📢📢SELAMAT DATANG DI AREA HAHA HIHI 🤣🤣
Freya, gadis penurut dan berbakti harus mengikuti keinginan orang tuanya. Mama Ratna yang sangat suka membaca novel online, otaknya sudah tercemar oleh novel-novel yang telah ia baca. Hingga akhirnya ja menjodohkan putrinya dengan salah satu putra teman online yang ia kenal lewat grup chat (GC) novel kesayangannya. Dia berharap kehidupan anak-anak mereka berakhir bahagia seperti novel yang ia baca.
"Mencintaiku tak sesulit mengerjakan PR matematika, tak perlu perhitungan cukup bilang saranghae." Freyanisa Fransisca.
"Cinta bukan perhitungan tapi logika. Dan logikaku belum bisa berkata saranghae." Arkana Rahardian.
Akankah kisah mereka berakhir bahagia seperti novel yang dibaca orang tuanya?
happy reading jangan lupa like, komen dan favoritkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidur di sini aja!
Freya membuka kaca di sampingnya, mengedarkan pandangannya ke sepanjang jalan yang mereka lalui. Delapan belas tahun melewati hari-harinya di kota yang akan segera ia tinggalkan. Untuk pertama kalinya dirinya akan jauh dari orang tuanya, mengikuti imam baru pilihan mamanya. Kurang dari dua puluh empat jam lagi dirinya akan segera berpisah dengan papa dan mama yang selalu memanjakannya meski kadang mereka bersikap tegas padanya. Tiba-tiba dipikirannya muncul berbagai hal-hal baru yang sebelumnya tak pernah terlintas sedikit pun. Apakah ikut dengan suami dan tinggal dengan mertua itu akan menyenangkan? Apakah orang di sampingnya yang kini sedang fokus dengan kemudi itu benar-benar bisa diandalkan? Sekilas Freya menatap sosok imam barunya. Sedangkan yang di tatap hanya menanggapi dengan senyuman.
"Kenapa? Tumben diem? Padahal tadi nyerocos terus Dek?" Tanya Arka.
"Aku tiba-tiba banyak pikiran ini Bang." Keluhnya sambil memijit keningnya seperti orang yang sedang pusing.
"Mikirin apa? Jangan bilang kalo kamu kepikiran pengen praktek kaya pasangan yang di candi tadi." Ledek Arka.
Freya memalingkan wajahnya, menatap Arka. "Ih Abang belok mulu pikirannya. Bukan lah Bang, ya aku lagi mikir ini Bang. Nanti kan aku ikut Bang Ar ke Bandung yah. Aku takut sama Bunda Bang."
"Why?"
"Ya kan aku denger dari temen-temen aku tuh di sekolah katanya mertua tuh kejam, kaya yang di sinetron-sinetron itu loh yang ujung-ujungnya ku menangis Bang." Jelas Freya.
Arka tak bisa menahan tawanya. Bagaimana bisa Freya berfikir terlalu jauh. Padahal dia sudah bertemu dengan bundanya dan orang itu sangat menyayanginya. "Bukannya tontonan kamu itu drama korea Dek? Kenapa pikirannya nyasar ke sinetron indonesia?"
"Iya sih aku nontonnya drama korea Bang. Tapi temen aku suka cerita di sekolah kalo mama mereka hobinya nonton sinetron ku menangis itu yang istri di dzolimi sama suami dan mertua. Aku kan jadi kepikiran Bang."
"Kaga bakal lah pikiran kamu tuh terlalu jauh. Tenang aja ada Abang!" Ujar Arka sambil mengelus rambut istrinya. "Lagian kan di sana juga ada temen kamu." Lanjutnya.
"Siapa?"
"Lah si Ardi. Dia kan temen sekelas kamu Dek." Jelas Arka.
Freya baru menyadari akibat terlalu berfikir jauh dan termakan cerita sinetron dia jadi lupa dengan Ardi. "Eh iya aku lupa Bang. Seenggaknya ada Ardi ntar kalo Abang nakal sama aku bisa aku aduin sama Ardi." Ucap Freya dengan bangga.
"Ya elah Dek. Lu mau ngaduin gue ke Ardi yang notabenenya Adek gue. Lu salah orang." Lagi-lagi senyum meledek terbit di bibir Arka, konyol sekali istrinya ini.
"Abang ngga tau aja kalo Ardi tuh..." freya langsung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Hampir saja dia keceplosan kalo Ardi tuh bucinnya dari kelas sepuluh sampai tamat. "Bahaya ini kalo tau, bisa-bisa negara api menyerang." Batin Freya.
Arka heran dengan Freya yang tak menyelesaikan ucapannya. "Kalo Ardi tuh apa?" Tanyanya sambil sekilas melirik Freya.
