Ini kisah nyata tapi kutambahin dikit ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
"Semuanya jadi berapa Bu?" tanya Ella ketika sudah kembali diwarung. Padahal pesanannya belum juga Ella sentuh sedikit pun tapi nafsu makannya sudah sirna karena adu mulut dengan Sendi tadi. Jadinya Ella berniat membayarnya saja tanpa minat memakannya.
Ibu pemilik warung menatap Ella lalu menatap pada luar warung. Menatap pada gorengan dan mie ayam serta teh anget yang masih utuh.
"Itu lho belum dimakan, Dek?" tanya si ibu.
"Udah nggak nafsu makan, Bu."
"Oh begituuu. Semuanya jadi dua puluh lima ribu. Omong-omong tadi itu temennya Dek?"
Ella menghela. Ella tahu siapa yang ibu itu maksud. "Buka--"
"Iya. Saya temennya."
Ella dan Ibu pemilik warung menoleh saat mendengar suara dari arah lain. Bukan hanya Ella dan ibu itu, tapi juga sepasang suami istri yang melihat aksi Sendi barusan.
Sendi mendekat, berdiri disamping Ella, membuat Ella berdecih dan segera membayar pesanannya lalu pergi dari sana.
Melihat Ella yang pergi meninggalkannya Sendi mendengus lalu menatap ibu pemilik warung. "Bu, pesenan dia dibungkus aja."
Ibu itu mengangguk. "Oh iya, sebentar."
Sambil menunggu ibu itu membungkus pesanannya Ella. Sendi bisa mendengar bisik-bisik dari pengunjung warung ini. Sendi malu tapi ya mau bagaimana lagi? Toh tadi dirinya memang se.konyol itu kan? Wajar saja kalau sekarang jadi bahan omongan orang.
Sendi hanya bisa menahan rasa malunya itu. Berharap berita tentangnya ini tidak sampai ke telinga orang-orang yang Sendi kenal. Ya, semoga saja.
"Ini Dek. Lain kali jangan bertindak bod0h lagi ya," kata si ibu pemilik warung sambil menyodorkan kresek isi pesanannya Ella.
Sendi mengangguk. "Makasih, Bu. Maaf sudah membuat kegaduhan disini." Sendi buru-buru keluar dari sana karena sudah sangat malu. Kemudian menyusul Ella yang sayangnya sudah pergi dengan motornya.
"Gue terlambat,"
"Dan Ella nggak jadi makan karena gue. Pokoknya gue harus nyusulinnn dia kerumahnya. Gue juga mau minta maaf,"
.
.
.
Rumah Ella
Ting tong
Ting tong
Sendi menekan bel sudah entah yang keberapa kalinya tapi sama sekali tidak ada orang yang muncul untuk membuka gerbang tinggi yang mengelilingi rumah lantai dua milik orangtuanya Ella.
Sendi menghela, menatap kresek yang sejak tadi dia tenteng ditangan kirinya. Sendi yakin banget kalau mie ayam yang ada didalam sana pasti sudah melar.
"Ella sengaja apa gimana sih ini? Dia marah kah sama gue? Masa segitunya sih marah sama gue? Udah kek marah sama pacarnya aja,"
Sendi duduk diatas motornya satu tangannya mengambil ponsel dan menelepon nomor Ella. Tatap matanya menatap kearah atas sana, menatap balkon.
"Gue didepan rumah lo, ini mie ayamnya keknya udah melar banget deh. Udah jadi gendut, buruan samperin gue kesini. Mubazir banget udah lo beli tapi nggak lo makan. Nangis entar mereka,"
Didalam kamarnya sini. Ella mendengus kesal. Tadinya malas sekali untuk menerima telpon dari Sendi, tapi Ella juga merasa kasihan karena Sendi sudah menunggu lama didepan gerbang rumahnya sana. Apalagi sekarang tepat jam dua belas siang. Jelas banget kalau Sendi kepanasan dibawah sana.
"Buat lo, udah nggak nafsu gue." jawab Ella yang rebahan dikasurnya, dia sudah pakai stile santai. Kaos lengan panjang warna orange dan jeans seatas paha.
"Sorry, gue nggak doyan mie gendut,"
"Sombong ya lo, ya udah buang aja deh. Lagian siapa juga yang suruh lo buat bawa tuh mie ayam. Kurang kerjaan banget."
"El, lo dirumah kan? Kenapa nggak bukain gerbang buat gue sih. Ini gue malu lho diliatin tetangga rumah lo,"
"Tadi aja mau bu-nuh diri nggak malu. Masa diliatin tetangga rumah doang malah malu. Sinting!" Ella beranjak dari kasur, keluar kamar dan menuruni tangga. Tujuannya sudah jelas untuk bertemu Sendi didepan gerbang sana.
