Kata orang pernikahan cukup sekali dalam seumur hidup, tapi tidak dengan pernikahanku. Aku harus menelan kepahitan hidup saat mengetahui suami yang sangat aku cintai menghianati ku dan lebih memilih istri sirihnya.
Madu ku terlalu licik dan pintar dalam membalikan fakta, suatu malam dia memfitnah ku berakting seolah aku ingin menyakiti dia dan bayi yang dikandungnya malam itu juga tanpa ku sangka tanpa ku duga suamiku dengan tanpa perasan menjatuhkan talak 3 dan mengusirku dengan tragis.
Beberapa bulan setelah itu aku menikah lagi dengan seorang lelaki tampan dan mapan bahkan jauh segala-galanya nya dari mantan suamiku.
Suamiku yang kedua begitu dingin, egois dan arogan. Apapun yang dia inginkan harus sesuai, untuk awalan aku tidak mengerti seperti apa perasaanya padaku karna kami menikah bukan karna cinta melainkan demi kesembuhan Tante Lyra, Ibu dari suamiku yang kedua. Perjalanan cinta yang begitu panjang membuahkan hasil. Aku dan suami kedua ku bisa menemukan kebahagiaan yang utuh.
Author Akak Mei
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei_Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan mendadak.
Setelah tenang dengan kejadian tadi, Ken menghampiri keranjang maminya yang baru bangun.
"Ken, kamu sudah datang?"
"Ken baru sampai, mi."
"Ken, mami bosan tiduran disini. Mami ingin pulang." pinta Tante Lyra. Ada sebuah alasan kenapa Tante Lyra ingin pulang, dia sudah berpikir jika Ken dan Kei butuh malam bersama tapi jika keduanya menemani dirumah sakit sudah pasti Ken dan Kei tidak bisa tidur bersama. Malam ini mereka berdua harus tidur satu kamar, Tante Lyra tersenyum dengan pemikirannya.
"Mami belum sembuh, masih harus dirawat." menolak permintaan maminya.
"Mami jenuh. Mami bisa rawat jalan Ken atau nanti dokter yang menangani mami bisa datang kerumah untuk pemeriksaan." tak pantang menyerah Tante Lyra berusaha membujuk.
"Ayolah Ken, kamu nggak mau nurutin keinginan mami? bukannya kamu bilang ingin mengabulkan semua permintaan mami?"
"Ken hanya tidak mau mami kenapa-kenapa, mami belum sepenuhnya pulih."
Kei keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih fress seusai membersihkan diri. Dia berjalan kearah Tante Lyra.
"Meski kamu tidak mengijinkan mami pulang, mami bisa pulang sendiri. Mami benar-benar jenuh berbaring dirumah sakit!" Tante Lyra pura-pura merajuk. Kei hanya diam saja, dia tidak tau ibu dan anak itu berdebat masalah apa lagi.
"Ken akan bertanya dengan dokter dulu," jawab Ken dan dia menekan tombol dokter diatas ranjang pasien itu. Hingga tak berapa lama dokter datang dengan seorang perawat.
"Selamat sore tuan muda, Nyonya Lyra." dokter perempuan menyapa ramah.
"Dok, saya sudah boleh pulang 'kan? kondisi saya sudah sedikit membaik, kalau bisa saya menjalani rawat jalan saja." kata Tante Lyra.
"Jika Nyonya sudah tidak merasa pusing dan sudah membaik boleh saja menjalani rawat jalan." terang Dokter dengan memeriksa kondisi Tante Lyra yang memang baik-baik saja.
"Kondisi Nyonya juga sudah membaik, sudah mulai normal. Nyonya sudah bisa pulang."
"Terima kasih, Dok. Saya juga sangat jenuh berbaring disini." kata Tante Lyra, dokter itu hanya tersenyum.
Ken sudah tak bisa menolak atau mencegah karna dokter sendiri sudah memberikan keterangan bahwa maminya sudah diperbolehkan pulang. Perawat membantu melepas jarum infus, Kei sibuk berkemas barang.
Semua sudah selesai, Kei dan Ken membantu Tante Lyra untuk pindah dikursi roda dan akan keluar dari rumah sakit. Sekretaris Lee sudah menyiapkan mobil didepan pelataran parkir. Semua sudah beres, sekretaris Lee melajukan mobilnya kejalan raya.
Sampai dirumah Kei menuntun Tante Lyra kekamarnya, Ken mengikuti. Tante Lyra sudah berbaring ditempat tidur.
"Ken,"
"Iya, mi."
"Kamu jangan menunda momongan ya, kamu sudah cukup umur untuk menjadi seorang ayah. Mami harap cepet dapat kabar baik."
"Mi.." dengan sorot mata tajam Ken ingin memperingati maminya agar tidak berbicara yang aneh atau meminta hal-hal yang tidak dia inginkan.
"Oke oke, baiklah." Tante Lyra memasang wajah sedih.
"Ken tinggal kekamar dulu." pamit Ken.
"Ajak Kei juga, dia sudah sah menjadi istrimu."
"Tapi..."
