NovelToon NovelToon
Bukan Upik Abu

Bukan Upik Abu

Status: sedang berlangsung
Genre:Konglomerat berpura-pura miskin / Keluarga / Bullying dan Balas Dendam / Cinta Seiring Waktu / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Mereka melihatnya sebagai Upik Abu. Mereka salah besar. Regina adalah CEO muda yang menyimpan rahasia besar. Di rumah mertua, ia menghadapi musuh yang tak terlihat dan cinta yang diuji. Mampukah ia mengungkap kebenaran sebelum terlambat? Ataukan ia akan kehilangan segalanya? Kisah tentang cinta, keluarga, dan rahasia yang bisa mengubah takdir seseorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Upik Abu Eps 25

Di tengah perjalanan, Regina menepi dan mematikan mesin motornya. Dengan tangan gemetar, ia meraih ponselnya dan mengetik sesuatu.

Rupanya, ia menghubungi Bima, suaminya. "Ya, sayang?" sapa Bima dari seberang telepon. "Ibu nggak ada," ucap Regina dengan suara bergetar, diselingi isak tangis yang membuat Bima, yang sedang rapat, terpaksa keluar ruangan.

"Ada apa, sayang? Kenapa menangis?" tanya Bima panik. "Ibu nggak ada... Mereka mengirim Ibu ke panti jompo..." Regina menjelaskan semuanya pada Bima, air matanya tumpah ruah, membasahi pipinya.

"Oke, kamu mau duluan ke sana atau tunggu aku?" tanya Bima. "Aku duluan aja, kamu cepat ya," ujar Regina, berusaha mengendalikan emosinya.

Bima mengangguk meski Regina tak melihatnya, lalu memutuskan sambungan telepon. Bima memutar tubuhnya menghadap peserta rapat. "Lanjutkan rapat. Jika ada yang penting, panggil ayah mertuaku. Aku harus segera pulang kampung," ucap Bima tegas.

"Tidak perlu, Bima. Bawalah Edward. Aku yakin Edward akan kamu perlukan," ucap Adhi, menyela pembicaraan Bima dan Edward. Edward, yang tadinya sudah membuka mulut untuk menjawab ucapan Bima, terhenti dan langsung menutup mulutnya kembali.

Setibanya di panti jompo, Regina melepaskan helmnya. Tanpa membuang waktu, ia berlari menuju tempat pendaftaran. "Permisi, saya mau menjenguk Ibu Sundari," ucap Regina.

Kedua staf yang ada di sana tidak merespons. Keduanya malah asyik bermain ponsel, sesekali tertawa cekikikan, bagai tak peduli dengan dunia sekitar.

"Permisi!" ucap Regina, menaikkan nada suaranya. "Heh, siapa kamu berani meneriaki kami?" ucap salah seorang staf dengan nada ketus.

"Saya ingin bertemu ibu saya, Ibu Sundari namanya," jelas Regina, berusaha sabar. Dengan malas, salah satu staf membuka buku informasi untuk mencari data Ibu Sundari.

"Kamar Mawar nomor 13," ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel.

"Terima kasih. Akan kuingat wajah kalian berdua," ucap Regina sebelum pergi, menyiratkan ancaman yang terpendam.

Regina dengan langkah cepat menyusuri lorong, matanya meneliti papan nama ruangan satu per satu hingga akhirnya menemukan yang dicari. "Kamar Mawar Nomor 13," bisiknya lirih.

Dengan hati-hati, ia membuka pintu kamar tersebut. Aroma tak sedap langsung menyergap indranya. Matanya mengedar, dan akhirnya ia menemukan sosok yang dicarinya seorang wanita bertubuh kurus tengah meringkuk memeluk lututnya, tidur beralaskan kasur lantai yang sudah tipis.

"Assalamualaikum, Ibu," ucap Regina lembut, namun tak ada respons. "Ibuk, Buk, bangun, Buk," ucap Regina kedua kalinya, namun sang ibu masih belum merespons.

Mungkin Ibu baru tidur, pikir Regina. Ia memutuskan untuk keluar saja, menunggu ibu mertuanya hingga bangun. "Ibuk, Regina tunggu di luar ya," ucap Regina sebelum beranjak.

"Regina?" Suara Bu Sundari terdengar lirih. Regina menoleh. Benar saja, ibu mertuanya berusaha untuk duduk, namun tak berdaya. Perlahan, Regina berjongkok dan membantu ibu mertuanya untuk duduk.

"Kamu di sini, Nak," ucap Bu Sundari, meraba wajah cantik menantunya. Regina mengangguk, tak kuasa menahan air matanya hingga lolos begitu saja. Regina memeluk tubuh ringkih mertuanya, yang jauh berbeda dari terakhir kali ia tinggalkan.

"Ibu sehat?" tanya Regina. Ia merasakan suhu tubuh ibu mertuanya naik. Ia meraba kening Bu Sundari. Benar saja, mertuanya demam.

