Kecurigaan Agnes kepada suaminya di hari ulangtahun pernikahannya yang ke enam, membuatnya bertemu dengan pemuda tampan berbadan atletis di ranjang yang sama. Siapakah pemuda itu? Lalu apa kesalahan yang sudah diperbuat oleh suaminya Agnes sehingga Agnes menaruh kecurigaan? Di kala kita menemukan pasangan yang ideal dan pernikahan yang sempurna hanyalah fatamorgana belaka, apa yang akan kita lakukan? Apakah cinta mampu membuat fatamorgana itu menjadi nyata? Ataukah cinta justru membuka mata selebar-lebarnya dan mengikhlaskan fatamorgana itu pelan-pelan menguap bersamaan dengan helaan napas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panas (18+)
Ronald tersentak kaget melihat Agnes berdiri di balkon.
"Sayang, kenapa kamu ada di sini?" Ronald melangkah pelan mendekati istrinya.
Agnes berbalik badan dengan cepat lalu menatap suaminya dengan sorot mata penuh tanya.
"Kenapa kamu ada di sini?" Ronald mengulurkan tangan ingin mengusap pipi istri cantiknya, tapi tangannya ditepis kasar oleh sang istri.
"Sayang?" Ronald menelisik wajah cantik istrinya sambil memasukkan tangan kanannya ke saku celana.
"Harusnya aku yang bertanya begitu ke kamu, Mas? Kenapa kamu ada di sini padahal kamu bilang ke aku kalau kamu ada di luar negeri dan rumah siapa ini? Kenapa ada banyak sekali mobil keluar masuk?" Agnes bersedekap dengan napas tersengal karena amarah.
"Ini rumah temanku dan aku ada bisnis di sini. Aku memang ke luar negri dan baru pulang siang tadi terus ke sini untuk mengurus bisnis bersama temanku"
"Kamu bohong, Mas. Kalau ini rumah teman kamu, kenapa satpam rumah mengijinkan aku masuk begitu saja saat aku memperkenalkan diriku sebagai istri kamu dan pelayan rumah ini langsung mengantarkan aku ke kamar ini"
"Tentu saja mereka mengijinkan kamu masuk saat mereka tahu kamu istriku karena aku dan temanku sangat akrab. Nanti aku kenalkan kamu sama dia. Namanya Gabby"
"Cewek?" Mata Agnes menyipit.
"Bukan, Sayang. Gabby itu cowok. Nanti aku kenalkan dan sekarang kita melepas kerinduan dulu, ya. Aku sangat merindukan kamu, Sayang" Ronald mendekat dan langsung memeluk pinggang istrinya. Pria tampan itu kemudian menenangkan istrinya dengan pelukan dan ciuman di leher Agnes. Titik sensitifnya Agnes dan titik kelemahannya Agnes adalah di pertemuan tulang pundak dan leher. Saat istrinya melenguh, mendongak pasrah, Ronald memagut bibir istri cantiknya itu lalu memeluk pinggang istrinya itu untuk kemudian menariknya pelan ke ranjang tanpa melepaskan pagutan bibirnya.
Pergulatan panas antara suami istri pun terjadi di atas ranjang. Saat Agnes bergerak liar di atas tubuh suaminya, telepon genggam milik suaminya bergerak ke kanan lalu ke kiri di atas nakas. Agnes melihat nama Mr. A di layar. Lalu, ia menggeser layar ke kanan dengan seringai mengejek.
Alexa yang berada di seberang sana tersentak kaget saat ia mendengar lenguhan seorang wanita bersama lenguhan seorang pria. Alexa semakin melotot kaget saat ia mendengar suara seroang wanita bertanya, "Mas Ronald, aku ini siapa?"
Ronald yang masih memejamkan mata menikmati permainan panas istri cantiknya itu menjawab dengan suara serak, "Agnes istriku"
Agnes melirik telepon genggamnya Ronald dan semakin menyeringai, "Apakah kamu mencintaiku aku, Mas?"
"Iya, aku hanya mencintai satu wanita di dunia ini yaitu kamu, Sayang" Ronald meremas gundukan kenyal favoritnya lalu mengajak Agnes untuk berganti posisi. Saat Ronald berada di atas tubuhnya, Agnes kembali bertanya, "No other woman, Mas?"
"Iya, hanya kamu wanita di hatiku. Kalau kamu?"
"Novel other man" Jawab Agnes di sela lenguhan-lenguhan menggodanya.
Alexa yang berada di seberang sana langsung melempar telepon genggamnya ke tembok lalu berteriak frustasi sambil menjambak rambut panjangnya yang indah, "Aaaahhhhhh!!!!!!! Aku akan membalas kamu, Nes!!!!! Aku akan rebut suami kamu!!!!!!"
