Lin Feng, seorang Pendekar Langit yang dihormati di seluruh Dunia Langit Surgawi, berhasil mencapai pencapaian legendaris: membangkitkan Seni Pedara Naga Terbang, teknik kuno yang hilang yang mampu membuka Gerbang Surgawi. Namun, kesuksesannya justru menjadi bumerang. Kaisar Langit Xuan, penguasa dunia, diliputi keserakahan dan rasa iri, merancang konspirasi keji untuk mencuri kekuatan Lin Feng—kekuatan yang hanya bisa diambil dengan membunuh pemiliknya.
Dijebak, difitnah sebagai pengkhianat, dan disiksa di penjara paling kelam, Gua Pengasingan Langit, Lin Feng menyaksikan hidupnya hancur berantakan. Bahkan Mei Ling, istri yang dicintainya, dirampas dan dijadikan selir oleh Pangeran Ke-7. Dalam detik-detik terakhir sebelum ajal menjemput, hati Lin Feng dipenuhi amarah dan penyesalan yang mendalam.
"Jika ada kehidupan lain... aku akan membalaskan semuanya!"
Namun, kematian bukanlah akhir baginya. Roda takdir berputar dengan cara yang tak terduga. Jiwa Lin Feng yang penuh dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wee nakk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konfrontasi Tak Terduga
"Nyonya Yue Ling, Kristal Jiwa Phoenix sudah hilang!" lapor salah satu pengikut perempuan berambut perak itu dengan suara keras.
Yue Ling yang sedang menatap Lin Feng dengan penuh curiga langsung berbalik. "Apa? Hilang?"
Sorot matanya kembali menusuk Lin Feng. "Anak kecil, apa kau yang mengambilnya?"
Lin Feng tetap menjaga ekspresi polosnya. "Aku tidak tahu apa yang Nyonya maksud. Aku hanya tersesat ke sini."
"Kau berasal dari keluarga mana?" tanya Yue Ling semakin mendekat, wajahnya hampir menyentuh Lin Feng.
"Lin Feng, dari keluarga Lin di Desa Baihu," jawab Lin Feng sambil pura-pura gugup.
Yue Ling menyipitkan matanya, mencoba mengingat-ingat. "Lin Feng... nama itu terdengar familiar."
Tiba-tiba, salah satu pengikutnya berbisik, "Nyonya, bukankah ada kabar seorang anak bernama Lin Feng dari keluarga Lin pinggiran yang tewas dalam kecelakaan beberapa minggu lalu?"
Mendengar ini, Yue Ling langsung mengeras. "Jadi kau bukan hanya pencuri, tapi juga pembohong! Lin Feng yang kukenal sudah mati!"
Lin Feng dalam hati mengutuk. 'Sial, aku lupa kalau tubuh asli pemilik nama ini memang sudah seharusnya mati.'
"Dengar, Nyonya," kata Lin Feng mencoba tetap tenang. "Aku benar-benar Lin Feng. Aku tidak mati, hanya pingsan lama dan baru bangun."
Tapi Yue Ling sudah tidak sabar. Dengan gerakan cepat, dia menyambar gelang di tangan Lin Feng. "Apa ini? Gelang dimensi? Dari mana anak desa seperti kau dapatkan ini?"
KRAAK!
Suara retakan semakin keras dari dalam gelang. Salah satu telur Phoenix benar-benar mulai menetas!
"Apa itu?" Yue Ling menatap gelang dengan penuh kecurigaan.
Dalam kepanikan, Lin Feng berusaha merebut kembali gelangnya. "Itu milikku!"
Tapi Yue Ling sudah membuka gelang itu. Cahaya keemasan memancar keluar, diikuti suara kerkup kecil yang lucu. Seekor bayi Phoenix kecil berwarna emas muncul, langsung mengepakkan sayap mungilnya ke arah Lin Feng.
"Phoenix Emas!" teriak Yue Ling dan pengikutnya serentak.
Bayi Phoenix itu langsung terbang ke bahu Lin Feng, menggesek-gesekkan paruhnya yang kecil ke pipi Lin Feng dengan penuh kasih sayang.
