Riska memerintahkan orang untuk menghilangkan Laila seorang chef yang dari Jakarta karena dicintai oleh Arya Semana pimpinan perusahaan. Selain itu orang tua Arya Tuan Sultan Semana menolak Laila karena memiliki ibu dengan riwayat sakit jiwa .. Namun muncul Lina kembaran Laila yang menyelamatkan Laila dari Riska
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Genggam Tangan Yang Bicara
Arya Semana sudah tak tampak lagi , tapi Laila masih berdiri. Ah kenapa aku kok merasa bahagia sekali ya, batinnya.
"Ehem ..." Bu Melia pimpinan RGS berdiri di belakang Laila.
"Eh Ibu ..." agak gugup Laila memerima senyum menggoda dari perempuan yang sangat memperhatikan kemajuan kariernya itu.
"Menunggu siapa atau memandang yang diantar?"
"Oh nggak ada yang ditunggu," geleng kepala Laila.
"Bos muda habis ngopi?"
Laila tahu yang dimaksud bos muda oleh ibu Melia. Gadis itu hanya tersenyum malu.
"Semalam Nona Riska ngopi di sini,"
"Riska?" Laila menebak-nebak Riska yang bersama Arya Semanakah?
"Ya Riska,"
Laila tiba-tiba berdebar dadanya ada apa Riska ngopi di sini, ah atau memang sengaja hanya ingin ngopi saja?
"Dia tanya kamu sama Marno,"
Laila terkejut.
"Nanya saya?" Laila berdebar.
"Belum habis ngopinya pulang,"
Laila merasa jika kedatangan Riska bukan sekedar ngopi belaka.Tapi ada apa denganku kok aku jadi berdebar gini, sih.
"Tenang ajah mungkin dia hanya ingin ngobrol denganmu," tersenyum ibu Melia, "Nggak usah panik lagi " sambungnya menepuk pundak anak buahnya dan dia cukup mengerti jika kedatangan Arya Semana mengajak ngopi atau sekedar.bertemu itu bukan kedatangan pelanggan biasa. Tapi buat apa ingin tahu urusan pribadi anak buahnya?
Apa ibu Melia curiga aku dan Arya ada hubungan lalu Riska cemburu mencariku? Laila merancang kalimat tentang tatapan penuh arti dari perempuan yang menatapnya itu.
Saat ini pun Riska gelisah karena Sudah malam kedua lelaki itu tidak pulang. Menurut ibu Arya Semana jika tidak pulang ke rumah kemungkinan putranya itu tidur di rumah pribadinya.
"Arya itu kalau akhir pekan suka tidur di rumah tempatnya berkumpul dengan teman-temannya," ujar ibu Saida Semana semalam saat mereka makan bersama.
"mereka teman-teman kantornya atau entah siapa lagi tak mau bikin ribu di sini mungkin tak enak sama Om padahal kan Om nggak ganggu," tertawa Sultan Semana.
"Mungkin lebih enak saja di rumah sana untuk pertemuan anak muda, Pa ..." sambung ibu Saida Semana.
Dan sekarang pasti Arya Semana sedang bersenang-senang dengan teman-temannya, atau jangan-jangan dia bersama Laila?
Sudah berulang kali ponselnya dihubungi tapi tak aktif, hem baiknya sekarang aku tanya pada Joni saja alamat rumah Arya itu.
Biar saja aku akan buat kejutan datang mengajaknya untuk mendampingi aku ke pesta pernikahan Indriana.
Tapi kedatangan Riska terlambat karena batu tiga menit lalu mobil Arya Semana keluar untuk menjemput Laila.
Sungguh Arya Semana terpesona menatap sodok anggun nan elegan di hadapannya.
Laila tersipu saat sepasang mata lelaki itu menyapu wajahnya. Malam ini dia memang tampil istimewa, baru pertama kalinya dia tampil sekomplit ini.
Dengan tatanan rambut yang digulung dan menggantung di atas pundaknya yang terlihat putih bersih karena gadis itu mengenakan gaun sutra warna hijau muda yang memperlihatkan jenjang lehernya yang dilingkari kalung mutiara putih mungil senada dengan kedua antingnya, sehingga tampak terlihat begitu serasi.
Sentuhan mike up yang sedikit berani.dengan warna bibir pepayah matang, membuatnya terlihat lebih matang bahkan bisa juga terlihat seperti gaya gadis dari kalangan atas.
"Kenapa penampilanku norak ya?" Laila berdebar menatap Arya Semana yang masih tak berkedip menatapnya.
