NovelToon NovelToon
Must Get Married

Must Get Married

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:10.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ani.hendra

Johanna Kate seorang gadis cerdas yang kehilangan ibunya pada usia muda. Yohanna sama sekali tidak mengetahui keberadaan ayahnya dan mengharuskannya tinggal bersama bibinya dan Nara. Selama tinggal bersama bibinya, Yohanna kerap mendapatkan perlakuan tidak baik.
Setelah lulus SMA, Yohanna diusir. Lima tahun kemudian, Bibi Yohanna berulah lagi. Demi membayar utangnya Hanna di paksa harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
Bagaimana kisah selanjutnya. Apakah Johanna harus menikahi lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya.
ikutin terus yuk....
Novel ke sebelas ☺️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MENGHAPUS KEMARAHANMU

💌 MUST GET MARRIED 💌

🍀 HAPPY READING 🍀

.

.

Saat berada di parkiran, tiba-tiba Levi teringat sesuatu. Pakaian sekolahnya tertinggal di rumah sakit.

"Astaga....!" Levi menepuk keningnya.

"Ada apa tuan?" Tanya Yordan saat melihat ekspresi wajah tuannya. Ia mendekat untuk memastikan apa yang terjadi kepada tuannya itu.

"Aku meninggalkan pakaian sekolahku di rumah sakit, pak."

"Biar saya saja yang mengambilnya tuan,"

"Tidak usah, biar saya saja." Kata Levi menolak.

"Tapi tuan?"

"Tidak apa-apa, biar saya saja." Ucap Levi tersenyum sambil memberi isyarat agar pak Yordan tetap di sana. Levi langsung meninggalkan parkiran mobil.

Levi segera melangkah masuk dan langsung menuju lift.

TING!

Pintu lift terbuka dan kembali tertutup lagi. Tiba-tiba Handphone Levi berdering dan jelas mengalihkan konsentrasinya. Ia mendengus kesal ketika panggilan itu ternyata dari Samantha. Rasanya pengen tidak menjawab karena ia teringat kejadian beberapa hari yang lalu. Setiap apa yang dilakukannya, Samantha selalu melapor ke ayah. Hal itu membuat Levi sangat kesal. Samantha terlalu ikut campur tentang hidupnya.

Akhirnya panggilan itu mati. Ia sedikit bernapas lega. Namun panggilan kedua dari Samantha terdengar lagi. Levi mengembuskan napas panjang. Akhirnya Levi menggeser tanda terima dari handphonenya.

"Ada apa? aku lagi sibuk Samantha." ucapnya dengan nada ketus.

"Sibuk? atau dibuat-buat sibuk?"

"Serius, aku lagi sibuk." ucapnya lagi.

"Kau masih marah?"

"Mana bisa aku marah. Bukankah Samantha tetaplah Samantha. Kau bisa melakukan apa saja dan itu membuatmu bahagia." Kata Levi sengaja menyinggung Samantha.

Samantha terkekeh. "Dan kau adalah tetap kakakku yang harus menerima apapun itu, walau kau tidak suka." Samantha tertawa lepas di ujung telepon.

Levi sesaat menatap handphonenya saat mendengar gelak tawa Samantha. "Sudahlah aku ada urusan. Aku tutup dulu."

"Tunggu kak! Jangan dimatikan dulu, aku belum selesai bicara." cegat Samantha.

TING!

Pintu lift terbuka kembali!

Levi berjalan keluar dari lift.

"Ada apa?" Levi menghentikan langkahnya di depan lift.

"Bukankah kau di rumah sakit mengurusi teman satu kelasmu?"

"Apa urusanmu menanyakan itu." Jawab Levi.

"Ehmmm, berarti benar kau tidur di rumah sakit. Apakah dia cewek atau jangan-jangan cowok lagi."

"Dia cewek, kau puas?"