Sementara itu, tanpa Agnes sadari ia menyakiti hati Amos saat ia berkata, "No other man"
Ya, Amos berada di kamar itu tanpa sepengetahuannya Ronald dan Agnes. Amos berada di dalam kamar itu sejak Ronald berdebat dengan Agnes. Amos menyandarkan kepalanya di tembok toilet sambil meremas flashdisk yang ia ambil dari meja kerjanya Ronald yang berada di ruang tengah kamar super luas dan mewah itu.
Sekujur tubuh Amos terasa panas mendengar lenguhan-lenguhannya Agnes dan juniornya bergejolak liar di saat dirinya membayangkan tubuh polosnya Agnes yang tadi sempat ia lihat dan membuat dirinya sangat mendambakan Agnes. Hati Amos serasa dihujam sembilu mendengar Ronald terus mengatakan kata cinta dan rayuan untuk Agnes sementara Agnes membalasnya dengan d*s*h*n menggoda. Napas komandan tampan itu menjadi pendek dan ia diam membisu menyimpan amarah.
Amos lalu berlari keluar dari dalam toilet dan langsung melesat keluar dari dalam kamar itu di saat hati, jantung, junior, dan sekujur tubuhnya tidak kuat lagi menahan panas api gairah yang tidak bisa ia salurkan dan sakitnya rasa cemburu tidak bisa ia lampiaskan di saat itu juga.
Amos berlari ke lantai bawah dengan hati yang kacau balau. Lalu ia mendekati Baskara yang sedang meracik minuman untuk seorang tamu di meja bar dekat meja penerimaan tamu. "Gimana? Gadis-gadis itu sudah ditemukan?" Tanya Amos dengan suara setengah berbisik.
"Sudah. Ada di basement. Teman-teman sedang menunggu bala bantuan" Ucap Baskara sambil mengelap meja dan mendekatkan wajahnya ke Amos agar suara lirihnya bisa sampai ke telinganya Amos.
"Baiklah. Kita tahan siapa pun yang ingin ke basement" Ucap Amos masih dengan suara setengah berbisik sambil mengipasi wajahnya. Ia takut akan merusak make-up penyamarannya kalau dirinya meraup kasar wajah tampannya.
"Kamarnya tidak ber-AC, ya?" Tanya Baskara sambil merapikan gelas.
"Ber-AC" Jawab Amos sambil terus mengipasi wajahnya dengan buku yang ia temukan di meja bar.
"Kok keringetan parah begitu kalau ber-AC?" Baskara menautkan kedua alisnya.
"Aku habis lari tadi. Minta minuman dingin"
"Kok lari? Nggak ada yang ngejar, kan?" Ucap Baskara sambil meletakan segelas air mineral yang penuh dengan es batu berbentuk balok di depan Amos.
Amos meminum gelas yang terasa dingin di telapak tangannya itu sambil menggelengkan kepala.
"Nggak ada yang ngejar kok lari?"
"Kalau banyak nanya aku cekik kau" Geram Amos dan Baskara langsung mengunci rapat mulutnya.
Mereka kemudian diam membisu saat seroang wanita cantik dan seksi duduk di kursi di depan meja bar dan berkata ke Baskara, "Satu slot"
Baskara mengangguk dan Amos asyik menatap ke depan sambil mengunyah balok es.
"Namaku Lea"
Baskara melirik wanita cantik yang mengaku bernama Lea itu lalu meletakkan pesanan wanita itu sambil berkata, "Saya Babas"
"Aku tidak ingin berkenalan dengan kamu tapi dengan dia" Wanita yang bernama Lea menunjuk Amos.
Baskara menghela napas panjang, "Yeeaahhh, dia memang tampan, ya, tidak seperti saya"
"Kamu tampan tapi kamu cuma pelayan, kan, sedangkan dia orang kaya, kan, lihat outfitnya" Jawab Lea tanpa mengalihkan pandangannya dari Amos. Lalu wanita itu nekat memeluk lengan Amos setelah ia menenggak habis minumannya.
Amos tersentak kaget dari lamunannya lalu menarik keras lengannya dan menoleh tajam ke wanita dengan wangi parfum melati itu.
"Kenapa? Kaget lihat wanita secantik dan seseksi saya, ya?"
"Maaf aku banyak kerjaan dan tidak tertarik sama kamu" Amos langsung melesat ke halaman belakang karena ia melihat ada tiga pria kekar menuruni anak tangga yang ada di halaman belakang. Baskara melepas celemeknya dan lima menit kemudian ia melesat menyusul Amos. Baskara mengabaikan ocehan wanita cantik ya g mengaku bernama Lea itu.
Sementara Lea tersenyum lebar lalu berkata, "Aku berhasil menggiring kalian ke jebakanku"