"Ibu sudah minum obat?" tanya Regina, yang dijawab dengan anggukan lemah oleh Bu Sundari.

Uhuk... uhuk...

Bu Sundari batuk. Tangannya segera menutupi mulutnya hingga batuknya mereda. Setelah mereda, Bu Sundari melihat telapak tangannya. Di sana terdapat noda merah. Regina juga dapat melihatnya. Regina panik. "Ibu, Ibu berdarah!" ucap Regina.

Regina ingin bangkit, namun Bu Sundari menahannya, lalu menggelengkan kepalanya. "Ibu nggak papa," ucap Bu Sundari lirih. Bu Sundari merasa napasnya sesak. Ia memegangi dadanya dan langsung terbaring. Regina berdiri dan bergegas keluar ruangan.

Dari balik pintu, Regina melihat dokter dan perawat masuk ke dalam kamar. "Mbak anaknya?" tanya perawat. Regina mengangguk.

"Kenapa baru ke sini sekarang, Mbak? Ibunya susah minum obat, makan juga kalau nggak kita suapin nggak makan. Itu pun hanya dua suap. Ibu kena TBC sudah dari lima bulan lalu," omel sang perawat.

Regina menutup mulutnya. Lima bulan? Berarti itu tepat sebulan setelah ia berpamitan dan berangkat ke London. Kenapa anak-anaknya yang lain tidak ada yang tahu?

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un," ucap sang dokter yang baru saja bangkit dari memeriksa keadaan Bu Sundari.

Regina berusaha mendekat, namun perawat segera memeluknya. "Jangan, Mbak. Nanti Mbak bisa tertular," ucap perawat tersebut.

Bima, yang baru saja datang, langsung mengambil alih istrinya. Ia mendekap erat tubuh istrinya yang bergetar. "Ibu, Bima... Ibu... Ibu pergi," tangis Regina pecah di pelukan sang suami.

Edward langsung mengurus semua keperluan pemakaman. Sesuai kesepakatan sebelumnya, warga panti yang meninggal harus dimakamkan di pemakaman khusus di area panti, begitu pula dengan Bu Sundari.

Hanya Bima dan Regina yang hadir sebagai anggota keluarga. Setelah semua prosesi selesai, Bima memutuskan untuk segera terbang ke London, berharap dapat mengalihkan kesedihan istrinya.

Di jalan, mereka berpapasan dengan dua staf panti yang tempo hari bersikap tidak sopan. "Ih, Mas ganteng masih di sini," ucap salah satu staf centil. "Eh, Mas ganteng suaminya Mbak yang teriakin kita kemarin," timpal staf satunya lagi.

Mendengar celotehan kedua staf tersebut, darah Bima mendidih. Tanpa basa-basi, ia memerintahkan Edward untuk mengurus keduanya. Ternyata, bukan hanya kepada Regina, kedua staf itu juga kerap kali bersikap tidak ramah kepada pengunjung lain.

Berbekal bukti yang cukup, pihak panti tidak ragu lagi untuk mengambil tindakan tegas. Keduanya langsung dipecat tanpa pesangon, bahkan gaji terakhir pun tidak diberikan. Akibat perbuatan mereka, keduanya harus menanggung malu dan kehilangan pekerjaan, bak karma yang datang terlalu cepat.

Jangan pernah memandang remeh seseorang hanya karena penampilannya.

Bima meminta Edward untuk membawa mobil mereka, sementara dirinya ingin berboncengan dengan sang istri. Edward sempat menawarkan diri untuk mengendarai motor Regina, namun Bima menolak.

Bima hanya ingin bernostalgia dengan istrinya, mengenang saat pertama kali Regina menginjakkan kaki di kampung halamannya. Edward akhirnya setuju, tetapi ia akan mengiringi mereka dari belakang. Bima, yang tak ingin ada perdebatan, dengan ragu menyetujuinya.

Helm dikenakan, mesin motor dinyalakan. Tak lama, Regina naik di belakang, berpegangan pada pundaknya.

Setelah memastikan Regina duduk dengan nyaman, Bima menarik kedua tangan istrinya, menyuruhnya memeluk tubuhnya. Regina tertawa kecil, lalu menuruti keinginan suaminya dan menjatuhkan kepalanya di pundak Bima.

Bruuuuuumm....

Kitty meluncur, membelah malam dengan kecepatan angin. Edward dengan sigap mengiringi kedua pasangan yang tengah dimabuk asmara itu dari belakang. Cinta mereka seolah tak lekang dimakan waktu, abadi seperti bintang di langit.

Bukan Upik Abu

1
🚨🌹maly20🌹🏵️
Bagus banget nih novel, author terus berkarya ya!
Ceriwis: Alhamdulillah 😍 terimakasih ❤️
total 1 replies
Azure
Endingnya puas. 🎉
Ceriwis: Alhamdulillah 😍 kalau kakak puas 😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!