"Ya kalo Ardi itu temen sekelas aku hehe." Elak Freya.
Sepanjang perjalan pulang mereka diiringi dengan obrolan-obrolan ringan, hingga tak terasa sebentar lagi mereka tiba di rumah. "Ini udah mau sampe rumah. Kamu mau makan dulu apa langsung pulang?" Tanya Arka.
"Langsung pulang aja lah Bang. Ini aku masih kenyang. Kan tadi kita udah makan." Ucap Freya.
Mereka tiba di rumah pukul delapan malam, keduanya langsung menaiki tangga dan menuju kamar Freya. Ratna sempat menawari mereka makan malam namun di tolak oleh Freya yang masih kenyang. Begitu pun Arka yang memilih untuk mengikuti Freya saja ke kamar. Seharian ini sungguh melelahkan. Tadi sewaktu jalan-jalan menghabiskan waktu dengan gadis polos itu sama sekali tak terasa lelah, tapi kini semua lelahnya seolah terasa. Kakinya bahkan pegal karena menaiki banyak tangga dan mengikuti Freya kesana kemari.
"Aku atau Bang Ar dulu yang mau mandi nih?" Tanya Freya dengan baju ganti yang sudah ia pegang.
"Adek duluan aja ngga apa-apa. Abang masih cape."
Freya pun berlalu ke kamar mandi. Seperti biasa tak butuh waktu lama gadis itu sudah keluar dari kamar mandi dengan piyama keroppi hijaunya. Tangan kanannya menggosok rambut basahnya dengan handuk kecil.
"Bang buruan mandi aku udah selesai nih." Ucapnya pada Arka yang sedang rebahan di ranjangnya.
"Kamu beneran udah mandi Dek? Cepet amat." Heran Arka karena biasanya perempuan menghabiskan waktu lama di kamar mandi.
"Udah lah Bang. Kalo ngga percaya cium aja nih." Ujarnya.
Arka langsung bangkit dari tidurnya dan berjalan menghampiri Freya yang sedang berdiri menghadap cermin sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. 'cup' Arka mencium pipi Freya, membuat gadis itu langsung mematung di tempatnya. "Iya beneran udah mandi yah istri Abang, wangi." Ucap Arka setelah mencium Freya. Kemudian berlalu ke masuk ke kamar mandi, meninggalkan istrinya yang masih diam di tempat itu.
Freya memegang pipi kanannya yang baru saja menerima ciuman. "Abang mesum!" Teriaknya sesaat setelah menyadari yang baru saja terjadi. Kini tangan kanannya menjatuhkan handuk yang ia pegang beralih memegang dadanya yang tiba-tiba begitu dag dig dug tak seperti biasanya. " Astaga kenapa ini jantung gue kok berasa maraton gini rasanya." Batin Freya.
Freya berusaha menenangkan dirinya. Ini kali pertama dirinya menerima ciuman. "Kaya gini ternyata rasanya di cium." Gumamnya sambil menyisir rambutnya yang panjang. "Berarti ciuman itu bahaya yah. Kalo tiap dicium bikin jantung aku berasa maraton bisa-bisa aku harus konsultasi ke ahli jantung kalo abis dicium Bang Ar." Lanjutnya kemudian tertawa sendiri, entah apa yang ada di pikiran gadis polos itu saat ini.
Mendengar suara pintu terbuka Freya langsung memalingkan pandangannya ke arah pintu, terlihat Arka keluar hanya menggunakan handuk. "Abang berapa kali aku bilang kalo mandi bawa baju gantinya ke dalam kamar mandi." Cerocosnya sambil menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
Arka dengan santainya melewati Freya dan malah memakai pakaiannya di sana. Seperti tadi pagi Freya mengintip di balik jari yang ia renggangkan. Terlihat Arka sedang mengenakan kaosnya. "Abang ih dibilangin di kamar mandi malah di sini." Gerutunya.
"Ya elah Dek ntar juga kamu bakal liat semuanya." Ujarnya sambil meletakan handuknya asal kemudian berjalan menuju pintu. "Sebelum di usir mending gue pergi sendiri aja." Batin Arka.
"Bang Ar mau kemana?" Tanya Freya.
"Tidur lah. Sebelum di usir mending pergi sendiri." Sindir Arka mengingat kejadian kemarin malam yang begitu menyebalkan.
"Bang Ar tidur di sini aja sama aku!"
.
.
.
Iya iya akankah malam ini akan segera hareudang? Gimana menurut kalian bakal hareudang apa nggak? Yang jelas apa pun jawaban kalian tak akan mempengaruhi alur yang sudah ku buat wkwkwkwk.
Salam sayang buat kalian semua dari aku author karbitan.
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN FAVORITKAN!!
ga bisa berkata-kata deh gue.