Kembalinya Ratu Ilmu Hitam

Ratih duduk di tengah-tengah ruangan, dikelilingi oleh lilin-lilin yang menyala. Dia telah menyiapkan segala sesuatunya untuk ritual malam ini. Ratih mengambil napas dalam-dalam, dan mulai membacakan mantra. Suaranya lembut, tapi penuh dengan kebencian. "Sinta, kamu telah membunuh Sati... kamu telah menghancurkan hidupku... aku akan membuat kamu membayar atas apa yang telah kamu lakukan..."

Ratih terus membacakan mantra, suaranya semakin keras dan semakin cepat. Lilin-lilin di sekitarnya mulai berkibar, dan ruangan mulai dipenuhi dengan energi yang aneh.

Tiba-tiba, Ratih merasa dirinya ditarik ke dalam sebuah dimensi lain. Dia melihat Sinta, keponakan Pak Lurah, berdiri di depannya. Sinta tersenyum, tapi senyumannya tidak mencapai matanya.

"Kamu tidak bisa membunuhku, Ratih... aku lebih kuat dari kamu..." Sinta berkata, suaranya penuh dengan kebencian.

Ratih merasa dirinya dipenuhi dengan amarah. Dia mengangkat tangannya, mencengkram kuat perut Sinta dan Sinta mulai merasakan sakit yang luar biasa. Sinta berteriak, tapi suaranya tidak terdengar oleh siapa pun.

Ratih terus membacakan mantra, suaranya semakin keras dan semakin cepat. Sinta mulai merasakan sakit yang semakin parah, dan dia tahu bahwa dia tidak bisa melawan kekuatan Ratih.

Tiba-tiba, Sinta berteriak keras, dan kemudian dia jatuh ke tanah. Ratih merasa dirinya kembali ke dunia nyata, dan dia tahu bahwa ritualnya telah berhasil.

Ratih tersenyum, tapi senyumannya tidak mencapai matanya. Dia tahu bahwa Sinta telah merasakan sakit yang luar biasa, tapi dia juga tahu bahwa Sinta tidak akan mati. Sinta akan hidup, tapi dengan sakit dan penderitaan yang tidak bisa dia bayangkan.

Ratih melakukan ritual tapa pati geni (Tapa Pati Geni) yang mana ritual itu harus dilakukan oleh Ratih melihat cahaya api sepanjang malam, bahkan, ia tidak boleh tertidur dan lilin itu jangan sampai padam.

Setelah itu, Ritual berikutnya Ratih harus berpuasa, berbukanya harus memakan cabai sepuluh butir, bahkan tidak boleh makan ataupun minum yang lainya.

Agar ilmu yang dianut Ratih bisa meresap mendarah daging. Efeknya tubuh Ratih tidak akan terkena bacok bahkan kuat seperti baja.

Dan bukan hanya itu saja, Ratih tidak harus menumbalkan nyawa manusia, ia hanya akan menuntut balas atas perbuatan manusia biadab!

Aliran darah panas menyatu dalam daging, malam ini ia melancarkan aksi kejinya. "Malan ini juga! satu persatu dari mereka harus mati!" Ratih mengepalkan tangnya erat.

Amarahnya begitu memburu ia menaruh dendam pada kelima pria itu, terutama pada Sinta.

Ratih berdiri, tubuhnya yang tegap dan kuat seperti baja. Dia tahu bahwa dia telah siap untuk melakukan apa saja untuk membalas dendam atas kematian Sati. Dengan langkah yang pasti, dia berjalan menuju pintu dan membuka pintu rumahnya.

Di luar, malam gelap dan sunyi. Hanya ada suara jangkrik yang bernyanyi dan angin yang berhembus lembut. Ratih mengambil napas dalam-dalam, dan mulai berjalan menuju rumah Sinta.

Dia tahu bahwa Sinta masih berada di rumahnya, masih merasakan sakit yang luar biasa setelah ritual yang dia lakukan. Ratih tersenyum, dia tahu bahwa Sinta tidak akan bisa melawan kekuatannya.

Dengan langkah yang cepat, Ratih berjalan menuju rumah Sinta. Dia membuka pintu, dan masuk ke dalam. Sinta masih berada di kamar, masih merasakan sakit yang luar biasa.

Kelima pengawal sekaligus Gigolo Sinta, saling menatap saat melihat Ratih datang namun dengan penyamaran, ia mengunakan penutup wajah bahkan berpakaian serba hitam layaknya seorang ninja.