"Astaga kau serius kak? Bukankah kau sangat membenci cewek. Aku pikir kau hanya berteman dengan lelaki. Sampai-sampai aku mengira kau adalah seorang gay."

"Kau menghubungiku hanya untuk mengatakan itu Samantha. Kurang kerjaan sekali kau." Levi sudah nampak kesal di balik telepon.

"Hahahaha," Reflek Samantha tertawa. Ia berhasil membuatnya kakaknya marah. Ia kembali menyulut emosi kakaknya walau sebenarnya ia sayang. "Kakak marah? bukankah itu benar?"

"Aku tidak ingin berdebat denganmu Samantha. Aku tutup!"

"Jangan marah dong. Nanti malam aku traktir kakak makan ya,"

"Untuk apa?"

"Untuk menghapus kemarahanmu itu kak."

"Tidak perlu." Kata Levi berhenti di depan ruangan rawat inap dimana Hanna berada.

"Jangan gitu dong, aku traktir ya!"

"Aku bilang tidak perlu!"

Tit!

Panggilan langsung dimatikan Levi dengan sepihak.

"Ayoo.....ngaku, kau mengemis kan sama lelaki itu?"

Tiba-tiba terdengar suara menggelegar dari ruangan VIP. Levi tersentak sampai menyentuh dadanya.

"Ayo....jawab!"

Levi Reflek menoleh ke kiri dan ke kanan. Ruangan itu hanya ada dua kamar di gedung lantai paling atas. Levi sengaja mengambil kelas super mewah di rumah sakit ini agar Hanna bisa istirahat dengan nyaman. Biasanya yang menggunakan ini hanya orang-orang penting saja. Tempat ini memang tenang dan sepi. Pengunjung juga terbatas.

"Jadi suara siapa itu?" Batin Levi.

Rasa penasaran membuat ia mendekat. Ia yakin sumber suara itu dari kamar dimana Hanna dirawat. Ia membuka pintu itu dengan pelan dan menahannya.

DEG!

Jantung Levi berdetak kencang. Ia begitu terkejut saat melihat bibi Hanna marah-marah di sana.

"Apa yang terjadi, kenapa bibi Hanna memperlakukan Hanna seperti ini?"

"Heeeh..." Levi menarik napas terputus-putus ketika melihat Hanna yang sedang sakit, bahkan jarum infusnya dilepas begitu saja, hingga terlihat darah menetes dari tangannya. Hanna menangis dan bersujud di hadapan Bibi Hanna. Sementara Nara hanya tersenyum di sana. Ia sepertinya menikmati kejadian itu. Seketika tangan Levi mengepal kuat dan terlihat gemetar. Dadanya sesak melihat pemandangan itu. Ia terus memperhatikan perlakuan bibi Hanna kepada Hanna.

"Dasar wanita murahan! Jika bukan karena kau, lelaki itu tidak mungkin menolak cinta Nara. Kau sama saja dengan ayahmu yang mengejar wanita demi kekayaan." Lagi-lagi bibi Renata menendang Hanna sampai membuatnya tersungkur.

"Ayah Hanna masih hidup?" Batin Levi.

"Bersiap-siaplah, keluar dari rumah sakit ini, kau akan di hukum lagi. Aku belum puas memberimu pelajaran."

Levi terus mendengar pembicaraan itu. Jantungnya kembali memukul keras. Ujung-ujung tangannya terasa dingin. Ia tidak menyangka bibi Hanna akan melakukan sejauh ini. Sampai membuat Hanna berlutut. Kesalahan apa yang dilakukan Hanna, sampai bibinya begitu marah. Melihat tangisan Hanna, sungguh membuat hatinya sakit. Levi terus mendengar pembicaraan mereka. Yang membuat Levi begitu terkejut. Ketika seorang wanita yang terlihat ramah di hadapannya ternyata tak mempunyai hati nurani. Ia tega menghina keponakannya sendiri dan melakukan kekerasan.

