NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM RATU MAFIA

BALAS DENDAM RATU MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / CEO / Bullying dan Balas Dendam / Mafia / Balas dendam pengganti
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Ketika Violetta Quinn, saudari kembar yang lembut dan penurut, ditemukan tak sadarkan diri akibat percobaan bunuh diri, Victoria Thompson tak bisa menerima kenyataan itu begitu saja. Tidak ada yang tahu alasan di balik keputusasaan Violetta, hanya satu kenangan samar dari sang ibu: malam sebelum tragedi, Violetta pulang kerja sambil menangis dan berkata bahwa ia 'Tidak sanggup lagi'.

Didorong rasa bersalah dan amarah, Victoria memutuskan untuk menyamar menggantikan Violetta di tempat kerjanya. Namun pencarian kebenaran itu justru membawanya ke dalam dunia gelap yang selama ini Victoria pimpin sendiri; Black Viper. Jaringan mafia yang terkenal kejam.

Di sanalah Victoria berhadapan dengan Julius Lemington, pemilik perusahaan yang ternyata klien tetap sindikat Victoria. Tapi ketika Julius mulai mencurigai identitas Victoria, permainan berbahaya pun dimulai.

Victoria masuk dalam obsesi Julius.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26. AMARAH YANG MENGHANCURKAN

Angin malam berhembus pelan ketika mobil hitam panjang itu memasuki pelataran rumah besar milik Sean. Lampu-lampu taman menyala satu per satu, seolah menyambut tuan rumah yang baru pulang. Namun bukan sambutan hangat yang dibutuhkan Sean malam itu.

Wajah pria itu gelap, tegang, dan sama sekali tidak menunjukkan ekspresi tenang seperti biasanya. Ponselnya masih menyala, deretan pesan tentang kekacauan di keluarga Lemington terus muncul. Pertarungan hak waris, perebutan aset, dan kebodohan salah satu anggota keluarga membuat nama Sean terseret sebagai penengah.

Sean benci hal-hal seperti itu. Apalagi ketika semua itu terjadi di saat kepalanya sudah penuh dengan masalah tentang Victoria.

"Hari sial.," gumam Sean penuh kekesalan, menekan pelipis.

Ia turun dari mobil, merapikan jasnya, dan langsung masuk ke rumah tanpa sepatah kata pun pada supir atau penjaga. Suara langkah kakinya berat dan tergesa, menunjukkan betapa ia ingin cepat-cepat sampai ke lantai dua. Ke satu tempat.

Victoria.

Entah kenapa, meski keberadaan gadis itu adalah hasil dari tindakan obsesifnya, Sean tetap ingin melihat wajah gadis itu setiap kali ia kembali dari urusan luar. Mungkin karena setelah semua kesibukan, semua masalah, satu-satunya hal yang ia pikir bisa ia kendalikan hanyalah Victoria.

Tapi malam itu, sesuatu terasa berbeda.

Rumah itu sunyi, terlalu sunyi.

Sean menaiki tangga dengan langkah cepat, dadanya berdebar tanpa alasan yang jelas. Ketika sampai di depan kamar yang ia gunakan untuk mengurung Victoria, ia menarik napas dan mendorong pintunya.

Klik-

Pintu terbuka, dan Sean mematung.

Kamar itu kosong.

Ruangan hening dan dingin, dan selimut yang biasanya terlihat rapi kini berantakan seperti ada yang tergesa-gesa meloncat dari sana.

Aliran darah Sean berhenti seketika.

Beberapa detik ia berdiri tanpa gerak, otaknya menolak apa yang dilihat matanya.

Lalu tiba-tiba-

"VICTORIA!" seru Sean.

Suara pekikan marah Sean menggema memenuhi seluruh lorong rumah.

Ia berjalan cepat ke seluruh sudut kamar, membuka lemari, menyingkap tirai jendela, memeriksa kolong ranjang. Tidak ada. Tidak ada tanda-tanda gadis itu berada di dalam kamar.