"Mau lari kemana kalian hah...!" Ratih menarik salah satu diantara dari mereka, ia langsung menendangnya begitu brutal.

Pria bertubuh tegak itu berusaha kembali. bangkit dan melawan Ratih, tapi Ratih melayangkan pukulan beberapa kali kearahnya, dengan kejam Ratih membawa belati ia langsung menancapkan kepala Pria berbadan tegap itu.

"Modar koe!... (Mati kamu)" Ratih tersenyum puas dibalik penutup wajahnya, karena ia berhasil melenyapkan salah satu dari mereka!

kedua temanya langsung masuk kedalam kamar Sinta berusah melindungi sang majikan. Sementara dua yang lainya kembali maju melawan Ratih. "Kalian juga mau bernasib sama seperti dia?" unjuk Ratih pada pria yang sudah tewas bersimbah darah itu.

"Tidak akan kita biarkan bernasib sama seperti dia! yang ada kau yang akan kalah dan kau akan menjadi pemuas nafsu kami malam ini!" Tantang keduanya.

Mendengar Itu Ratih merasa. sangat jijik dan langsung emosi. "Hiaaaaa... matilah kalian menuju alam baka!" Ratih berteriak menendang pria berkumis tipis yang baru saja menawar dirinya.

Yang satunya lagi ikut melawan Ratih, saat temanya sudah jatuh, ia langsung bersiap meninju Ratih akan tetapi Ratih bisa menghalau serangan itu.

Laki-Laki itu berhasil ia lumpuhkan, kedunya terbujur lemas dilantai, tidak sampai disitu Ratih masih menghajar mereka. "Rasakan ini!" kepala mereka berdua Ratih benturkan dilantai hinga darah keduanya berceceran. "Ini semua tidak seberapa dengan sakit yang dirasakan anakku karena ulah kalian...!" ucap Ratih lirih.

Ratih langsung menjatuhkan kepala mereka dengan kening yang hancur bahkan mata mereka hampir copot dari tempatnya.

Malam ini juga Ratih ingin menghabisi semuanya, tapi seolah ia tertahan sesuatu.

"Jika aku menghabiskan mereka semua dalam waktu yang bersamaan Sinta akan cepat mati, biarkan saja aku siksa dia hidup-hidup!" Batin Ratih terseyum puas.

Karena ia sudah menghabisi tiga nyawa sekaligus dalam rumah itu, yang mana sudah pasti keesokan paginya semua warga akan gempar!

.

.

Benar saja pagi-pagi sekali warga gempar datang berbondong-bondong menuju rumah lama peninggalan mener Belanda, yang telah di beli kakenya Sinta dahulu.

Sinta sama sekali tidak keluar rumah, masalah itu hanya di hadapi oleh kedua anak buahnya yang masih hidup.

Pak lurah langsung datang ke TKP ia menanyakan semua itu pada kedua anak buah Sinta yang tersisa.

"Memangnya, semalam apa yang terjadi?"

"Semalam sepertinya dia perampok pak, solanya gerak geriknya nampak aneh." Mereka berdua nampak kikuk saat di interogasi.

"Lalu Bagimana kalian bisa selamat, dimana Sinta? apakah ada barang-barang yang di ambil perampok itu semalam?" Pak lurah kembali bertanya, menatap wajah mereka yang pias ketakutan.

"Nyonya. Sinta ada didalam Pak, beliau sedang ketakutan, bahkan karena Syok beliau sampai sakit perut." mereka berdua berbohong.

Pak lurah berusaha percaya, ia masuk kedalam menengok keponakannya, sementara beberapa warga membantu pemakaman ketiga pria yang semalam tewas dibantai Ratih.

"Kamu tidak apa-apa Sin? semalam katanya rumah kamu kerampokan?" Pak lurah menghampiri Sinta yang sedang duduk dirungan belakang sambil mengompres perutnya.

"Tidak apa-apa Paman." Sinta berusaha tetap tenang, padahal, ia ingat betul kalau penyebab sakit perutnya semalam adalah karena ia mimpi saat tidur sore, ia mimpi perutnya di cengkram kuat oleh Ratih, hingga seluruh isi perutnya keluar, tapi saat ia terbangun itu semua hanyalah mimpi, akan tetapi untuk beberapa saat kemudian perutnya jadi sakit beneran, bahkan saat di jam-jam tertentu ia sampai tidak bisa menahan rasa sakit itu.