati.
Iriana, baru menyadari tidak mungkin Oliv tidak mengundang wanita itu. Tapi, bukan kah ia sudah berdamai. Jadi tidak ada yang salah nya.
"Hah... Terserah lah lagian aku tidak ada hubungan apa-apa lagi sama dia." Gumamnya. Seraya kembali lagi dengan film drama nya. Tapi ia jadi kepikiran mas Rai. Apa ia hubungan saja, mendadak jadi rindu.
Melihat ponsel nya, tertera nomor kontak Mas Rai. Ia tekan kan tombol hubung menunggu dering di angkat kan.
"Halo!" Sial. Suara itu berat dan serak-serak basah.
"Sayang! Belum tidur hmm."
"Emmm... Belum! Mas masih kerja yah?" Terdengar suara ketikan di suasana yang hening.
"Sedikit lagi, sayang. Ada apa? Sudah rindu sama mas hmm."
"Atau kesulitan tidur." Ia harus jawab apa? Jujur mengatakan ia juga rindu.
"Iya... Iriana merindukan mas Rai." lirihnya yang hampir tidak kedengeran.
"Apa, sayang!? Mas gak dengar." tapi suara kekehan itu seperti hanya ingin mengerjainya.
"Aku merindukan, mas!" dengan sedikit keras. Biar kan telinga pria itu berdengung. tawa di seberang sana semakin kencang.
"Jangan teriak, dek! Mas dengar ko." setelah pria itu menghentikan tawanya.
"Mas, sih." ia tidak tau sampai berapa jam ponsel mereka terhubung. Yang dirinya tahu ia ketiduran ketika mereka berdua masih mengobrol menemani pria itu bekerja. Meski sesekali ia diam, tapi ia tetap menunggu nya.
Sampai ia terbangun di jam satu malam, melihat layar ponsel nya yang sudah mati. Mungkin kehabisan daya. Mengambil charger untuk ia isi kan daya, meletakan di atas nakas. Ia sedikit tergesa-gesa, kantong penampungan urinnya sedikit penuh.
Di tempat Rai. Ia masih sibuk dengan kerjaannya, tiba-tiba ponsel nya mati. Tidak ada suara nafas Iriana. Ia melihat layar ponselnya itu yang masih nyala. Mungkin ponsel kekasih nya yang kehabisan daya.
"Hah... Baru selesai!" melepas kaca mata nya. Seraya melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 12 malam. Memijat pelipisnya, untuk mengurangi kadar pusing.
"Setelah kondangan. Mencari barang untuk lamaran. Apa suruh mama saja mencari nya, yang kurang aku ketahui." Gumam nya seraya mengistirahat kan tubuh lelahnya. Membayang kan melamar wanita nya. Senyuman itu sebagai pengantar tidur nyenyak nya.
Di sore pertama, dia dapat merasakan kehangatan itu. membuatnya merasa utuh. memberinya satu lagi, keinginanan kuat untuk bersamanya./Rose//Heart/
Diantara kepusingan seorang author, Sky.
Ada aku yang tertawa dengan durjana /Doge/