"Ken! kamu tau apa yang harus dilakukan dalam sebuah pernikahan." Ken tidak menjawab. Dia yang lelah adu mulut dengan maminya tidak mau lagi menjawab. Ken hapal dengan sikap Maminya itu akan terus memaksakan kehendaknya. Tak ingin memperpanjang, Ken meraih sebelah tangan Kei dan mengajaknya berlalu dari kamar itu.
Dengan kaki terseret, Kei mengikuti langkah lebar suaminya. Hingga menaiki tangga.
Sampai didalam kamar, Ken melepas gandengan tangannya dan berlalu begitu saja kekamar mandi.
Kei sendiri masih mematung ditempat, dia bingung harus bagaimana atau berbuat apa. Menunggu Ken mandi, dia berjalan dengan tongkatnya menuju kearah balkon kamar. Melihat pemandangan langit jingga yang begitu indah, tak sadar bibirnya tersungging senyum. Bukan karna pernikahan atau statusnya saat ini, melainkan hanya terlalu senang bisa menghirup udara sore hari dengan melihat awan jingga yang tidak pernah dia lakukan selama dia pindah ke Ibu kota.
Rambut bergelombang itu terombang-ambing diterpa angin, memperlihatkan leher jenjang yang putih mulus. Berdiri di pembatas besi, dres yang digunakan ikut berkibar kesana-kemari.
Beberapa saat, Ken sudah terlihat keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk saja, dia memang sudah terbiasa seperti itu.
Saat berjalan tak sengaja manik mata tajamnya melihat Kei yang sedang berdiri di balkon kamarnya. Melihat Kei seperti itu membuat sesuatu yang panas muncul dari dirinya, dia mendesah berat. Merasa tak sanggup mengontrol jiwa lelakinya, hasrat yang lama tak tersalurkan itu sudah menumpuk dan menggebu-gebu. Berat sekali dia mengendalikan hasratnya, entah alasan apa dia mendekati Kei berdiri tepat dibelakang nya, sampai tercium aroma shampo.
Merasa ada sesuatu Kei memutar tubuhnya dan tak sengaja dia menabrak dada bidang berotot milik Ken yang bertelanjang dada, dia bisa merasakan detak jantung yang berdebar. Keduanya saling pandang, terlena dengan bibir milik Kei yang begitu menggoda. Ken yang sudah tidak bisa menahan langsung menyerang bibir itu, Kei yang diserang secara mendadak merasa kaget. Ken memejamkan mata menikmati ciumannya. Kei yang sadar, meronta ingin melepas tapi lehernya dicekram tangan kokoh milik suaminya. Cukup lama ciuman panas itu mereka nikmati, hingga nafas yang semakin pendek mengharuskan Ken untuk menyudahi.
Kei menghirup udara sebanyak mungkin, bibirnya sedikit bengkak dan sakit. Ken terlalu bernafsu menikmati bibirnya, hingga tak memperdulikan ke nyaman Kei.
Belum puas rasanya menikmati itu, Ken kembali mendekatkan wajahnya untuk kembali mencium tapi Kei mendorong tubuh Ken agar menjauh.
"Tuan,,"
"Sttt." Ken memberi isyarat Kei agar menurut. Kei sendiri merasa takut dan gugup, dia takut suaminya itu tidak sadar atas apa yang dilakukannya saat ini mengingat suaminya yang menghina dan membenci dirinya.
"Tuan, apakah anda sadar dengan apa yang anda lakukan!" Kei memberanikan diri bersuara.
"Kau istriku, harusnya kamu diam saja. Bukankah dalam sebuah pernikahan sudah wajar seperti ini!"
'Aku tau, dan aku sangat tau! seperti ini jika kita saling mencintai. Tapi diantara kita belum ada rasa cinta, meski aku mengangumi mu tapi aku juga sadar diri mana mungkin anda memiliki perasaan untuk ku. Aku tidak mau terluka lebih jauh. Kita berstatus suami istri karna alasan Tante Lyra agar segera sembuh, jika Tante Lyra bener-bener pulih anda pasti akan membuang ku seperti sampah.'
"Harusnya kamu tau kewajibanmu sebagai istri!"
"I,,istri?" aku terbata mengulang kata itu.
"Mulai sekarang, turuti semua perintahku tanpa terkecuali dan tanpa bantahan!" nada bicara masih sinis.
"Jawab!" sentak Ken.
"Baik, tuan."
"Apalagi!" Kei menggeleng tidak tau yang dimaksud Ken.
"Siapkan pakaian santai ku," perintah Ken.
"Baik." secepatnya Kei berlalu dari sana, tangan sebelahnya terus memegangi bibirnya yang bengkak. Tak tau apa yang dirasa, dia hanya bingung dan merasa aneh dengan sikap yang ditunjukan Ken suami bengisnya itu. Apa maksut tuan Ken yang mendadak menyerang bibirnya.
"Tidak begitu buruk," ucap Ken lirih dengan senyum tipis.
sampai 2 dokter sama perawat nya ketakutan semua. .. sampai mereka berdoa semoga tidak ada lagi anggota keluarga tuan ken yang sakit' lagi. ..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