Amezza adalah seorang pelukis muda yang terkenal. Karakternya yang pendiam, membuatnya ia menjadi sosok gadis yang sangat sulit ditaklukan oleh pria manapun. Sampai datanglah seorang pria tampan, yang Dnegan caranya membuat Amezza jatuh cinta padanya. Amezza tak tahu, kalau pria itu penuh misteri, yang menyimpan dendam dan luka dari masa lalu yang tak selesai. Akankah Amezza terluka ataukah justru dia yang akan melukai pria itu? Inilah misteri cinta Amezza. Yang penuh intrik, air mata tapi juga sarat akan makna arti cinta dan pengampunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Percaya Padaku
Amezza memeluk tubuh Evradt sambil memejamkan matanya. Untungnya di galery nya ini Amezza memiliki satu kamar yang khusus disiapkannya untuk dia beristirahat.
Di luar hujan masih turun dengan derasnya namun di kamar ini keduanya baru saja berbagi kehangatan. Kali ini Evradt sangat lembut walaupun nampak ia begitu bergairah. Ia tak mau menyakiti bayi yang ada di kandungan Amezza.
Evradt sendiri sudah tertidur karena memang ia sangat kelelahan setelah menyelesaikan pekerjaannya di London dan langsung menuju ke Spanyol.
Perjalanannya ke Spanyol memang harus tertunda beberapa waktu lamanya karena Caleb Thomson menghubunginya agar segera ke London untuk menyelesaikan proyek bersama mereka.
Amezza sebenarnya ingin tidur juga namun dia ingat dengan pakaian Evradt yang basah. Makanya ia segera bangun, mengenakan pakaiannya kembali lalu keluar kamar sambil membuka aplikasi belanja online yang ada di ponselnya. Amezza memesan pakaian untuk Evradt.
Setelah memesan satu pasang pakaian, ia segera ke dapur untuk membuatkan susu hamil untuk dirinya sendiri.
Ponselnya berdering. Ada panggilan Videocall dari mamanya.
"Hallo ma...."
"Kamu ada di studio mu?" tanya Elora saat melihat bayangan putrinya.
"Iya. Di sini hujan deras jadi aku mungkin akan tidur di sini saja."
"Apakah mama perlu mengirimkan seorang pengawal untuk menjagamu?"
"Ma, lingkungan di sini aman. Sistem keamanan di studio ku ini juga bagus. Mama tenang saja ya?"
"Besok mama akan ke kota. Besok jadwal kamu memeriksakan kandungan mu kan? Di sini juga hujan deras. Kamu berhati-hati di sana ya?"
"Iya, ma."
"Jangan sembarangan membuka pintu. Mama juga takut kalau Evradt mendatangani kamu. Soalnya ada kata adikmu, tadi saat ia ada di bandara, ia sepertinya melihat Evradt. Mama tak ingin kamu berhubungan dengannya apapun alasannya."
Amezza hanya mengangguk. Ia kemudian melambaikan tangannya sebelum akhirnya memutuskan sambungan Videocall.
Perempuan itu terdiam sejenak. Mamanya seakan memiliki insting tentang keberadaan Evradt.
"Mereka melarang kita bertemu ya?"
Amezza membalikan badannya. Evradt sudah berdiri di belakangnya. Lelaki itu hanya menggunakan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya.
Amezza mengangguk.
Evradt mendekat. Ia meraih kedua tangan Amezza dan menggenggamnya erat. "Dengarkan ceritaku, bagaimana sampai aku bisa mencarimu di sini." Lalu ia menarik tangan Amezza dan keduanya duduk di depan meja pantry.
30 menit kemudian.....
"Mengapa kamu yakin dengan informasi yang Erland berikan?"
"Karena aku percaya dengan ketulusan Erland."
"Aku sendiri tak tahu kalau cerita masa lalu orang tua kita seperti itu. Papa dan mamaku tak pernah menceritakannya."
"Papa dan mamamu orang baik karena tak mau membuka aib mamaku." Evradt menatap Amezza. "Ame, ayo kita bersama lagi demi anak kita." pintanya lalu memegang perut Amezza.
