Tania Wijaya adalah seorang putri kaya raya yang terbuang karena persaingan bisnis sang ayah, harus bangkit belajar beladiri dan melakukan penyamaran menjadi seorang model.
Pertemuan tak sengaja dengan seorang pria keras kepala. Segala cara Tania lakukan demi menghindari pria itu. Namun, takdir berkata lain saat Tania terjebak dalam jeratan cinta yang di rencanakan Milan, kakak dari pria yang dicintainya.
Bagaimana perjalanan hubungan Tania setelah tahu Milan memiliki tunangan? Ikuti terus keseruan kisahnya.
***
Noted: Novel ini mengandung unsur beladiri/ Action yang tidak cocok untuk di bawah umur. Harap bijak memilih bacaan. Novel ini juga hanya tulisan fiksi pengarang. So harap berkomentar sopan ya reader yang budiman.
Novel ini sedang tahap revisi. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diantara Dua Pilihan
🌟 VOTE, LOVE, RATE, DAN LIKE 🌟
~ Hay semua, jangan lupa bagi jempol dan komentar sebanyak-banyaknya ya setelah membaca. Karena komentar dan jempol kalian berarti banget untuk kelangsungan karya author.
~ Happy Reading ~
Hari masih belum begitu terik. Sepasang kaki dengan sepatu kulit hitam mengkilat bermerek terkenal pabrikan Italia, tepat berada di depan wajah Tania yang sedang terkulai di lantai dengan tangan Milan yang masih mengeratkan pelukannya.
Hampir saja Tania menengadah mencari tahu pemilik sepasang sepatu tersebut. Akan tetapi seorang pria tampan tiba-tiba duduk berjongkok hingga kedua mata mereka saling berpapasan.
Tania menyadari semua seketika mengalihkan pandangan menatap Milan yang masih terlentang di bawahnya.
"Butuh bantuan?" Edo mengulurkan tangannya. Ia datang dengan mengenakan setelan jas formal slim fit berwarna hitam lengkap kaca mata hitam pekat menghiasi raut wajah rupawan miliknya.
"Ehem ... ehemm." Milan berdehem, lalu mendorong tubuh Tania agar segera bangkit.
Tania bereaksi, menerima uluran tangan Edo tanpa pikir panjang. Namun, Milan yang tak ingin Edo mengambil kesempatan segera meraih tangan Tania dan tersenyum sengit.
"Kamu terpukau dengan mantan pacar kamu? Aku ingatkan! Dia calon istriku," ucap Milan berdecak kesal.
Tania menundukkan kepalanya, memilih diam tak bergeming sedikit pun. Mungkin diam lebih dari dari pada menyakiti bagi Tania.
Hatinya sedang dilema dan porak poranda akibat Kakak beradik yang sama-sama memperebutkan cintanya.
Dengan tatapan mata sendu Tania meraih tangan Milan yang kembali ia ulurkan. Dan bergegas meninggalkan Edo, Tania melintas tepat di depannya tanpa menoleh lagi.
"Hei", geram si tampan Edo, karena Tania tidak sedikit pun memperdulikannya.
Milan mengangkat sudut bibirnya menyaksikan keadaan itu. Seorang fotografer ternama yang biasa melakukan pemotretan bersama Tania pun diundang Milan untuk mengabadikan momen fitting baju pengantin saat itu.
Berbagai gaya Tania dan Milan lakoni. Dan ... yang membuat Edo cemburu adalah saat keduanya berpose begitu mesra.
Milan memeluk tubuh Milan dari arah belakang, tetapi Milan menundukkan kepalanya menatap intens gadisnya, sedangkan Tania dengan posisi kepala menoleh sedikit mendongak menatap Milan jua tanpa berkedip.
"Aku pulang," tukas Edo, berpamitan pada Raya. Ia terlihat begitu kecewa juga kesal. Ada rasa tidak rela mengetahui bahwa gadis yang dicintainya akan menikahi Kakak tirinya sendiri.
Edo berlari menuju jalan raya meninggalkan mobil dan juga keluarganya. Ia terus berlari tanpa henti, hingga langkahnya mulai lambat saat sampai di sebuah halte bus.
Siapa sangka, ketika ada bus berhenti di sana, Edo bergegas naik ke dalam bus tersebut entah kemana tujuan bus tersebut.
Sementara itu, di tempat yang berbeda Raya segera berpamitan meninggalkan tempat mencoba mencari Edo.
Dada Tania mulai terasa sesak. Entah ia harus bahagia, atau justru merasa sedih dengan pernikahannya bersama Milan.
***
Keesokan paginya, matahari bersinar begitu cerah di selimuti awan putih yang di dominasi oleh birunya langit. Tania duduk perlahan ketika mulai terbangun dari tidurnya. Suara langkah kaki membuatnya segera menuruni ranjang.
"Tania, Milan sudah menunggu di sini. kamu ada janji sepertinya," ucap Raffa yang tiba-tiba nyelonong memasuki kamar Tania.
"Kak Raffa, tumben nggak ketuk pintu sebelum masuk," ucap Tania, ia merasa malu dengan kondisinya yang baru bangun dengan rambut yang acak-acakan dan belum membersihkan diri dengan suara serak khas bangun tidur.
