Dimalam saat Kiara tahu perselingkuhan kekasih yang sangat ia cintai, dia merasa hatinya remuk dan marah tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Tanpa diduga, dia yang seolah kehilangan dirinya naik ke pangkuan seorang mafia dingin yang kebetulan berada di tempat yang sama.
Kiara menggoda lelaki itu dan membuatnya terjebak dalam hubungan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Kau hanya wanita mainanku, aku tidak mencintaimu," Alexander Grey
"Berjanjilah saat kontrak usai kau harus melepaskan aku," Kiara
.
.
Ikuti Instagram aku ya : @anak_kost_joy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Kost, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalian semua sama.
Episode 26 : Kalian semua sama.
***
Masih ditempat yang sama, Alexander menoleh kebelakang dia melihat Kiara mengenakan selendang milik Layla, dia berjalan dengan cepat menghampiri Kiara, dan menarik selendang itu dengan kasar.
“Beraninya kau menerima selendang dari dia, jangan menguji kesabaranku dan ayo pulang!” geram Alexander melempar dan membuang selendang itu.
Kiara hanya menunduk, rasa sakit di hatinya sudah meluap dan dia tidak tahu lagi bagaimana cara menutup sakit hatinya, karena itulah dia menunduk.
Dia mengikuti Alexander berjalan, tangannya tetap aktif menutupi dada dan pahanya, karena tidak nyaman dan juga hak tinggi yang ia kenakan dia terjatuh sampai lututnya berdarah, tetapi dia tidak sempat mengobati lukanya atau mengambil waktu untuk merasakan sakit sekalipun.
Dia harus mengejar Alexander yang sudah berjalan jauh di hadapannya, jika tidak Alexander akan marah lagi kepadanya.
Dia masuk kedalam mobil, dia bisa lihat jika Alexander sama sekali tidak melihat sedikitpun kearahnya, sepanjang perjalanan Alexander hanya melihat kearah jalanan dengan mata yang kosong, seolah dia sedang memikirkan tangisan wanita yang ia sukai, yaitu Layla.
Kiara tidak mengerti mengapa Alexander tidak mau bersama Layla walaupun dia suka padanya, dan bagi Kiara tidak ada waktu untuk memikirkan hubungan mereka, karena hatinya sakit sekali, dipermalukan didepan banyak orang, tidak bisa membela dirinya dan direndahkan benar-benar menghantuinya sepanjang jalan.
Bahkan tangannya tidak berhenti bergetar karena masih takut dan terluka.
Luka di lutunya bahkan tidak terasa sakit lagi karena sakit hatinya, dia melihat ke sisi berlawanan dari Alexander, dia melihat jalanan dan dia bisa melihat pantulan wajahnya di kaca mobil hitam.
***
Tidak terasa air matanya yang sudah ia tahan mengalir, udara dingin yang menusuk tubuhnya karena pakaian terbuka, air yang membasahi tubuhnya membuat udara semakin dingin, luka di kakinya dan yang paling parah adalah hatinya yang seperti terkoyak karena diinjak-injak oleh keluarga Alexander.
“Menyedihkan!” gumamnya mengusap kaca mobil yang memperlihatkan wajahnya yang menyedihkan.
Orang lemah yang tidak bisa membela dirinya hanya untuk bertahan hidup.
***
Setelah menempuh perjalan sekitar beberapa puluh menit, mereka sampai di kediaman Alexander Grey, Alexander langsung pergi meninggalkan Kiara tanpa sepatah kata pun.
Kiara memutuskan tidak mengenakan sepatu hak tinggi itu, dan mulai berjalan mengikuti Alexander.
Baru setelah beberapa saat ia sadar rasa sakit di lututnya, karena banyak hal yang ia pikirkan sepanjang perjalanan dia lupa jika dia tadi terjatuh dan lututnya terluka sampai berdarah, lukanya sepertinya cukup dalam karena darahnya masih mengalir.
Dia buru-buru berjalan, dia tahu tidak akan ada yang memperhatikan dirinya atau menolongnya, dia harus mengobati dirinya sendiri.
“Buk!”
Karena tidak memperhatikan jalan, dia menabrak tubuh Alexander yang masih membelakanginya.
“Ma … maafkan saya Tuan, saya ….” Belum sempat Kiara meminta maaf, Alexander langsung menoleh ke belakang dan hendak memarahi Kiara yang menabrak dirinya.
***
Sedari tadi dia memikirkan keluarganya dan Layla, dia marah tapi kasihan juga pada Layla, semua pikiran itu membuat amarahnya memuncak dan saat Kiara menabraknya emosinya langsung pecah dan hendak melampiaskannya pada Kiara yang tidak sengaja menabrak dirinya.