Amezza tak tahu harus bicara apa. Sejuta keraguan ada dalam dirinya.
"Apakah kamu takut kalau aku akan menipu kamu lagi? Tidak, Ame. Aku sekarang sudah menyadari kalau aku hanya mencintaimu. Gaby adalah masa laluku. Aku bahkan sudah menceraikannya. Seluruh kehidupan ku sekarang hanya tertuju padamu."
Amezza akan bicara namun terdengar bunyi bel pintu.
"Apa itu?" tanya Evradt.
"Mungkin bajumu yang aku pesan. Sebentar ya....." Amezza segera melihat kenatah CCTV. Benar saja. Ia melihat pengantar barangnya mengenakan kemeja dengan logo toko tempat ia memesan pakaian.
Amezza segera ke depan dan mengambil pesanan yang sudah dibayarnya itu. Kemudian ia masuk lagi dan menyerahkan paper bag itu pada Evradt. "Pakaian mu. Pakailah. Nanti kamu masuk angin."
Evradt menerima paper bag itu dan segera menuju ke kamar.
Amezza memanaskan air dan mengeluarkan roti dari dalam lemari. Tak lupa ia menyiapkan sayur dan daging. Ia akan membuat sandwich untuk mereka.
Evradt keluar kamar dengan mengunakan celana training dan kaos lengan panjang.
"Bagaimana? Bajunya cocok?" tanya Amezza.
"Ya. Tapi underwear nya agak kekecilan."
Amezza terkekeh. "Aku nggak tahu ukurannya. Jadi underwear nya dikemanakan?"
"Tidak aku pakai."
Mata Amezza menatap ke bagian bawah tubuh Evradt. "Memangnya nggak masalah jika tak dipakai?"
"Nggak juga. Dilepaskan semuanya pun nggak masalah."
Keduanya tertawa bersama. Evradt merasakan hatinya bahagia. Ia. mendekati Amezza lagi. Di pegangnya perut Amezza dengan penuh kasih. "Apakah dia bertumbuh dengan baik?"
Amezza mengangguk. "Besok aku ada jadwal kunjungan ke dokter kandungan."
"Aku ikut ya?"
"Jangan. Mamaku akan datang."
Evradt nampak sedih. Namun ia berusaha untuk memaklumi. "Bagaimana caranya untuk meyakinkan mu kembali? Meyakinkan kedua orang tuamu? Aku tahu bahwa aku sudah melakukan kesalahan yang besar. Maafkan aku."
"Mau minum kopi?" tanya Amezza mengalihkan pembicaraan. Evradt pun mengangguk. Ia duduk di bangku pantry sambil memperhatikan Amezza yang sedang membuat kopi untuknya. Hatinya begitu ia segera membawa Amezza pergi namun ia berusaha bersabar.
***********
"Jadi putraku bersama perempuan itu?" tanya Vania. Tak ada yang tahu kalau sudah 3 hari ini Vania kembali ke Madrid.
"Iya, nyonya." kata pengawalnya.
"Evradt tak mendengarkan aku. Ia sama seperti Enrique dahulu. Begitu terpesona pada kecantikan seorang perempuan. Aku harus melakukan sesuatu agar putra ku kembali padaku."
"Caranya?"
Vania diam sejenak. Lalu ia tersenyum. "Dengan membuatnya amnesia." ujar Vania. Ia kemudian menghubungi dokter Pedro yang ada di Amerika. Pedro adalah saudaranya yang menjadi anak angkat pamannya Enrique. Vania tahu kalau Pedro masih menyimpan dendam pada keluarga Gomez.
"Hallo Pedro, aku dengar kalau kamu sudah menjadi ahli bedah saraf terkenal di Amerika. Dapatkah kamu melakukan sesuatu agar putraku dapat melupakan Amezza Gomez?"
Terdengar suara tawa seorang lelaki dari seberang. "Apa yang akan ku lakukan bisa saja membuat putramu melupakan Amezza. Ia bahkan tak akan pernah mengingat perempuan itu seumur hidupnya. Namun bayaran ku sangat mahal."
"Aku sanggup membayar mu berapapun yang kau inginkan."
