Nama ku adalah Chandra Felix Lance, seorang siswa SMA biasa, setidaknya itu lah ku pikirkan selama 16 tahun aku hidup. Hingga saat umurku menjelang 17 tahun tiba-tiba saja aku terkena penyakit misterius dan kebenaran pun terungkap saat pacarku (mantan) mengatakan bahwa aku adalah manusia setengah vampir, sekaligus salah satu kandidat putera dari salah satu pemimpin Mesovania The Great Four Majesty yaitu Valter Blau Haar von Diedrich si pemimpin ras vampir yang menghilang 750 tahun yang lalu saat pemberontakan di negeri itu sedang berada pada puncaknya.
Dimulai dari sini kehidupan normal ku sebagai siswa SMA biasa berubah menjadi kehidupan siswa SMA tidak biasa.
Apakah aku memang putera dari si pemimpin ras vampir itu? Jika iya, apa yang harus ku lakukan? Bagaimana cara kami semua dapat kembali ke negeri Mesovania? Dan yang terpenting bagaimana kehidupan remaja SMA tidak biasa ku itu akan berlangsung?
Untuk mengetahui hal itu, maka ku saran kan kau membaca kisah ku sampai habis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Brille23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26 Pertemuan penting (5)
"Aku akan membuatmu bicara Jean Geraldine !" Ucapku dalam hati.
"Umm...Saudariku sedang sakit, jadi aku tidak membawanya ke pertemuan ini. Aku sudah persiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi sebelum kesini, jadi aku yakin dia akan baik-baik saja" Jawabnya.
"Oh, maafkan aku, aku harap saudarimu cepat sembuh ya !" Ucapku.
"Iya terimakasih Diane" Jawabnya terlihat waspada.
"Oh iya Diane cukup tentang diriku, sekarang bagaimana denganmu? Kamu juga pertama kali ke sini kan?" Sambungnya mengalihkan pembicaraan.
"Ah iya, aku baru tahu kalau penduduk Mesovania masih tersisa dan mereka sudah saling bertemu. Selain itu Nona Sandra Patricia Parham juga baru kemarin menemukanku, jadi ini baru pertama kalinya ia mengundangku ke pertemuan ini" Jawabku.
Sebenarnya dari tadi aku penasaran, apakah Jean memang benar-benar mempunyai saudari, aku benar-benar tidak tahu karena Sandra tidak menceritakannya lebih jauh. Tapi entah mengapa aku merasa yang dimaksud saudari oleh Jean adalah Margarethe. Aku berpikir demikian karena melalui percakapan singkat ini Jean hanya menyinggung saudarinya sebanyak 1 kali dan dengan pertanyaanku ini jadi 2 kali. Sebenarnya memang bukan hal yang aneh ketika kita tidak menyinggung saudara kita saat bersama orang lain, tapi yang membuatku merasa aneh adalah setiap kali ia menyinggung saudarinya, tatapannya langsung terlihat tajam dan sikapnya langsung siaga. Jadi aku berasumsi bahwa saudarinya adalah orang yang sangat penting dan sedang diincar oleh seseorang. Dan itu tidak menutup kemungkinan bahwa yang dilindunginya itu adalah Margarethe mengingat mereka merupakan rekan saat di Mesovania.
"Aah iya, jadi Sandra yang mengundangmu ya?" Jawabnya yang sekilas ku lihat wajahnya menunjukkan kebencian.
"I...iya. tapi kenapa kakak sepertinya tidak menyukai Sandra?" Tanyaku penasaran dengan ekspresi yang ditunjukan Jean.
"Eh? begitukah? emmm.... sejujurnya aku hanya tidak menyukai manusia disini" Jawabnya yang terlihat berusaha untuk tetap tenang.
"He~ jadi kakak tidak menyukai nona Sandra? mengapa? padahal menurutku dia orang baik" Ucapku. Ya meskipun aku tahu Sandra adalah perempuan kasar.
"Hmm...begitukah menurutmu? Kau akan segera tahu sifat aslinya. Lagi pula mengapa aku harus menyukai orang yang semena-mena sepertinya, aku lebih baik menghindarinya daripada harus berurusan denganya" Jawabnya yang masih berusaha untuk tetap tenang.