Dadanya terasa seolah baru dipukul palu besar.

Tidak mungkin.

Tidak mungkin Victoria kabur. Tidak mungkin Victoria bisa pergi dari sini. Tidak mungkin gadis itu bisa melewati penjaga di luar kamar.

Dengan wajah semakin gelap, Sean melangkah cepat ke luar kamar dan berteriak memanggil penjaga yang berjaga di pintu masuk.

"KENAPA KALIAN BIARKAN DIA PERGI?!" teriak Sean beringas, matanya menyala penuh kemarahan.

Penjaga itu langsung bersujud ketakutan. "Sir, kami ... kami tidak melihat Miss. Victoria keluar, Sir!"

"BOHONG KALIAN!" Sean menghentak lantai. "Tidak mungkin dia hilang tanpa kalian sadari!"

"Kami tidak berbohong!" penjaga itu gemetar hebat. "Kami mengecek keadaan Nona Victoria sore tadi. Dia ... dia ada di sana. Dia duduk di ranjang, tidak melakukan apa-apa. Kami tidak melihat ada gerakan mencurigakan-"

"DIA TIDAK MUNGKIN MENGHILANG!' teriak Sean lagi, lebih keras.

Dia ingin menghantam sesuatu. Apa pun. Dadanya sesak, pikirannya kacau. Ia baru pergi beberapa jam dan Victoria sudah ... hilang?

Tapi sebelum kemarahannya memuncak-

TRANK!

Suara benda pecah terdengar dari dalam rumah, tepat dari arah dapur bawah.

Sean terhenti.

Kemarahan yang semula menggelegak langsung berubah menjadi insting. Tanpa berpikir panjang, ia berlari menuruni tangga dengan cepat, hampir membanting tubuhnya sendiri karena saking paniknya.

Lorong menuju dapur terang, dan ketika Sean memasuki area itu ...

Sean mematung untuk kedua kalinya malam itu.

Di sana, Victoria sedang berjongkok. Rambutnya terurai kusut, kemeja putih kebesaran yang ia pakai tampak usang.

Di depan Victoria.

Pecahan gelas.

Gadis itu menatap pecahan itu dengan ekspresi bingung bercampur takut, seolah ia tidak mengerti apa yang terjadi. Di dekat kompor, ada piring berisi sandwich panggang, separuhnya terbakar karena terlalu lama terkena panas.

Sean mengerjapkan mata.

Sandwich?

Victoria perlahan mengangkat wajahnya. Wajah ketakutan khasnya muncul, hampir berhasil memancing belas kasih siapa pun, kecuali Sean yang masih terbakar marah.

"Victoria?" suaranya rendah, dingin, dan tercekik.

Victoria langsung berdiri setengah goyah. "S-Sean? Aku ... aku hanya lapar ... aku-"

Sean melangkah mendekat, tangan besarnya langsung mencengkeram lengan Victoria dan menariknya dengan kasar.

"Apa yang kau lakukan di sini?" suaranya menekan. "Kenapa kau keluar dari kamarmu?"

Victoria menelan ludah. Ia setengah berakting, setengah ketakutan sungguhan karena aura Sean begitu menakutkan.

"Aku lapar ... aku hanya mencari makan-"

"Aku tidak peduli!" bentak Sean. "Kau tidak boleh meninggalkan kamar!"

"Sean ... aku hanya-"

"Aku bilang, aku TIDAK PEDULI!"

Sean mendorong tubuh Victoria ke belakang, keras.

Victoria terkejut, langkahnya berantakan. Karena lantai dipenuhi pecahan gelas, ia kehilangan keseimbangan dan ...

BRUK!

Tubuhnya menghantam kitchen counter dengan suara keras. Kepala bagian sampingnya terbentur pinggiran counter.

"Ah!"

Terdengar suara pendek dari mulut Victoria.

Lalu ....

Hening.

Dan itu membuat Sean akhirnya sadar.

Detik itu, kemarahannya seperti terhenti, digantikan oleh rasa dingin yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Victoria jatuh ke lantai, tidak bergerak. Rambutnya menutupi wajah, dan ....

