Freya, seorang gadis ceria dan penuh ambisi memiliki sifat layaknya seorang remaja pada umumnya. Gadis itu sangat mengidolakan Arvin Mahardika, seorang aktor sekaligus model yang sangat tampan, sehingga tak heran jika dirinya memiliki banyak fans fans dari kalangan seusianya. Namun, dari sekian banyak fansnya, hanya satu yang bikin sang aktor pusing, yaitu Freya. Gadis yang menurutnya memiliki gangguan jiwa karna kelakuannya yang menurutnya terlalu berlebihan sebagai seorang fans. Segala cara ia lakukan agar gadis itu berhenti mengejarnya, mulai dari sifat tegasnya sampai mempermalukannya di media hingga membuat Freya sempat menyerah. Namun, tak sengaja ia mendengar percakapan salah satu seorang aktor yang merupakan sahabat dekat sang idola, membuatnya bertekad menyelamatkan sang idola sekaligus pujaan hatinya. Berbagai cara ia lakukan agar bisa memantau kegiatan sang idola, sampai pada akhirnya ia memilih pergi dan menjauh dari kehidupan Arvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rezqhi Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan
"Cengeng banget sih, gue gak papa kok," ucap Freya pada Gleen saat melihat adiknya itu masih saja menangis pada dirinya sudah membaik. Ya saat ini Freya sudah sadar dan berhasil melewati masa-masa kritisnya.
"Ishh, gue khawatir tau kak. Gue kira lo bakalan ninggalin gue di dunia ini," ucap Gleen.
"Nggak kok, buktinya gue masih ada disini," ucap Freya sambil tersenyum.
"Frey, kamu beneran udah gak papa. Gak ada yang sakit kan sayang?" tanya tante Rita.
"Alhamdulillah nggak ada kok," jawab Freya.
"Arvin, maafin gue ya. Pasti lo kewalahan ya urus jadwal lo sendiri. Atau lo udah dapat pengganti gue selama gue koma. Gue ikhlas kok. Lagian salah gue juga kok," ucap Freya dengan nada merasa bersalah pada cowok yang sedang berdiri di dekat ranjang rumah sakit ini.
"Nggak kok, sama sekali bukan kesalahan lo. Gak ada yang bisa gantiin posisi lo, selamanya gak akan ada," ucap Arvin lembut sambil menatap mata Freya dalam. Freya yang ditatap merasakan getaran di jantungnya. Wajah gadis itu seketika menjadi warna merah muda.
"Lo lucu kalo salting gitu," ucap Arvin sambil mengelus rambut hitam milik Freya. Sedangkan gadis itu memalingkan wajahnya kesamping mendengar perkataan idolanya itu.
"Kamu tau nggak Frey, selama kamu koma Arvin jagain kamu loh. Dia bahkan melewatkan semua jobnya demi jaga kamu. Padahal tante udah suruh dia syuting," ucap tante Rita berniat menggoda keponakannya itu. Freya yang mendengar itu kaget, ia gak percaya seorang Arvin akan mengorbankan karirnya demi dia.
"Apa itu benar Vin?" tanya Freya ingin memastikan yang diucapkan tantenya. Bukannya dia gak percaya sama tantenya, tapi ia ingin Arvin mengakuinya sendiri. Namun Arvin hanya senyum sebagai jawaban.
"Vin, kamu gak perlu ngorbanin karir kamu demi aku. A-,"
"Ssst, gak papa. Lo lebih penting dari itu semua," ucap Arvin lembut seraya meletakkan jari telunjuknya di bibir Freya.
Tante Freya yang peka dengan keadaan memberikan waktu kepada Freya dan Arvin untuk bicara.
"Gleen temani mama cari makan yuk, laper nih," ucap tante Rita sambil menarik Gleen keluar.
"Pesan grab aja ma. Orang ini gak bisa kita biarin ditinggal berdua sama kak Freya, yang ada kak Freya kenapa-napa lagi," ucap Gleen menatap sinis Arvin. Ia masih kesal dengan orang itu.
"Awshhh ish sakit ma, ampun deh," ucap Gleen yang kaget karena mamanya tiba-tiba saja menjewer telinganya sambil menyeretnya keluar.
"Itu hukuman karena bandel," ucap tante Rita dengan sedikit suara sedikit tinggi. Freya yang melihat itu ketawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Kini tinggal dirinya dan Arvin yang ada diruangan itu.
"Frey, gue baru sadar ternyata lo cantik banget," ucap Arvin sambil menatap Freya. Freya yang mendapat pujian itu seketika menghentikan tawanya.
"A-paan sih Vin, se-sejak kapan ka-kamu pintar nge gombal kek gini," ucap Freya gugup.