“KAU!” Alexander berteriak namun saat ia melihat penampilan Kiara dia baru sadar dan memperhatikan penampilan Kiara.
Bajunya basah, wajahnya pucat mungkin karena ac dingin mobilnya langsung terpapar ke kulitnya, bahkan lututnya berdarah, sepanjang perjalanan dia tidak melihat keadaan Kiara yang sangat menyedihkan ini sekalipun.
“Kenapa lututmu berdarah, bajumu juga basah,” tanya Alexander terkejut, dia lalu mengingat jika Kiara disiram air oleh pelayan di rumah ayahnya.
“Ayo masuk dan obati ….” Belum sempat Alexander melanjutkan ucapannya, Kiara langsung berbicara, dia melihat kearah Alexander dan tersenyum.
“A … aku tidak apa-apa Tuan, aku tidak sengaja jatuh, tapi sudah tidak apa-apa, aku akan kembali ke kamar dan membersihkan lukaku, Tuan silahkan kembali saja,"
"Oh iya Tuan tidak suka di dului ya, silahkan berjalan duluan Tuan, aku akan ikuti dari belakang,” dengan tubuh yang menggigil dan senyuman kaku, terlihat jika dia menahan rasa sakit.
***
Penampilan menyedihkan yang tidak Alexander sadari karena memikirkan Layla sedari tadi.
“Kenapa kau tersenyum? hah? kau menikmati di rendahkan seperti tadi? kau mau aku merasa bersalah kepadamu karena membuatmu seperti ini? Heh, aku tidak peduli!” teriak Alexander berkecak pinggang.
Dia tidak suka saat Kiara tersenyum dan pura-pura kuat di hadapannya padahal di hadapan orang lain tadi dia menangis.
Kiara yang diteriaki lagi kemudian terdiam, dia melihat kearah Alexander lalu air matanya yang sudah ia tahan, senyuman yang ia sudah berusaha keras tunjukkan sudah hilang.
Dengan bibirnya yang bergetar karena dingin dia menangis.
“Aku ... aku hanya ingin mandi dan membersihkan lukaku, aku hanya ingin memakai pakaian yang hangat, aku hanya ingin mengobati lukaku, kenapa kau memarahiku lagi?"
"Aku tidak menginginkan apapun, tapi kau marah lagi, aku tidak merepotkanmu tapi kau tetap marah, apa yang harus aku lakukan?”
Kiara menangis sembari bergetar, dia menumpahkan sakit hatinya.
Dia hanya ingin hal kecil tetapi selalu saja ada orang yang menyakitinya, tidak Alexander, tidak keluarganya semuanya sama saja.
“Kalian semua sama, hanya ingin membuatku menderita, aku bekerja sangat keras, aku melakukan segalanya sekuat yang aku bisa tetapi kenapa hidupku selalu menderita,"
"Aku bahkan tidak pernah bermain seperti anak seusiaku, aku selalu bekerja, aku ingin tamat kuliah dan mendapatkan pekerjaan agar aku bisa keluar dari rumah orangtua angkatku, tapi kenapa mimpiku harus memiliki rintangan bertemu denganmu, menjadi budak dan dihina, kenapa kalian semua jahat?”
“Aku hanya ingin bertahan hidup, apakah aku pantas diperlakukan seperti ini? hanya karena kalian memiliki kekuasaan?” teriak Kiara dengan lepas dan menangis.
Entah kenapa tangisannya pecah, rasa sakit hatinya ia keluarkan, penderitaannya yang ia tahan meledak, dia menangis di hadapan lelaki yang menjebaknya karena kepolosannya ini.
“Kalian semua? apakah itu orangtuanya? Kenapa dia menyamakan aku dengan orangtuanya? setidaknya aku memperlakukan dia lebih baik dari mereka,” gumam Alexander tidak suka dirinya disamakan dengan oranglain.
Tetapi penderitaan gadis kecil yang masih muda ini menyentuh hatinya, tiba-tiba saja dia merasa kasihan, dan sepertinya apa yang ia terima di rumah ayahnya tadi telah menyakiti hatinya.
Tetapi tetap saja dia enggan untuk meminta maaf.
“Srek!”
Alexander langsung menarik Kiara dan menggendongnya.
“Kau berisik sekali, tubuhmu kecil tapi suaramu nyaring, sangat mengganggu!” ketus Alexander menggendong Kiara karena kakinya terluka.
***
kalo payung bocor terlindungi dari hujan namun tetap basah juga 😂😂🙏🙏🙏