Su Runa hanya ingin hidup tenang, bekerja santai, dan rebahan damai di apartemen kecilnya. Tapi siapa sangka, setelah satu malam penuh deadline dan mie instan, hidupnya malah “di-upload” ke dunia kolosal sebagai… tokoh numpang lewat?!
Kini dengan nama Yun Ruona, ia mendapati dirinya bukan putri bangsawan, bukan tokoh utama, bahkan bukan penjahat kelas kakap—melainkan karakter sampingan yang kalau muncul, biasanya cuma jadi latar pemandangan.
Awalnya, hidupnya berjalan damai. Sistem hanya memberi satu misi: “Bertahan Hidup.” Tidak ada skenario aneh, tidak ada takdir tragis, tidak ada paksaan ikut alur novel. Ia tumbuh sebagai gadis biasa, menjalani kehidupan versinya sendiri—bebas dan santai.
…sampai takdir iseng mempertemukannya dengan seorang pria misterius. Sejak saat itu, hidup Yun Ruona yang tenang berubah jadi drama tak terduga, penuh salah paham kocak dan situasi yang bikin geleng-geleng kepala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Aaliyah Thoati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25: Cahaya Kecil, Dunia yang Terbangun
Kertas di meja Su Yulan kini basah oleh tetesan air mata.
Ia menulis kalimat terakhir di catatannya:
> Ternyata kasih seorang ibu bisa melintasi dua kehidupan. Dan mungkin, semua kehilangan hanyalah janji yang tertunda untuk bertemu lagi dalam bentuk lain.
Ia menutup bukunya pelan, lalu berdiri menatap langit sore di luar jendela.
Awan Yunshan bergerak lambat, membentuk siluet seperti dua tangan yang saling menggenggam. Ia tersenyum samar.
“Jadi benar ... kau memang sudah bersamaku jauh sebelum aku tahu cara mencintaimu,” bisiknya.
>【Koneksi lintas waktu : terkonfirmasi.】
>【Subjek utama dan sekunder memiliki resonansi memori pra-kehidupan.】
>【Koneksi emosional : abadi.】
Su Yulan meletakkan tangannya di dada, merasakan getaran lembut yang sama seperti dulu — getaran yang kini ia tahu bukan sekadar kenangan, tapi bukti bahwa kasih seorang ibu ... tidak pernah benar-benar berhenti.
Dan di luar sana, di taman kecil yang diterpa cahaya senja, bunga Ziwei yang mekar sendirian menunduk lembut, seperti sedang menyapa masa lalu yang akhirnya pulang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Beberapa bulan telah berlalu sejak hari itu.
Langit Yunshan memasuki awal musim semi — udara lembut, bunga liar bermekaran di sepanjang pagar batu, dan aroma tanah baru bercampur wangi air gunung.
Dari arah gerbang utama, suara derap kuda terdengar disusul panggilan pelayan yang riang.
Su Yulan menoleh dari paviliun tempatnya menjemur kain, matanya melebar.
Seorang remaja dengan pakaian biru akademi turun dari pelana, membawa gulungan kecil di tangannya. Senyumnya hangat, tapi langkahnya gugup.
“Suamiku,” panggil Su Yulan lembut ke arah suaminya yang baru muncul dari aula. “Zhen’er pulang.”
Yun Haoran hanya mengangguk pelan, tapi di balik ketenangannya terselip cahaya kebanggaan yang jarang terlihat.
Yun Zhen berlutut memberi hormat, suaranya jernih. “Diedie, Niangqin, Yun Zhen telah kembali.”
Su Yulan menatap wajah putranya lama. Delapan tahun lalu ia masih bocah yang berlarian di taman, kini sorot matanya sudah seperti mata seorang pemuda yang mengenal tanggung jawab. Namun bagi seorang ibu, ia tetap anak kecilnya.
“Bangunlah,” ucapnya pelan. “Kau pasti lelah.”
Ketika ia menatap ke arah halaman belakang, seorang gadis kecil berlari kecil ke arah mereka. Rambutnya dikuncir dua, matanya jernih seperti air kolam, dan boneka kecil menggantung di pelukannya.
