Hidup untuk yang kedua kalinya Selena tak akan membiarkan kesempatannya sia-sia. ia akan membalas semua perlakuan buruk adik tirinya dan ibu tirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia indri yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 02
Selena keluar lebih dulu dari dalam mobil. Semua perhatian pada tertuju pada Karina—karena seluruh murid disekolah menganggap Selena penjahat yang tak termaafkan
Bahkan Davin Prasetya—pacar Selena memilih Karina dibanding pacarnya sendiri.
Selena sudah memperhitungkan semuanya—bergumam pada dirinya sendiri untuk tidak lagi bergantungan pada Davin.
Davin yang selalu khawatir dan peduli pada Karina—wajah Karina yang selalu mengingatkan dirinya pada mendiang adik perempuannya yang sudah meninggal dunia.
Davin yang paranoid menganggap Karina inkarnasi dari adiknya. Maka dari itu perhatiannya lebih besar kepada Karina dari pada kepada Selena.
"Selena seharusnya kau membantu adikmu keluar dari mobil. Dia terkena Anemia yang parah, jika Karina masuk rumah sakit lagi bagaimana? Kau harus memberikan darah untuknya. Beruntunglah kau memiliki darah yang sama dengannya." Rahang Davin gemeletuk menahan amarah dan kesal. namun dibalik itu, ia bimbang antara cintanya pada Selena dan perhatiannya pada Karina.
Selena tidak menyangka, ia pacarnya. Mengapa harus Karina yang harus diperhatikan? Hanya karena wajah Karina mirip dengan mendiang adik Davin?
Ia ingat kematiannya, dimana Selena dikurung dihari pernikahan Davin dan Karina.
Cinta itu kini pudar, Selena juga tak akan memaafkan Davin yang mengkhianati cinta mereka berdua.
"Dia masih punya kaki, dan ibunya juga punya darah yang sama mengapa aku harus peduli." Selena melambaikan tangan dengan acuh—sudah malas berdebat.
Davin melangkah maju, ingin membuat Selena mengerti bahwa itu sikap kasar. Namun segera Karina menahan tangannya.
"Tidak apa-apa kakak Davin... Kakak Selena mungkin sedang kesal hari ini." bujuk Karina dengan lembut membuat Davin luluh.
Davin dengan enggan mengangguk, menuntun tangan Karina untuk masuk kedalam sekolah. "Kau tak apa-apa? Jika pusing aku akan menggendongmu sampai ke kelas." tawar Davin dengan hangat.
Karina tersenyum lebar sebelum menggeleng pelan menolak bantuan Davin, melihat Davin berpaling dari Selena saja sudah puas baginya.
"Tak masalah, aku bisa berjalan sendiri. Aku kuat!"
Davin terkekeh, mengusap rambut Karina dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Karina-ku harus kuat dan tersenyum selalu."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
didalam kelas banyak murid membisikkan sesuatu dihadapan Selena. Dengan pandangan sinis dan bisikan tajam menghina.
"Bicaralah padaku jika kalian tidak suka kepadaku." Selena berjalan mendekati mereka, menantang mereka untuk berbicara.
"Kau kakak tiri yang jahat sekali Selena. Kau tega membiarkan adik tirimu, Karina ditinggal sendirian disekolah dan dibiarkan pingsan digerbang." celutuk mereka dengan tajam, orang-orang mengangguk setuju.
"Ya, aku kakak tiri yang kejam. Kenapa?" tantang Selena kembali, ia tidak takut.
biasanya mereka melihat Selena sebagai anak pendiam, pasrah dan mudah menangis. Namun kali ini mereka melihat sosok berbeda didalam diri Selena.
"Dan tunanganmu, Davin. Sangat tidak beruntung mendapatkan mu. Dia lebih cocok bersama Karina—wanita manis dan perhatian, tidak sepertimu." cibiran lain membuat hati Selena tertusuk, namun itu tak membuat Selena lemah kembali.
"Jika Karina berminat, ambil saja Davin. ambil barang bekas ku." sahutnya tajam membuat orang-orang terkejut.
Davin yang membeku didepan pintu mendengar semua perkataan kejam Selena, benarkah? Selena yang manis dan perhatian kini berubah menjadi wanita tidak berperasaan.
"Selena!" bentak Davin dengan keras membuat seluruh ruangan membeku.
kecuali Selena. Ia tampak kokoh menghadapi ledakan amarah Davin.
"Kenapa kau bicara seperti itu tentangku dan tentang Karina?!" Davin mencengkram kuat lengan Selena agar benar-benar menatap matanya.
