“Menikahlah denganku, Kang!”
“Apa untungnya untukku?”
“Kegadisanku, aku dengar Kang Saga suka 'perawan' kan? Akang bisa dapatkan itu, tapi syaratnya kita nikah dulu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mantan calon Istrinya Calon Suami
"Ibu ... Ibuuuu."
Mata Naura terbuka sangat lebar. Napasnya terengah dan jantungnya berdebar sangat kencang.
Aneh, kenapa semuanya terlihat putih, harsnya gelap, dia tadi tenggelam, apa dia sudah meninggal? Dia ada di akhirat.
"Kamu di rumah sakit."
Deg!
Naura buru-buru menoleh, perempuan itu dibuat terkejut saat melihat orang yang ada di sampingnya.
"Akang ...."
"Saya panggil dokter dulu."
Dia sudah beranjak, hendak berbalik tapi jari jemarinya tiba-tiba ditahan oleh Naura.
"Jangan bilang sama ibu."
Sagara menghela napasnya, dia menatap Naura dengan tatapan tajam.
"Kenapa kamu main di sungai? Sakit hati gara-gara Satya nikah sama cewek lain?"
"Akang ...." Naura terdiam untuk beberapa saat. "Akang tahu kan anak sungai itu enggak dalem? Ada orang yang dorong aku. Aku juga enggak bisa naik bukan karena enggak bisa, tapi emang ada yang nahan kepalaku. Terus ... Aku enggak inget apa-apa lagi."
Sagara memalingkan wajahnya, pria itu menghela napas untuk kesekian kali lalu duduk di sisi ranjang.
"Kenapa aku ada di sini, Kang? Siapa yang nolong aku?"
"Pak Tarman."
"Pak Tarman?" kaget Naura. "Tetangganya Kang Saga?"
Pria itu menganggukkan kepalanya. Dia melepaskan tangan Naura dan kembali menghela napas.
"Tadi saya baru balik ke sini. Saya liat Pak Tarman lagi gendong orang, saya pikir yang dibawa orang-orangan sawah, ternyata kamu."
Kepala Naura tertunduk, selang oksigen dia lapas dan jari jemarinya dia mainkan dengan gelisah. Bahunya mulai gemetar dan suara tangisan yang berusaha dia tahan akhirnya pecah juga.
"Pak Tarman bilang kamu udah tergeletak di pinggir sungai, orang itu mungkin yang dorong sekaligus yang nolong kamu. Sebetulnya kamu bikin masalah sama siapa?"
Kepala Naura menggeleng, dia semakin terisak. Dia tidak tahu, dia tidak membuat masalah dengan siapapun. Satya? Apa yang dia lakukan padanya? Dia bahkan tidak ikut andil saat Laras datang, itu murni kemauannya sendiri.
Nanda? Dia yakin Nanda ada di rumah.
"Aku enggak tahu," katanya. "Aku enggak tahu, Kang."
Kelopak mata Sagara terpejam untuk beberapa saat, tangannya sudah terangkat, hendak menepuk punggung Naura tapi dia tarik lagi.
"Kamu aman sekarang. Lain kali, kalau mau ke mana-mana kabarin dulu, Neng. Kamu tahu kan orang-orang jaman sekarang itu pada nekad?"
Kepala Naura terangkat, mata merahnya menatap Sagara dia tersenyum kemudian mengangguk.
"Jadi, aku boleh bergantung sama Kang Saga?"
"Hmmm." Pria itu memalingkan wajah.
Meskipun dia masih judes, tapi Naura merasa kalau Sagara sudah lebih baik dari sebelumnya.
... ...
Dalam perjalanan pulang, Naura sejak tadi memperhatikan wajah Sagara. Bahkan posisi duduknya meringkuk menghadap calon suaminya.
"Akang. Pak Tarman lagi apa? Kok bisa nemuin aku?"
"Katanya sih lagi nyari ikan."
"Oh." Naura mengangguk sambil tersenyum.
Di mata Sagara, Naura ini sangat aneh, baru tadi dia menangis dan sekarang malah terlihat biasa lagi. Dia balik menjadi manusia normal.
"Kang!"
"Hhmm."
"Minggu depan kita nikah, abis nikah aku ikut ke rumah Akang kan?"
Pertanyaan aneh lagi. "Memangnya kamu mau tinggal di mana?"
"Ih, aku kan cuma nanya." Ia mengerucutkan bibirnya kesal. "Akang selama ini ke mana? Kenapa enggak ngabarin aku? Enggak bales chat aku sekalipun. Telpon aku juga enggak diangkat. Aku pikir Akang udah nikah lagi di kota."
"Jangan membuat cerita fiksi."
"Ihhh, ya udah jawab, kenapa enggak bales chat aku?"
"Emang nomor kamu yang mana?"
"Apa?" kaget Naura. Matanya langsung melotot, dia menatap Sagara dengan tatapan tidak percaya. "Akang belum save nomor aku?"
Pria itu menggeleng. Membuat Naura langsung lesu.
"Ya Allah Akang. Mana Hp kamu?" Naura mengulurkan tangannya.
"Buat apa?"
"Manaaa?" desaknya.
Mau tidak mau Sagara memberikan ponselnya.
"Buka!" titah Naura lagi dan Sagara benar-benar menurut, dia menempelkan jempolnya ke layar ponsel. "Astaghfirullah." Naura menggeleng.