Meskipun ia terlihat tenang dan bisa menahan emosinya tapi aku bisa melihat dari matanya bahwa ia sangat, sangat ingin sekali meluapkan amarahnya saat kami mulai membicarakan mengenai Sandra.
"Diane, ngomong-ngomong kenapa kau memakai penutup mata pada mata kirimu? apakah itu salah satu hiasan?" Tanyanya yang terlihat penasaran.
"O...oh, ini kemarin mata kiriku terluka gara-gara bertarung dengan kucing, jadi ku tutup agar tidak terlihat bekas lukanya" Jawabku mengarang.
"Hoo begitu. Oh iya, apakah kamu datang kesini juga untuk mengenang seseorang atau cuma memenuhi undangan Sandra?" Tanyanya tiba-tiba.
"Oh ya, sebenarnya aku datang kesini untuk mengenang orang tua kandungku yang hilang saat pemberontakan terjadi. Saat itu aku masih bayi dan terpisah dengan mereka, dan entah mengapa aku bisa sampai di dunia manusia. Lalu saat sampai di dunia manusia ada sepasang suami istri menemukanku sendirian di hutan dan akhirnya mereka menjadikanku sebagai anak mereka" Jawabku dengan sejujur-jujurnya.
Jean hanya terdiam mendengar penjelasanku, ia terus memandangiku seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Yang mereka tinggalkan cuma ini" Karangku sambil menunjukkan sebuah penjepit rambut berwarna hitam yang diatasnya bertahtakan batu kristal berwarna hijau stabilo cantik yang tadi dipasangkan oleh Sandra saat ia mendandaniku.
"Waah, cantik sekali jepit rambutnya !" Komentarnya yang terlihat sangat antusias tapi disisi lain ia terlihat kesepian.
Melihat ekspresinya itu membuat hatiku tersentuh dan ikut merasa sedih. Ku dekati Jean dan ku pasangkan jepit rambutku tadi di rambut silvernya yang indah itu. Melihat apa yang ku lakukan padanya itu membuat kedua mata hijau stabilo nya yang indah itu terbuka lebar karena terkejut dengan tingkah laku ku.
"A...apa yang kamu-"
"Sekarang jepit rambut ini adalah milik kakak" Ucapku yang menyela perkataan Jean.
"Sekarang kakak tidak akan kesepian lagi, jika kakak merasa kesepian atau sedih, genggam saja jepit rambut ini dan ingat-ingat wajah imutku ini!" Sambungku dengan senyum yang ku pasang di wajahku.
"Ta...tapi kan ini peninggalan orang tua mu?" Tanyanya yang masih tidak percaya dengan apa yang ku katakan.
"Aku tidak perlu benda itu, sekarang aku punya seorang kakak yang harus ku sayangi" Jawabku dengan mantap.
Jean masih terlihat masih terkejut dengan perkataan ku itu, mulutnya menganga cukup lama sampai tiba-tiba suara microphone membuyarkan semuanya.
Semua tamu yang datang langsung mempusatkan perhatian mereka pada sebuah panggung yang berada di depan. Disana terlihat seorang wanita berdiri di atas panggung yang merupakan MC dari acara pertemuan ini.
"Mohon perhatian para hadirin sekalian, karena malam sudah mulai larut, mari kita buka acara malam ini dengan kata-kata sambutan dari Nona Sandra Patricia Parham selaku penyelenggara Pertemuan Wanita Kesepian ini, kemudian dilanjutkan dengan pembukaan simbolik dengan membunyikan gong oleh beliau. Untuk waktu dan tempat dipersilakan kepada Nona Sandra Patricia Parham" Kata MC acara pertemuan ini.
Prok...
Prok...
Prok...
Para tamu bertepuk tangan secara serentak. Kemudian seorang wanita cantik berwibawa naik ke atas panggung dan berjalan menuju mimbar dengan anggunnya. Wanita itu tidak lain dan tidak bukan adalah Sandra. Aku tidak menyangka jika dilihat dari sini ia benar-benar terlihat seperti seorang pemimpin dengan karisma dan wibawanya itu.