Dada Levi seketika sesak, sungguh ia tidak bisa melihat hal seperti ini. Ini adalah kelemahannya. Kaki Levi seakan lunglai. Bagaimana jika ia sendiri berada di posisi Hanna. Matanya berkaca-kaca mengetahui fakta jika Hanna tidak dianggap keluarga oleh bibi Hanna. Hanna direndahkan dan dihina.

Levi mengepalkan tangannya begitu kuat. Rasa kesal merayapi hatinya. Ia masih tidak percaya dengan semua ini.

"Kau pikir aku akan kasihan melihatmu terbaring sakit seperti ini? Justru aku semakin membencimu."

Levi dapat melihat jelas Bibi Hanna tersenyum sinis. Ia mengejek keponakannya sendiri. Jika pun mereka ada masalah keluarga, itu bisa diselesaikan baik-baik. Semua manusia mempunyai kesalahan di masa lalu. Hati Levi kembali sakit mendengar perkataan bibi Hana. Kata-kata yang tidak seharusnya diucapkan oleh orang tua.

"Kau mengingatkanku pada kejadian 6 tahun yang lalu. Ayahmu juga datang seperti ini dengan berlutut dan merendahkan dirinya sama seperti kau. Dia memohon minta bantuan agar bisa membantu usaha ayahmu. Kau tahu, aku sama sekali tidak membantunya. Hingga beberapa hari aku mendengar kabar atas kepergian ayahmu. Dia Meninggalkan ibumu dan kau." Renata benar-benar tidak memikirkan perasaan Hanna. Terlihat Hanna memejamkan matanya di sana. Ia dapat melihat Hanna sedang menahan amarah. Dimana seorang wanita lemah yang begitu hancur dan terluka hatinya.

"Darahnya semakin banyak netes, bu." Kata Nara saat melihat tangan nara terus meneteskan darah.

"Biarkan saja dia, mati juga lebih bagus." Kata Renata tak peduli.

"Tapi bu? Ahh...." Nara menggerutu.

TIBA-TIBA

Levi mendengar derap langkah mendekati pintu. Ia langsung membalikkan badannya dan memilih bersembunyi dibalik dinding. Ternyata itu adalah Nara. Ia sepertinya memanggil suster untuk melihat tangan Hanna. Levi menahan geram. Tangannya mengepal kuat menahan amarah di sana. Tak beberapa lama kemudian dua orang suster setengah berlari menuju ruang kamar Hanna. Levi tidak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya menarik napasnya dengan berat, lalu meninggalkan ruangan itu.

.

.

BERSAMBUNG

^_^

Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini novel ke sebelas aku 😍

Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.

^_^

1
🌠Yona Yona🌠
semangat
🌠Yona Yona🌠
jadi ingat masa masa di sekolah dulu
dulunya hanya coretan baju doang...eh pulang pulang ke rumah kena marah enyak gue.... pokoknya paling suka jaman jaman sekolah dulu 😍
🌠Yona Yona🌠
semangat
🌠Yona Yona🌠
aku suka aku suka
Cheryl Emery
penasaran
Cheryl Emery
ngapain Levi ngajak ketemuan ya 😃
Mona Seila ☑️
🥰🥰🥰🥰🥰
Mona Seila ☑️
Wah mantap levi, langsung tembak aja gak usah tunggu lagi
Cheryl Emery
tetap semangat Levi, tunjukan bahwa kamu bisa mengambil hati Hanna 😀😃
✨Margareth💫
lanjut dong Tamba seru
✨Margareth💫
semangat thor
Hosanna Feodora
up dong
Hosanna Feodora
🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Angela Catrine 💢
ayooooo semangat
Angela Catrine 💢
baca berulang-ulang gak bosan Thor
Briana Annette
semangat
Briana Annette
mantap thor
Magdalena💨
lanjut
Magdalena💨
Baru baca Uda update lagi author
suatu keberuntungan buat aku dah 😆
🎄Claudya🎄
kesal Dia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!