Ada sesuatu yang mengalir.

Merah.

Darah.

"Victoria?" suara Sean bergetar.

Ia berlutut cepat, mengangkat tubuh kecil gadis itu. Saat rambut Victoria tersingkap, Sean menghirup napas tajam.

Ada darah di kepala Victoria.

Dan lebih parah lagi ....

Tangan Victoria juga terluka. Pecahan gelas menancap di telapak dan jari-jarinya, darahnya mengalir pelan, membasahi lantai.

"Tidak ... tidak, tidak..." Sean mulai gemetar. "Victoria ... bangun ...."

Tapi gadis itu tidak bergerak. Wajahnya pucat.

Ketakutan yang selama ini tidak pernah ia rasakan akhirnya menusuk dadanya.

"PANGGIL DOKTER! SEKARANG!" Sean berteriak histeris.

Beberapa penjaga langsung lari terbirit-birit.

Sean mengangkat tubuh Victoria ke dalam pelukannya. Tubuh gadis itu ringan dan lemas, seolah tidak ada tulang. Saat ia mendekapnya, ia melihat sandwich yang setengah hangus itu.

Dan kenyataan menghajar dirinya tanpa ampun.

Victoria lapar. Gadis itu hanya lapar. Dan Sean ....tidak mendengarnya.

Ia yang membuat gadis itu terjatuh. Ia yang melukai kepala dan tangannya. Ia yang menyebabkan Victoria sekarang tidak sadarkan diri.

"Victoria?" suara Sean lirih, parau. "Aku ... aku tidak bermaksud."

Sean memeluk gadis itu lebih erat dan berlari ke kamar, membaringkannya dengan hati-hati. Wajah Victoria semakin pucat, bibirnya dingin.

Beberapa saat kemudian, dokter yang biasa menangani Victoria datang tergesa-gesa. Ia sempat terkejut melihat kondisi gadis itu, tapi tetap menjalankan pemeriksaan tanpa komentar.

Sean gelisah, berjalan mondar-mandir seperti harimau terpojok.

"Bagaimana keadaannya?" suara Sean nyaris pecah.

Dokter mengelap darah di tangan Victoria. "Benturan cukup keras di sisi kepala. Untungnya tidak menyebabkan pendarahan dalam. Tapi ... Miss Victoria kemungkinan akan mengalami efek trauma setelah sadar. Sekalipun hanya sementara."

Trauma.

Kata itu seperti petir yang menyambar Sean.

"Darah di tangan?"

"Pecahan gelas masuk lumayan dalam." Dokter mulai mengobati luka itu dengan penuh kehati-hatian. "Kemungkinan akan menjadi luka permanen."

Dan seperti ditampar keras, Sean terdiam.

Lapar.

Victoria hanya lapar.

Dan Sean mendorong Victoria sampai seperti ini.

Beberapa jam berlalu. Dokter sudah pergi, memberi instruksi agar Victoria diawasi semalaman. Sean duduk di kursi di samping ranjang, tidak bergerak sama sekali, matanya terus menatap wajah pucat Victoria.

"Victoria?" bisiknya pelan, entah untuk siapa.

Hanya suara detak jam dinding yang terdengar.

Lalu tiba-tiba ... kelopak mata Victoria bergerak.

Sean langsung duduk tegak. "Victoria? Victoria, dengar aku?"

Mata gadis itu terbuka perlahan.

Tapi tatapan itu ....

Kosong.

Seolah Victoria tidak mengenali siapa yang ada di depannya. Seolah ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tidak ada ekspresi takut. Tidak ada rasa marah. Tidak ada kepanikan. Tidak ada emosi.

Hanya ... kosong.

Kosong seperti patung.

Dan itu jauh lebih menakutkan bagi Sean daripada teriakan atau tangisan.

"Victoria ... apakah kau dengar aku?" Sean menyentuh lengan gadis itu.