"Ah, sudah waktunya aku pergi" Ucap Jean tiba-tiba langsung bangkit dari tempat duduknya.
"Terimakasih jepit rambutnya, Diane !" Sambungnya dengan tersenyum ke arahku dan langsung berjalan menuju kerumunan di depanku.
"Yah dia pergi" Gumamku.
Beberapa saat kemudian handphone ku berdering dan ternyata itu adalah pesan dari Jean.
"Terimakasih Diane" Pesannya.
" [emot senyum] " Balasku.
"Jean Geraldine, sebenarnya apa yang terjadi padamu?" Gumamku.
"Saudari-saudari ku sekalian, terimakasih telah hadir di acara malam ini....."
Kata-kata sambutan Sandra membuatku tersadar dari lamunanku. Ku dengarkan setiap kata yang Sandra sampaikan dengan seksama dan ku dapatkan bahwa Sandra sangat luar bisa di depan sana. Ia berpidato dengan sangat percaya diri, berwibawa, dan sangat meyakinkan. Ia banyak membicarakan tentang ikatan dan kebersamaan yang harus dibangun antara sesama penduduk Mesovania, terakhir ia menjelaskan tujuannya untuk merebut kembali Mesovania dan membawa kembali semua penduduk Mesovania kembali ke kampung halamannya.
"...dengan begitu saya berharap saudari-saudariku sekalian dapat meminjamkan kekuatan kalian agar, meskipun kita semua adalah wanita tapi saya yakin kita adalah bukan wanita biasa, kita adalah wanita kuat dan jika kita bersatu maka kita tidak akan terkalahkan. Terimakasih"
Prok...
Prok...
Prok...
Prok...
"Nona Sandra sangat luar bisa ya, ia sangat tangguh dan kuat"
"Iya, meskipun ia manusia biasa tapi ia benar-benar bisa membuka hati kita untuk bersatu"
"Ia masih muda, tapi dengan kegigihannya ia bisa menyatukan hampir seluruh penduduk Mesovania hanya dalam waktu 8 tahun"
"Dia benar-benar luar biasa, aku ingin sekali menikahkan putraku dengannya"
Luar biasa, Sandra sangat luar biasa, semua orang disini sangat mengagumi sosoknya, tidak ada satupun yang berkata buruk mengenai Sandra (ya kecuali Jean yang dari tadi sudah pulang lebih dulu). Diam-diam aku juga merasa sangat kagum akan sosoknya, meskipun pada awalnya aku merasa ia sangat menyebalkan dan sempat mempertanyakan kepemimpinannya.
Ckrek..!
Terdengar seseorang mengambil foto dengan flashlight yang mengarah kepadaku. Ku lihat siapa di balik kamera itu dan ternyata itu adalah Stella. Ia cekikikan menahan tawa melihat penampilanku sambil memegang perutnya, bahkan wajahnya sampai merah karena ia sangat berusaha sekuat tenaga menahan tawanya.
"Pppptttt....Aku punya gambar bersejarah...ppptttttt" Ucap Stella yang masih berusaha menahan tawanya.
"Ma-af, anda siapa ya ?" Kataku sambil menunduk dan berusaha menahan amarahku.
"Pppptttt...Hai gadis cantik siapa namamu?" Kata Stella dengan nada mengejek.
"Te-ri-ma-ka-sih, namaku Di....Di....Diane Sulvian" Jawabku dengan senyum terpaksa.
"Hai Diane, aku Stella, Stella Doucan sa..pppttt....salam kenal-"
Aku langsung merangkul Stella dengan paksa dan berbicara dengan akrab padanya,
"Hoo, Hahaha jadi kamu Stella, salam kenal, ayo kita berbincang sebentar di sebelah sana" Kataku sambil merangkul Stella dan menunjuk tempat sepi di pojokan.