"Wow kukira gadis ningrat dari negeri dongeng ..." lalu Arya Semana mengulurkan tangannya dan langsung diterima oleh Laila.
Lalu mereka menuju mobil yang sudah terparkir dan mereka tak tahu jika ada sepasang mata ibu yang berdoa untuk mereka berdua.
"Ya Tuhan jika Engkau berkehendak tak ada yang tak mungkin pada mereka berdua. Hamba hanya ingin kebahagiaan putri hamba Laila ..."
Pesta atau resepsi pernikahan yang diadakan oleh pasangan Indriana dan Roy diadakan di hotel mewah dan sudah ramai oleh para undangan saat Arya Semana yang datang bersama Laila.
Sejak turun dari mobil tangan Laila berada dalam genggaman Arya Semana. Terasa begitu nyaman tapi karena hatinya berdebar menyebabkan tangannya sedingin es.
Arya Semana bukannya tak menyadari jika tangan di dalam genggamannya itu sedingin es tapi justru dia merasa ingin menyatukan dengan telapak tangannya yang hangat.
Sepanjang langkahnya mengikuti Arya Semana semakin dadanya berdebar tak menentu. Kini dia berada di dalam gedung yang megah serta para undangan.
Di tengah ruangan Arya Semana menghentikan langkahnya. Otomatis Laila pun ikut berhenti.
Laila terkejut saat kedua tangan lelaki itu menggenggam tangannya yang tadi dalam genggaman Arya Semana.
Arya Semana tersenyum tanpa kata tapi sepasang matanya telah memberikan arti apa yang ada dalam hatinya.
"Yuk kita kasih selamat pada pengantin," lirih suara Arya Semana pada Laila.
Laila mengangguk.
Arya Semana kembali menggenggam tangan Laila, dan dia melirik gadis di sebelahnya, tanganmu sekarang tak sedingin tadi batinnya.
Namun yang tak disangka mereka berpapasan dengan Riska yang tampil mewah baru saja memberi ucapan selamat pada Indriana dan pasangannya.
Langkah Laila dan Arya Semana terhenti di depan Riska yang menatap dengan mata tak suka saat melihat tangan mereka saling bertaut.
Laila reflek menarik tangannya dari genggam tangan Arya Semana. Tapi justru Arya Semana semakin erat menggenggam tangannya, sehingga Laila menyerah.
"Hai Riska kamu ke undangan juga ..." sapa Arya Semana merasa biasa saja.
"Oh ya Indri dulu satu sekolah dulu denganku waktu di high school "
"Oh ya?"
Riska menatap Laila.
"Hai ..." seru Laila yang membuat Riska mengakui kecantikan serta penampilannya yang berkelas.
Riska hanya mengangguk, lalu melangkah meninggalkan mereka.
Segera Arya semana melangkah ke pelaminan untuk memberi selamat pada Indriana mantan kekasih yang lebih memilih Roy si pembalap daripada dirinya. Namun malam ini entah kemana cinta itu pergi, yang ada justru rasa bahagia yang membuatnya tak sadar semakin erat menggenggam tangan Laila.
"Hai Indri selamat ya ..." ujar Arya Semana menyalami Indriana, lalu menoleh pada Laila.
"Selamat ya Mbak ..." ujar Laila yang pernah bertemu dengannya.
Indriana terkejut melihat Laila, "Laila itu kamu?"
Laila mengangguk.
"Oh Laila ..." Indriana langsung memeluknya dan begitu pun dengan Laila membalas pelukan pengantin wanita itu.
"Kalian ...?"
Indriana dan Laila menatap Arya Semana lalu sama-sama mengangguk.
"Arya jangan sakiti dia," sempat-sempatnya Indriana berbisik pada Arya Semana.
Karena antrian yang mau memberi ucapan selamat masih mengantri maka Arya Semana langsung menyalami Roy.
"Selamat Roy ..." ujar Arya Semana dengan perasaan ringan.
Roy yang tahu Arya Semana lelaki yang ditinggalkan oleh Indriana untuk dirinya langsung memeluk Arya Semana.
"Banyak rahasia cinta yang telah ditakdirkan Tuhan, Bro ..."
"Bahagia untukmu dan istri ..." balas Arya Semana.
Menjauh dari pelaminan baik Arya Semana mau pun Laila tak menemukan bayangan Riska.
Tentu saja saja pamit pulang mereka tak menemukan gadis itu, karena sejak berpapasan tadi Riska sudah hilang semangat berada di dalam gedung resepsi.
"Apa kelebihannya chef kecil itu dari aku, Arya ..." gerutu Riska yang menganggap Laila tak ada apa-apanya dibanding dirinya.