Victoria hanya menatapnya tanpa reaksi. Tanpa suara. Tanpa apa pun.

Lalu perlahan, matanya kembali menutup.

Seakan tubuhnya kembali menyerah pada rasa sakit dan lelah.

Sean menunduk, menatap tangannya sendiri yang berlumur bayangan darah Victoria.

"Apa yang sudah kulakukan padanya." Ia menutup wajah dengan kedua tangannya. "Padahal dia ... padahal dia mulai menurut. Dia baru saja tenang," lanjutnya.

Dan kini Victoria terluka parah, semua karena ulahnya.

Namun di sisi lain kamar, di balik kesadarannya yang perlahan surut kembali, Victoria yang tampaknya pingsan diam-diam mengumpat.

Dasar pria gila! Kalau aku bisa bergerak, aku akan lempar kau pakai panci sampai pingsan. Julius jika rencanamu gagal, aku akan menelanmu nanti, batin Victoria.

Tentu Sean tidak tahu.

Dan itu membuat semua ini semakin ... menarik.

1
Miss Typo
awas Julius nanti ditelan Victoria hidup² 🤣
makin seru Victoria luar biasa mendalami peran nya hehe
semoga rencana Julius dan Victoria berhasil
Miss Typo: Aamiin 🤲
total 2 replies
Miss Typo
semangat Victoria kamu pasti bisa 💪
semangat juga thor 💪
Archiemorarty: Siapp 🥰
total 1 replies
Miss Typo
good Victoria
Miss Typo
bisakah Victoria bebas dari Sean yg gila itu, dan kapan waktunya kalau menang bisa?
Sean obsesi bgt ke Victoria
Ima Ima wulandari
Bagus banget
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
Jelita S
wah ternyata Victoria lebih licin dari belut y thor🤣🤣🤣🤣🤣
Archiemorarty: Ohh...tentu 🤭
total 1 replies
PengGeng EN SifHa
Q bacanya kok nyesek sampek ulu hati thooorr...

boleh nggak sih ku gempur itu retina si sean thooorr ??😡😡😡😡
Archiemorarty: Silahkan silahkan 🤣
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor
Archiemorarty: Siap kakak 🥰
total 1 replies
Miss Typo
hemm semuanya akan berakhir
LB
pada akhirnya mereka tetap lebih bodoh dibandingkan sikopet 😮‍💨
Archiemorarty: Hahahaha...
total 1 replies
Pawon Ana
kenapa para psikopat diberi otak genius sih...🤔😔
Archiemorarty: Karena dia jenius itu makanya jadi sikopet karena gx sesuai kehendak dia jadi cari cara biar bisa sesuai 😌
total 1 replies
Pawon Ana
percayalah jika kau masih bisa bersikap tenang dan berfikir bijak saat berhadapan dengan sumber trauma, itu luar biasa ✌️💪
Archiemorarty: Benarr setujuu 🤭
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor😍😍
Archiemorarty: Siap kakak
total 1 replies
Miss Typo
badai baru di mulai dan kapan ya
badai pasti berlalu
Miss Typo
gmn cara menyingkirkan Sean? dan pasti tidak akan mudah dan Victoria semoga kamu bisa menghadapi Sean bersama Julius
Miss Typo: semangat
total 2 replies
Miss Typo
Victoria semangat-semangatnya balas perbuatan Kelly, eh orang yg membuatnya trauma muncul.
semangat Vivi, pelan-pelan pasti kamu bisa .
Julius selalu bantu Vivi biar dia kuat dan bisa menghadapi semuanya
Miss Typo: cemangat juga buat othor 💪
total 2 replies
Pawon Ana
hal yang sulit adalah ketika bertemu dengan seorang atau sesuatu yang pernah menjadi trauma
Archiemorarty: Bener itu...😌
total 6 replies
Jelita S
good job victoria🤣
Deyuni12
misi berlanjuuut
Pawon Ana
ini masih jauh dari jalan untuk menjangkau Sean 😔
Archiemorarty: Ndak juga 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!