"Kenapa atuh enggak di save, ya Tuhan ...."
Akhirnya dia membuat nama kontaknya sendiri.
"Ini!" katanya sambil menyerahkan ponsel Sagara. "Oh iya, jangan bahas masalah di sungai sama Ibu atau Raka. Inget."
"Hmm."
"Kaya orang sariawan aja."
... ...
Setelah mengantarkan Naura, Sagara kembali ke rumah. Pria itu masuk ke kamarnya, langsung membuka pakaian karena dia mau mandi.
Akan tetapi, ponsel di atas nakas tiba-tiba memberikan notifikasi pesan. Sagara pun mengambilnya dan keningnya langsung berkerut.
"Akang, makasih buat hari ini." Lengkap dengan emoji cium yang bejibun. Mata Sagara langsung melotot, menatap nama yang mengirim pesan.
"Istri Cantiku" dengan emoji hati merah ....
Seketika Sagara menahan senyum, dia melihat foto profil Naura dan semakin lebar saja senyumnya saat melihat foto lucu sang istri.
"Kamu bidan lho, kenapa enggak ada wibawanya sama sekali."
Beberapa saat kemudian, senyum di wajah Sagara benar-benar hilang. Pria itu ikut berpikir tentang siapa yang sudah membuat Naura tenggelam.
Dia pun menelpon seseorang dan berbicara dengan orang tersebut.
"Iya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?"
"Ist ... Maksud saya. Hari ini ada seorang perempuan yang tenggelam di anak sungai. Tapi ... Sepertinya ada orang yang sengaja melakukan itu, bisa tolong bantu cari informasi?"
"Baik, Pak. Nanti saya ke rumah Pak Saga untuk meminta detail informasi sebelumnya, ya, Pak."
"Oke, terima kasih."
Klik
Panggilan itu Sagara akhiri. Kini, dia berdiri di dekat jendela kamarnya, menatap keluar dengan tatapan dingin.
Dia pikir di sini aman, nyaman dan tenang, tapi sama saja. Orang-orang banyak yang kehilangan akal sehat, bahkan orang desa sekalipun.
... ...
Di tempat lain, ketika makan malam, Naura tak lepas menatap Nanda yang duduk di sebrangnya. Dia menikmati makanan saat itu, tapi tak terlalu.
"Teh?" panggil Raka.
Naura hanya menoleh.
"Katanya tadi siang ada yang tenggelam di anak sungai, Teteh tahu orangnya?"
"Hah?" Naura langsung menoleh ke arah Raka, tapi ujung matanya mengarah pada Nanda. "Enggak tahu."
"Oh. Lagian ngapain main di anak sungai sendirian."
Plak!
Raka meringis ketika Naura menggeplak tangannya.
"Harusnya yang kamu salahin orang yang sengaja bikin orang itu tenggelam."
"Sengaja?" kaget Bu Windi dan Raka. Hanya Nanda yang tetap menunduk. "Bukannya jatoh sendiri?"
"Udahlah, enggak usah dibahas," lanjut Naura. "Bahas pernikahan aku aja Minggu depan. Kang Sagara udah pulang."
Namun, raut wajah Bu Windi dan Raka langsung berubah, mereka tiba-tiba diam dan Naura mengerutkan kening lalu menoleh pada Nanda.
Lagi-lagi dia lupa kalau Nanda masih patah hati.
"Ya udah deh, enggak usah dibahas. Aku urus sendiri aja."
... ...
Hari ini .... Acara pernikahan Naura dan Sagara akan dilangsungkan. Tidak seperti pernikahan Nanda dan Satya sebelumnya, mereka menikah dengan cara yang sangat sederhana.
Akad nikah dilakukan di masjid yang tak jauh dari rumah Bu Windi. Naura dan juga mempelai pengantin pria berada di dalam mobil yang berbeda.
"Teteh cantik banget," puji Raka. "Asli enggak bohong."
Naura hanya memutar bola mata. Dia yakin, setelah ini Raka akan meminta sesuatu.
"Kamu emang cantik, Teh," ucap Bu Windi yang ikut memuji. "Cantik banget, ibu sampe pangling."
"Iya, Teh. Kamu cantik, cocok sama Kang Sagara." Nanda juga ikut memuji.
Naura hanya tersenyum, dia tersipu karena mendapatkan pujian dari semua orang. Dan saat mobilnya sampai di depan mesjid besar, Naura langsung menoleh ke mobil di samping.
Mobil calon suaminya, senyum Naura semakin merekah, jantungnya berdegup sangat kencang, akan tetapi .... Keningnya berkerut ketika seorang perempuan ikut keluar dari mobil tersebut.
Dari penampilannya, gestur tubuhnya, Naura merasa tidak asing.
"Tunggu, dia wanita itu kan? Mantan calon istri Kang Sagara? "
Tapi, kenapa dia keluar bersama calon suaminya. Naura menoleh ke arah sang suami dan suaminya juga menoleh padanya. Naura berharap Sagara akan menunjukkan wajah bersalah atau ingin menjelaskan sesuatu, tapi ekspresinya terlalu datar dan dingin.
Kapan sih Sagara berterus terang n terbuka ma Naura..kayak main petak umpet mulu ga kelar²
truus Nau jgn mrh dulu tu saga lgi jujur tu ma gundik nya lok dia GK cinta fany