"Tidak mungkin..." gumam Yue Ling tak percaya. "Phoenix Emas baru menetas langsung mengikat kontrak jiwa dengan manusia?"
Lin Feng sendiri terkejut. Dia tidak menyangka telur itu akan menetas secepat ini, apalagi langsung mengikatnya.
"Bocah, siapa sebenarnya dirimu?" tanya Yue Ling dengan suara bergetar, kali ini dengan nada berbeda—lebih berhati-hati, bahkan sedikit takut.
"Sudah kukatakan, aku Lin Feng," jawab Lin Feng sambil mengelus bayi Phoenix di bahunya.
Saat ketegangan memuncak, tiba-tiba...
WHOOSH!
Dua sosuh mendarat di samping mereka. Han Xue dan Tetua Han Bing.
"Lin Feng! Kau baik-baik saja?" teriak Han Xue khawatir.
Han Bing langsung menatap Yue Ling. "Yue Ling dari Klan Bulan? Apa yang kau lakukan pada anak itu?"
Yue Ling tampak terkejut melihat Han Bing. "Tetua Han? Apa hubunganmu dengan bocah ini?"
"Dia tamu kehormatan Paviliun Angin Timur," jawab Han Bing tegas. "Dan apa yang kau pegang itu?"
Yue Ling melihat gelang di tangannya, lalu melihat Lin Feng dan bayi Phoenix di bahunya. Ekspresinya berubah kompleks.
"Tampaknya ada kesalahpahaman di sini," kata Yue Ling akhirnya, mengembalikan gelang kepada Lin Feng. "Aku pikir dia mencuri Kristal Jiwa Phoenix."
"Kristal Jiwa Phoenix?" Han Bing menaikkan alis. "Yang mati di sini adalah Phoenix Emas. Kristal jiwanya pasti sangat berharga."
Semua mata tertuju pada Lin Feng, yang sekarang dengan santai mengembalikan bayi Phoenix ke dalam gelang dimensi.
"Phoenix itu memberikan kristalnya padaku sebelum mati," kata Lin Feng akhirnya. "Dia mempercayakan telur-telurnya untuk kujaga."
Yue Ling terdiam sejenak, lalu menghela napas. "Phoenix Emas hanya akan melakukan itu pada seseorang dengan jiwa murni dan potensi besar." Dia memandang Lin Feng dengan penuh arti. "Tampaknya aku salah menilaimu."
Han Xue mendekati Lin Feng. "Kau benar-benar tidak apa-apa? Kami mendengar suara ledakan dan khawatir."
"Ledakan itu ujicoba teknikku," akui Lin Feng. "Aku tidak menyangka akan sekuat itu."
Han Bing memandang kerusakan di sekitar mereka dengan takjub. "Kau yang melakukan semua ini? Dengan tingkat kultivasimu sekarang?"
Yue Ling tiba-tiba tertarik. "Bocah, maukah kau bergabung dengan Klan Bulan? Kami bisa memberimu pelatihan terbaik."
Han Bing langsung menyela. "Dia sudah menjadi tamu kehormatan kami. Dan Klan Lin pasti ingin dia kembali."
Lin Feng menghela napas. "Aku harus pulang. Ayahku pasti khawatir."
Sebelum pergi, Yue Ling memberikan sebuah medali perak pada Lin Feng. "Jika kau berubah pikiran, datanglah ke Klan Bulan. Kami akan menyambutmu."
Han Bing juga memberikan segel batu giok. "Paviliun Angin Timur selalu terbuka untukmu."
Setelah mereka pergi, Lin Feng berdiri sendirian di tengah kehancuran, bayi Phoenix kecil kembali keluar dari gelang dan bertengger di bahunya.
'Dengan Phoenix Emas dan Kristal Jiwa ini, aku bisa memulai kultivasi yang sesungguhnya,' pikir Lin Feng dengan tekad membara. 'Tapi pertama, aku harus kembali dan menghadapi kompetisi klan.'
Dia memandang ke arah Desa Baihu, tidak menyadari bahwa mata-mata Organisasi Cakar Naga telah mengamatinya dari kejauhan.