“Gege!” serunya lantang, tanpa ragu memeluk kaki Yun Zhen.
Yun Zhen terpaku sesaat — suara itu, cara memanggilnya, bahkan kehangatan di pelukan kecil itu — membuat dadanya sesak oleh sesuatu yang sederhana namun dalam.
Ia membungkuk, menepuk kepala adiknya. “Nana ... sudah sebesar ini rupanya.”
“Umur empat tahun!” katanya bangga. “Dan besok ulang tahunku!”
Su Yulan menahan tawa lembut melihat dua anaknya berdiri berdampingan — satu di ambang remaja, satu baru belajar menulis, tapi keduanya terikat oleh sesuatu yang sama: kasih yang tidak membutuhkan kata.
>【Deteksi emosi : resonansi keluarga meningkat 37%.】
>【Sinkronisasi multi-subjek : aktif (Su Yulan – Yun Ruona – Yun Zhen).】
Malam itu rumah keluarga Yun dipenuhi suara tawa dan aroma masakan hangat. Pelayan sibuk menyiapkan makanan ringan dan bubur manis kesukaan Yun Ruona. Di halaman, lentera kecil digantung di antara pohon plum yang mulai berbunga.
Yun Ruona berlari kecil di antara lampu-lampu, menggandeng tangan kakaknya. “Gege, lihat! Lentera itu seperti bintang jatuh!”
Yun Zhen tersenyum. “Kalau bintang jatuh, Nana mau berdoa apa?”
“Supaya Gege pulang lebih sering,” jawabnya polos.
Yun Zhen terdiam, lalu berlutut dan menatapnya. “Kalau begitu, Gege janji — mulai sekarang, setiap kali langit Yunshan terang, Gege akan memikirkan Nana. Itu sama saja seperti pulang sebentar.”
Yun Ruona tertawa kecil dan mengangguk puas.
Su Yulan memperhatikan dari teras. Dalam diam, ia tahu langit sedang menulis ulang momen yang dulu diambil darinya: anak-anaknya kini hidup, tertawa, dan saling menguatkan.
Keesokan paginya, rumah keluarga Yun diselimuti sinar keemasan lembut.
Hari itu adalah ulang tahun keempat Yun Ruona. Pelayan menyiapkan kue beras kecil berbentuk kelopak bunga, sementara Yun Haoran membawa seikat bunga liar yang baru dipetik dari tepi sungai gunung.
Su Yulan duduk di aula tengah, membantu putrinya mengenakan jubah kecil warna merah muda pucat. Rambutnya dikepang dua dan dihiasi pita putih — sederhana tapi manis.
“Niangqin, kenapa semua orang tersenyum hari ini?” tanya Yun Ruona polos.
“Karena hari ini langit memberi hadiah lain untuk keluarga Yun,” jawab Su Yulan, membelai pipinya. “Hadiah itu adalah kau.”
Yun Ruona tertawa kecil. “Kalau begitu, aku juga mau kasih hadiah ke langit!”
“Oh? Hadiah seperti apa?”
Gadis kecil itu menatap keluar jendela, ke arah taman di mana bunga Ziwei tumbuh. “Aku mau membuat doa yang bisa didengar bunga.”
Su Yulan tersenyum lembut. “Kalau begitu, pergilah. Katakanlah dengan hati.”
Beberapa saat kemudian, seluruh keluarga berkumpul di taman belakang. Yun Zhen membawa guci teh kecil, Yun Haoran menatap dari jauh dengan senyum jarang terlihat, sementara pelayan menata buah dan manisan di atas meja batu.
Yun Ruona berdiri di tengah taman, memegang boneka kecilnya. Angin pagi menyentuh pipinya lembut.
Ia menutup mata sebentar, lalu mengucap dengan nada lirih tapi jelas,
“Terima kasih, langit, karena sudah memberiku Niangqin, Diedie, dan Gege.
Aku ingin semua orang di rumah ini selalu sehat, selalu bisa tertawa. Aku juga ingin bunga-bunga di taman tidak pernah berhenti tumbuh.”