"Apa aku salah bicara?" kepala Selena miring sedikit mengamati davin—pria yang dulu ia sangat cintai kini berubah menjadi pria yang sangat ia benci.
Davin mengangguk tajam. "Ya, kau sangat salah." sahutnya tajam. Matanya merah penuh pengkhianatan dari Selena.
"Aku tak salah bicara, kau memang menginginkan Karina bukan? Begitupun sebaliknya." Ucap selena dengan tenang tanpa ada ledakan.
"Karina selalu mengambil apapun yang aku punya, harta, ayahku dan rumahku. Sama seperti ibunya." sambung Selena dengan lantang membuat semua orang terkejut.
Mereka menganggap Selena sebagai orang irian dan pencemburu.
"Oh, kau iri! Kau dasar serakah tidak mau berbagai! Ayahmu berhak bahagia!" tuduhan itu menusuk telinga Selena, membuat ia menatap tajam pada mereka berdua.
"Jangan naif, kalian juga pasti benci melihat salah satu orang tua kalian menikah lagi. Apalagi menikah dengan keluarga penuh kelicikan."
Davin berdecak kesal, amarahnya terkumpul cepat karena Selena yang semakin berani menghina seseorang. Tangannya mencengkram kuat lengan Selena sebelum menampar kuat pipinya.
Semua orang tertegun, terkejut karena Davin menampar Selena.
kepala Selena menoleh, membuat Davin membeku sejenak—baru menyadari apa perbuatannya.
"Selena—" Suara Davin berhenti dengan gugup, dihayuti dengan lantang oleh Selena.
Selena hanya tertawa, kepalanya kembali lurus—menatap mata Davin. "Tidak bisa menahan diri Davin?"
Davin terdiam, tangannya masih terkepal erat karena sikap Selena.
"Kalian mungkin benar, Davin memang cocok bersama Karina. Lihatlah bagaimana Davin bersikap kasar kepadaku—Aku tidak butuh dengan pria yang bermain tangan namun minim logika."
Mata Selena mengamati mereka semua. Menatap dengan tatapan tajam. "Logika saja teman-teman. Jika salah satu dari kalian, memiliki pacar yang sudah bertunangan apa rela direbut oleh saudara tiri kalian? kurasa tidak. Jika ada yang rela, kalian mungkin tidak waras."
Selena terkikik geli, memutar matanya sebelum dengan sengaja menabrak bahu Davin. Davin sudah membuktikan prilaku buruknya.
Harga dirinya sedikit tercoreng karena dikenal sebagai 'pacar penyayang' kini hanyalah sebuah angin lalu.
Biarkan orang-orang berfikir bahwa Davin tidak sebaik yang mereka kira. Dan Selena, akan membuktikan semuanya.
sepanjang berjalan dikoridor Selena tak berhenti mengucapkan umpatan. Tangannya menyentuh pipinya yang terasa kebas akan tamparan Davin.
lalu tak sengaja menabrak seseorang—Arsa Mahendra, musuh Selena sejak dari sekolah dasar. Selalu sekolah ditempat yang sama.
"Hati-hati gadis bodoh." peringatnya pelan, memandangi Selena tanpa minat.
Selena cemberut sembari melotot, pria itu selalu memanggilnya 'gadis bodoh' semenjak berpacaran dengan Davin. padahal dulu Arsa hanya memanggilnya 'gadis pendek'
"Siapa suruh menghalangi jalanku!"
Halis Arsa terangkat, menunjuk sisi kosong disisi mereka. "Siapa suruh berjalan menunduk sembari mengumpat."
Selena menggeram kesal, "Ah, seterah. jangan berdebat okey?! Aku sedang kesal."
"Karena tunangan bodohmu lagi?" Arsa menyeringai, ia sudah tahu. terlihat dari pipi Selena yang merah dan terus mengumpat sepanjang koridor.
"Bukan urusanmu." sahut Selena tajam, cemberut.
Arsa hanya mengangguk, ia tak akan memaksa ingin tahu. Namun Selena kembali menatap Arsa, sekilas kehidupan sebelumnya kembali terlintas dibenaknya.
Wajah Arsa yang berhasil mendorong pintu—memeluk selena dengan takut dan khawatir disaat gadis itu detik-detik ingin mati.
Ia tak menyangka, orang yang paling ia benci ternyata mengkhawatirkan dirinya. Menangisi dirinya dengan tulus tanpa kepalsuan.
Air mata Selena menetes tanpa diminta membuat Arsa terkejut, ia kembali menyeringai namun dipaksakan. Hati Arsa tampak sakit melihatnya—namun ia tak boleh menunjukkannya kepada Selena.
"Gadis cengeng."