"Maaf. Gue emang bod0h kok." Tidak bohong jika Sendi memang menyesali aksi konyolnya tadi itu. Dan Sendi berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Ella membuka gerbang dan mendapati Sendi didepannya kini. Kedua mata mereka bertemu.
"Maaf. Gue minta maaf El. Gue udah kasar sama lo. Gue udah nge.dorong lo gue udah marah-marah dan nge.bentak lo," Sendi mematikan telepon dan mengulurkan kresek yang dia bawa sejak tadi. Yang pasti isinya sudah jelas tidak enak.
Ella meraihnya. "Kita makan bareng. Masuk gih," Ella membuka gerbang lebih lebar membuat Sendi tersenyum lebar.
"Lo udah maafin gue El?"
"Hmmm, makanya masuk cepetan. Lo kegazebo sana ya, samping rumah." kata Ella.
"Makasih El, selain cantik lo baik hati juga ternyata hihihi..." Sendi pun melajukan motor dan berhenti digarasi rumah milik orangtuanya Ella.
Melihat Sendi yang tertawa, Ella tersenyum, bahkan tertawa kecil.
...----------------...
Sendi sampai dirumah pukul lima sore. Sekarang dia sudah mandi dan sudah rapih dengan pakai baju santai miliknya. Perut sudah kenyang dan dia berniat rebahan dikamar sempitnya itu. Tadi dirumah Ella Sendi dibuatkan mie kuah serta banyak camilan lainnya bahkan tadi Sendi diminta membawa satu toples kue brownis buatan Ella sendiri.
Sendi memainkan ponselnya, dia bertukar pesan dengan Ridho dan Agel. Mereka berdua menanyakan kabarnya setelah pengusiran dari kelas tadi siang.
Brakkk
Brakkk
Dug
Dug
Klek
Klek
"Buka! Sendi, buka pintu!"
Sendi menatap pintu kamarnya ketika mendengar suara Ayah yang begitu keras bahkan seperti menendang pintu itu juga.
"Sebentar Yah." Sendi beranjak sambil memegang ponselnya. "Ada ap--"
"LIAT INI...!" Roni menunjukan isi tas khusus untuk kekebun miliknya pada Sendi saat Sendi sudah membuka pintunya dan Roni tidak membiarkan Sendi menyelesaikan ucapannya karena sudah terlanjur marah.
"Lagi-lagi kamu curi uangku, HAH?!"
Plakkk
Plakkk
Roni murka bahkan tega menampar kedua pipi Sendi hingga memerah. Membuat Sendi merasa kesakitan dikedua pipinya. Panas dan perih menjalar dikedua pipinya. Bahkan bukan hanya disitu saja tapi ke ulu hatinya juga.
Sendi memegang kedua pipinya, menatap Ayah dengan mata yang memerah. Untuk yang keberapa kalinya Ayah menyakitinya secara fisik dan juga sekaligus mentalnya.
"UANG APA AYAH?! AKU BARU PULANG. AKU NGGAK PERNAH NYURI UANG AYAH. KENAPA AYAH TEGA NUDUH AKU?! APA AKU SEHINA ITU DIMATA AYAH?!"
Sendi tak kuasa menahan amarahnya saat ini, dia tidak peduli lagi jika Ayah akan mengusirnya. Sendi benar-benar tidak peduli. Lagi pula untuk apa tinggal bersama Ayah jika batinnya fisiknya jiwanya bahkan mentalnya disakiti terus menerus seperti ini?
Dirasa pergi dari Ayah memanglah pilihan yang terbaik.
Roni melotot mendengar Sendi yang berani meneriakinya dengan kencang seperti itu. Bukannya padam tapi api kemarahan Roni semakin memuncak. Roni pergi dari sana menuju belakang rumah dan mengambil pa-rang disana. Roni kembali menghampiri Sendi yang masih berdiri didepan pintu kamarnya.
"Dasar anak kurang ajar! AKU BU-NUH KAMU..!"
"BAPAAAAKKK...!!!"
.
.
.
Selamat malam guuuuuys. Jangan lupa like sama koment yaaa. Btw.. kejadian diatas, dimana Roni yang menuduh Sendi mencuri uangnya itu Author ambil dari kisah nyata dan adegan dimana Roni yang akan membu-nuh Sendi juga kisah nyata. Jeleknya jangan ditiru ya guys. Selamat membaca. Makasih