"Sejak gue jatuh cinta sama fans yang toxic, yang selalu neror gue, selalu ngejar gue tanpa nyerah, dan akhirnya jadi manajer gue," ucap Arvin lembut.
"A-apa? Ci-cinta? aku gak salah dengar kan Vin?" tanya Freya yang sangat gugup. Percayalah gadis itu merasakan jantungnya sebentar lagi akan lompat keluar.
"Nggak kok, lo gak salah dengar. Gue emang udah jatuh cinta sama lo. Gue heran pada diri gue sendiri, kenapa gue semarah itu lihat lo dekat dengan Raka. Gue juga se khawatir itu lo kenapa-kenapa. Gue hampir gila karena kondisi lo kemarin. Dan gue sadar itu semua karena gue udah jatuh lo Frey," ungkap Arvin sambil memegang lembut telapak tangan Freya kemudian mengecup telapak tangan tersebut. Freya yang mendengarkan itu tak sadar air matanya jatuh. Gadis itu sangat terharu mendengar pengakuan cowok didepannya. Ia melihat sorot mata Arvin tidak ada tanda-tanda kebohongan disana, yang ada hanya tatapan tulus. Dia gak nyangka perjuangannya selama ini membuahkan hasil. Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.
"Hei, kok lo nangis sih. Gue gak suka lihat lo nangis. Gue pengen cuma ada senyum dan tawa diwajah lo," ucap Arvin seraya menghapus air mata di wajah Freya.
"Gu-gue cuma terharu aja Vin. Gue gak nyangka akhirnya hari ini tiba juga," ucap Freya. Arvin hanya tersenyum menanggapi ucapan gadis didepannya ini.
"Terus karir kamu gimana Vin?" tanya Freya.
"Ya gue bodo amat, gue masih punya bisnis sendiri. Jadi gue tetap punya penghasilan," ucap Arvin sambil mengedipkan bahunya.
"Ishh, gak boleh gitu. Pokoknya setelah aku keluar dari sini aku akan atur kembali jadwal kamu. Aku akan bujuk semua klien yang kecewa," ucap Freya antusias.
"Gak usah, kamu gak usah kecapean," ucap Arvin lembut.
"Gak, aku gak mau karir yang kamu bangun dari nol lenyap gitu aja. Aku tahu gimana perjalanan awal karir kamu sampai akhirnya jadi terkenal gini," ucap Freya kekeh.
"Ya sudah kalo itu mau kamu, yang penting jangan sampai kamu kecapean ya," ucap Arvin.
'Sial, ini gak boleh dibiarin. Jangan sampai si sialan itu kembali jaya,' batin seseorang dibalik pintu dan pergi begitu saja dengan perasaan kesal.
***
"Mama pasti sengaja kan membiarkan mereka berduaan disana. Mama gak kapok apa, apa mama senang kalau lihat kak Freya sakit lagi?" cerocos Gleen sambil mengunyah makannya. Saat ini dia dan mamanya berasa di salah salah satu restoran yang ada di Jakarta. Ya selama Freya menginap, kedua ibu dan anak itu menetap di kota ini. Sementara ayahnya Gleen tidak dapat menemani mereka dikarenakan sibuk dengan kerjaannya. Sebenarnya pria paruh baya itu tidak tega meninggalkan istri dan anaknya di kota itu, apalagi ia juga sebenarnya ingin ikut melihat perkembangan Freya. Karena ia juga terlanjur menyayangi keponakan istrinya itu. Ia sudah menganggap Freya sebagai anak kandungnya juga.
"Mending kamu makan aja deh, gak usah nyerocos. Kamu gak malu apa dilihatin sama orang-orang," ucap tante Rita kesal dengan tingkah anaknya yang sedari tadi ngomel. Bukannya apa, Gleen terus-terusan merocos tanpa henti meski di mulutnya masih dipenuhi makanan, sehingga sisa-sisa makanan bertebaran dimana-mana. Bahkan ada juga orang lain yang kebetulan lewat didekat anaknya itu kena sisa makanan dari mulutnya sehingga tante Rita harus menanggung malu akibat ulah anaknya itu.
"Ngapain harus malu ma, kitakan disini bayar," ucap Gleen lagi.
"Lihat tuh di meja ini sisa makanan kamu bersebaran di seluruh sudut meja ini, tuh di lantai juga sana lihat. Kamu bukan anak kecil lagi loh Len, mana ada orang yang kena juga tadi. Lihat aja di sekeliling kamu, semua orang memandang ke arah kita," ucap tante Rita berusaha menahan suaranya. Jangan sampai ia kebablasan berteriak dan semakin menjadi pusat perhatian orang.
Gleen yang melihat itu hanya menyengir menampilkan giginya seolah tak bersalah sama sekali.