"Aku akan terbang ke Spanyol malam nanti. Bye ....!"
************
Amezza memegang foto USG kandungannya. Ada senyum kebahagiaan di wajahnya saat melihat janin kecil di perutnya itu yang bertumbuh sehat dan kuat.
"Ma, aku mau ke studio ku dulu ya?"
Elora menatap putrinya. "Mama harus kembali ke perkebunan. Papa mu tadi pagi sedikit demam. Kamu berhati-hati ya? Ingat, apapun yang terjadi jangan pernah percaya lagi pada Evradt."
Amezza hanya mengangguk. Ia sebenarnya merasa tak enak karena sudah membohongi mamanya. Ia kemudian naik ke mobilnya sendiri sedangkan mamanya pergi dengan mobilnya sendiri.
Ia mampir membeli makanan di sebuah restoran lalu melanjutkan perjalanannya ke studionya.
Amezza sengaja tak membuka studionya hari ini.
Saat ia tiba, nampak Evradt sudah menunggunya dengan tak sabar.
"Bagaimana hasil pemeriksaannya?" tanya Evradt.
"Semuanya baik. Ini fotonya."
Tangan Evradt bergetar melihat hasil USG itu. "Rasanya tak sabar menggendongnya di tanganku."
Amezza menatap Evradt. "Apakah kamu yakin dengan perasaan mu kepadaku?"
"Sayang, percaya padaku. Seumur hidup aku tak pernah mencintai gadis lain selain dirimu. Aku akan buktikan bahwa apa yang ku katakan ini benar. Aku siap menghadapi segala resiko agar bisa bersamamu."
Air mata Amezza menetes. "Ayo kita berjuang bersama demi mendapatkan restu kembali dari orang tuaku."
Evradt memeluk Amezza. "Sayang, terima kasih mau memberikan aku kesempatan lagi."
**********
Malam ini Amezza dan Evradt berencana untuk pergi ke perkebunan. Setelah menutup studionya, Amezza dan Evradt pun pergi dengan mobil Amezza.
Namun ketika mobil sudah jauh meninggalkan kota, Evradt yang membawa kendaraan merasa ada yang aneh dengan mobil itu.
"Sepertinya ada masalah dengan rem nya." Evradt nampak tegang. Apalagi jalan menurun dengan tajam.
Mobil Amezza memang memiliki sistem keamanan yang canggih. Alarm mobil langsung berbunyi menunjukan ada kelainan di mobil itu.
"Evradt ...., aku takut ....!" ujar Amezza.
Evradt tahu kalau mobil ini sudah dibajak sistemnya. Ia tidak bisa lagi mengguasai stirnya dan mobil itu pun menabrak pembatas jalan dan akhirnya jatuh ke jurang.
************
"Nyonya, kami tak dapat membawa tubuh nona Amezza karena polisi terlanjur datang. Jadi kami hanya bisa membawa tubuh tuan Evradt."
Vania menatap tubuh putranya. "Ayo kita bawah dia ke Madrid untuk di operasi."
************
"Bagaimana anakku Mergan?" tanya Elora pada dokter ahli terbaik di Spanyol ini. Dokter Mergan dulu sangat menyukai mamanya Amezza namun setelah semua kejadian di masa lalu, mereka kini menjadi teman baik.
"Ada pendarahan di kepalanya. Dia harus di operasi. Ia juga mengalami keguguran."
"Tolong selamatkan anakku." ujar Enrique.
Mergan mengangguk. "Tenanglah. Kamu tahu kan kalau aku sudah menganggap Amezza seperti anakku sendiri."
Saat Enrique sedang mengurus administrasi di rumah sakit, Elora kembali menemui Mergan. "Buatlah putriku melupakan Evradt. Jangan ada Evradt dalam ingatannya nanti."
"Elora, operasi semacam itu sangat beresiko. Bagaimana jika ia justru melupakan kalian juga?"
"Aku tak peduli. Putriku harus melupakan Evradt. Anak dari Vania itu."
Di sinilah misteri itu dimulai guys....
Episode selanjutnya akan maju di 3 tahun kemudian.....
harus nya Vania SDR insyaf jgn jht Mulu dong