***
Ku pojokan Stella ke tembok dan ku halangi dia dengan tanganku agar dia tidak bisa kabur (bayangkan saja posisi kabedon seperti di komik-komik). Ku tatap tajam matanya itu dengan wajahku yang sudah sangat merah karena sangat malu sekali dengan penampilanku ini. Stella tidak bisa berkutik dengan tatapan tajamku ini, ia terlihat jadi salah tingkah setelah dari tadi ia menertawakan penampilanku.
"Oi, hapus tidak foto yang tadi !" Perintahku.
Stella hanya menggelengkan kepalanya.
"Oh ayolah, aku mohon, aku tidak mau sampai itu tersebar" Kataku memohon.
Stella makin kencang menggelengkan kepalanya.
"Aku akan menyebarkannya ke teman-teman kelas kita dan kita lihat siapa yang akan menyadari kalau itu adalah kau pppttt..." Ancamnya.
"Baiklah kalau begitu kau tidak akan bisa pergi dari sini !" Kataku yang mengancamnya balik.
"Ooh tidak bisa, aku datang kesini bersama ibuku, dan kau lihat wanita yang memakai gaun berwarna ungu disana, itu adalah ibuku, kau tidak mau kan terjadi kesalahpahaman jika ia melihat kita seperti ini ?" Kata Stella dengan senyum liciknya menunjuk seseorang di antara kerumunan.
"Ah dia benar, apalagi aku sekarang sedang menyamar sebagai wanita, jika ibunya Stella melihatku melakukan ini pada Stella, ini malah terlihat seperti aku sedang menindasnya" Gumamku dalam hati.
"Haha, lebih baik kita duduk santai saja disana" Kata Stella yang membuyarkan lamunanku.
"Baiklah" Jawabku dengan kepala tertunduk.
Kami berdua langsung berjalan menuju kursi kosong yang berada di dekat jendela. Saat kami duduk, Stella langsung menyerbuku dengan berbagai pertanyaan mengenai mengapa dan untuk apa aku datang kesini.
"Hahaha, jadi Nona SPP yang membuatmu terlihat seperti ini?" Tanyanya sambil tertawa.
Aku hanya mengangguk.
"Tapi jujur saja aku awalnya tidak yakin kalau ini adalah kamu, kamu benar-benar terlihat seperti seorang gadis. Gadis cantik pula, aku saja sebagai wanita sangat iri padamu" Kata Stella yang masih tertawa setiap ia melihat wajahku.
Saat ini, entah mengapa tiba-tiba terlintas dipikiranku aku tentang kandidat putra Valter yang satunya. Aku benar-benar penasaran dengan sosoknya apakah ia juga ada disini atau malah ia benar-benar tidak tahu tentang semua ini?
"Stella, apakah kalau aku tanya tentang kandidat kedua itu, kau akan menjawabnya?" Tanyaku
Mendengar pertanyaanku itu, Stella terlihat terkejut, ia kemudian mengerutkan dahinya sebelum menjawab pertanyaanku, seakan ia sedang mencari jawabannya.
"Aku...aku tidak yakin. Memangnya apa yang ingin kau tanyakan?" Tanya Stella yang terlihat ragu-ragu.
"Apakah aku akan bertemu dengan kandidat itu suatu hari nanti?" Tanyaku.
"Ya, mungkin saja" Jawabnya.
"Hoo begitu" Ucapku.
"Mengapa kau sangat ingin tahu tentang kandidat ini" Tanya Stella yang sangat penasaran denganku.
"Entahlah, aku merasa aku dan dia memerlukan dukungan satu sama lain" Jawabku sepenuh hati.
"Oh dan satu lagi, apakah ia mengetahui seperti yang aku ketahui?" Tanyaku yang benar-benar penasaran.
"Sampai saat ini dia tidak tahu apa-apa" Jawab Stella yakin.
Teng....
Teng....
Teng....
Jam antik besar yang terpajang di tengah-tengah ruangan pertemuan berbunyi dan ia menunjukkan bahwa sekarang sudah tepat pukul 12 malam. Aku teringat janjiku pada Sandra untuk bertemu dengannya di toilet rusak yang ditunjukkannya.
^^^Bersambung...^^^