"Ya maaf, buru-buru. Cepetan ya mandinya, nanti si Milan marah dan ngomel lagi," ejek Raffa menaikan sudut bibirnya.
Tania memutar bola matanya merasa malas menanggapi seraya berjalan menuju kamar mandi.
Setelah 20 menit berlalu, Tania berganti pakaian dengan sebuah kaos berwarna pink, dan juga celana jeans yang panjangnya di bawah lutut.
Tak lupa Tania memoles tipis wajahnya dengan sebuah makeup, selain itu Tania melengkapi polesan wajahnya dengan lipstik berwarna plum, yang begitu kontras dengan warna kulitnya yang putih.
Tania menatap wajahnya di depan pantulan cahaya cermin. Setelah merasa nyaman dengan penampilannya, akhirnya Tania berjalan keluar kamar. Melissa terkejut saat matanya menemukan keberadaan Milan yang sedang duduk di sofa menunggu, Tania bergegas menapaki anak tangga dengan setengah berlari.
Mendengar suara hentakan kaki, Milan segera bangkit dari tempat duduknya. Ia menyunggingkan senyuman manis menatap Tania dan menunggunya tepat di bawah tangga seraya mengulurkan tangannya.
"Ayo, kita jalan-jalan," ucap Milan.
"Sudah ijin sama Kak Raffa?" tanya Tania ragu-ragu.
"Sudah, Mama dan Papaku bahkan yang meminta ijin," jawab Milan, ia sengaja membuat Tania kesal. Tania menaikkan sudut bibirnya lalu menerima uluran tangan Milan.
Mungkin Milan memang telah jatuh cinta pada Tania, tapi gadis itu masih gadis yang sama. Yang berada di benaknya hanya ingin mencari tahu di balik kematian Reyhan semata.
***
Milan mengajak Tania untuk sekedar berjalan-jalan di area pusat perbelanjaan. Mobil mewahnya kini telah sampai di parkiran. Milan terlihat begitu menawan saat mengenakan pakaian santainya. Ia kali ini memilih tidak mengenakan setelan jas mahalnya.
Tania menginjakkan kaki jenjangnya memasuki area Mall, Milan menggenggam erat tangan Tania tanpa rasa ragu. Beberapa orang yang berpapasan terlihat menoleh kearah keduanya.
Bagaimana tidak menjadi pusat perhatian, keduanya sama-sama memiliki kharismatik pada lawan jenis yang melihatnya.
Langkah kaki Tania terhenti di sebuah gerai jam tangan. Ia merasa tidak ingin berhutang budi, hingga ia berpikir ingin membelikan sebuah hadiah untuk Milan.
Namun, Milan menolaknya. Ia memang pria licik, tentu baginya lebih baik memberi dari pada menerima.
Langkah Tania terhenti ketika sorot matanya menemukan seorang pria berperawakan tinggi besar dengan kumis tipisnya.
Ingatan Tania kembali pada saat malam kematian papanya. Ya, memang benar dugaan Tania. Pria tersebut memanglah pria yang sama datang bersama Milan di malam yang menyedihkan bagi Tania itu.
Tania melepaskan genggaman tangan Milan meski begitu erat lalu dihempaskan. Tania berjalan setengah berlari mengejar pria paruh baya yang sedang berada di kerumunan masyarakat tersebut.
"Om, tunggu!" pekik Tania.
Mendengar suara Tania yang tak asing baginya, pria tersebut menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya.
Sementara Milan, ia terlihat ngos-ngosan ketika berhasil menyusul langkah Tania.
"Cepat banget larinya," keluh Milan, ia memegangi lututnya sendiri sambil membungkuk mencoba mengatur napasnya.
Pria paruh baya tersebut menatap heran pada Milan yang datang bersama gadis di depannya. Pria misterius itu mengerutkan keningnya, lalu melangkah mendekati Milan yang menarik lengan Tania agar mundur selangkah.
"Om ... masih ingat saya?" tanya Tania ragu-ragu.
"Siapa ya?" jawab pria paruh baya tersebut sambil menggaruk kepalanya yang bahkan tidak terasa gatal.
"Aku Tania Om, Tania putrinya Pak Reyhan yang sudah meninggal," ucap Tania.
"Hah ... apa?" Milan dan pria paruh baya tersebut mendesah bersamaan.
Netra keduanya menatap Tania dengan tatapan mata tajam tak percaya. Milan tiba-tiba menerbitkan senyuman yang kian melengkung indah bak bulan sabit yang baru saja muncul. Terlihat ada guratan bahagia di wajahnya, begitu pun dengan si pria paruh baya.
Siapakah Milan dan pria paruh baya tersebut sebenarnya? Baca terus keseruan kisahnya ya guys.
***
— To Be Continued
🌠 Hollaaa kesayangan semua, sampai jumpa di novel kedua author di platform ini. Jika kalian menyukai novelnya, jangan lupa LIKE, LOVE, RATE juga ya, salam hangat author untuk kalian semua. Jangan lupa sematkan jempol ya ... gratis guys, kasihan yang bikin tombol kalau dianggurin hehehe.
Follow me on IG: @lia_lintang08
Salam cintaku.
Lintang (Lia Taufik).