Sejurus kemudian, angin berhenti.
Beberapa kelopak Ziwei yang sebelumnya tertutup perlahan terbuka — seolah mendengar dan menjawab doanya. Semua orang terpaku. Bahkan Yun Haoran yang biasanya tenang menatap dengan alis bergetar.
Su Yulan tahu ... itu bukan kebetulan.
Itu gema lembut dari sesuatu yang lebih besar: kasih yang mulai bergerak di alam.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi di Yunshan datang perlahan, dengan kabut tipis yang menggantung di antara pepohonan bambu. Suara air dari pancuran kolam terdengar seperti nada lembut yang menandai awal hari baru.
Yun Ruona duduk di paviliun kecil di halaman timur, di hadapan meja rendah tempat lembar-lembar bambu berserakan. Pensil bambu di tangannya menari pelan, menulis satu per satu aksara sederhana yang baru ia pelajari.
>【Data baru : kemampuan kognitif meningkat 41%.】
>【Kemajuan emosi : stabil.】
>【Catatan tambahan : subjek menunjukkan kesadaran simbolis terhadap kehidupan di sekitarnya.】
Su Yulan memperhatikannya dari kejauhan. “Benar-benar seperti melihat cahaya tumbuh di tanah,” gumamnya.
Ketika Yun Ruona mengucap tiap kata dengan lembut, bunga-bunga di taman seolah menunduk sedikit. Setiap kali ia tersenyum, dedaunan di sekitar paviliun bergoyang pelan walau angin nyaris tak ada.
Su Yulan menyadarinya pertama kali saat melihat seekor kupu-kupu mendarat di bahu anaknya, lalu tak terbang pergi meski Yun Ruona bergerak. Ada sesuatu yang berubah — bukan sihir, bukan kebetulan, melainkan resonansi antara hati dan alam.
“Niangqin,” panggil Yun Ruona tiba-tiba.
Su Yulan mendekat. “Ada apa, sayang?”
“Nana mau kasih nama untuk bunga yang tumbuh di pot itu.”
“Yang ungu kecil itu?”
“Iya. Namanya Zhi-sheng — artinya ‘yang hidup karena tahu arti hidup’.”
Su Yulan terdiam. Nama itu terlalu dewasa untuk anak seusianya.
Tapi ia hanya tersenyum lembut. “Indah sekali.”
>【Deteksi emosi : kasih → mengaktifkan reaksi alam mikro.】
>【Hubungan ibu-anak meningkat 12%.】
✨ Bersambung ✨
Tentang reinkarnasi jadi bayi, trus tetiba ada sistem. Tapi sistemnya bukan membantu si FL punya kehidupan lebih baik. Lebih ke sistem yang menghubungkan perasaan atau ikatan hubungan gitu. Ini sistem yang baru sih.
Dari judulnya Panduan Tokoh Numpang Lewat. sempet di sebutkan bentar di bab 1 & 4 tentang novel dan ingatan FL. Tapi masih belum di temukan. Ini sangat pas, berarti tokoh numpang lewat itu beneran lewat aja di buku tanpa ada yang kenal dan sadar akan keberadaannya.
Sepertinya dari 24 bab ini masih pembuka cerita. belum masuk ke intinya. Mungkin semakin ke tengah, akan semakin terbuka alur-alur tersembunyi lainnya.
Good job Author. Aku suka gaya pikirmu. Lanjutkan! aku dukung .... /Joyful//Determined//Applaud//Rose//Heart//Good/
bikin nagih deh. ditunggu bab berikutnya, ya!
/Good/
dengan berkat dukungan dan cinta kalian, aku bisa tetap ada di sini dan tetap melanjutkan kisah ini, meski gak mudah.
makasih semuanya! love U All ....
/Rose//Heart//Pray/
Kutunggu dewasamu, Nana!
alurnya mulus bgt. gak kerasa kepaksa alurnya, kayak lagi naik rollercoaster!
pokok sukak bgt!!!!
semangat mamathor!
/Drool//Angry//Determined/