NovelToon NovelToon
Kelas Tujuh Untuk Zahrana

Kelas Tujuh Untuk Zahrana

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:995
Nilai: 5
Nama Author: DUOELFA

Aku menunggu jawaban dari bu Nirmala dan bu Zahira, namun hingga dua hari ini berikutnya, aku belum mendapatkan jawaban dari masalah tersebut.

"Bu, Andai aku tak cerita tentang masalah bullying ini pada ibu, aku mungkin masih sekolah di sekolah X ya bu," ucap Zahrana padaku saat kami tengah makan bersama.

Aku memandang putri sulungku tersebut.

"Bila kamu tidak bilang pada ibu, ibu yakin, Allah akan menunjukkan jalan lain agar ibu bisa mengetahui masalahmu nduk. Wis nggak usah dipikirkan lagi. Ayo cepat makannya. Nanti keburu dihabiskan mas," ucapku mengalihkan pembicaraan.

Aku berusaha tak terlalu mendengarkan perkataan Zahrana karena aku masih menunggu penjelasan dari bu Zahira dan bu Nirmala dan pengakuan dari Ghania agar semua menjadi jelas. Akankah Zahrana tetap bisa sekolah disana atau tidak pun tidak, akupun tak tahu jawabannya karena aku akan mempertimbangkan semua dari beberapa sisi, dan aku pasti akan memilih sisi yang paling aman untukmu, Zahran

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUOELFA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PELAKSANAAN TES DI SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

Tes beasiswa babak final akan dilaksanakan pada pukul delapan pagi. Saat ini jam digawai menunjukkan pukul setengah lima pagi. Kami masih memiliki waktu tiga setengah jam di rest area ini. Rest area sangat luas. Di bagian sebelah barat ada pom bensin, tengah area pujasera, dan bagian timur ada area oleh-oleh dan aneka warung yang menghidangkan berbagai makanan. Di pojok belakang area oleh-oleh terdapat kamar mandi berderet dan mushalla untuk beribadah. Kami merasa nyaman di rest area ini karena di sini ada area tempat bermain untuk anak.

Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Zahrana kuminta segera ke kamar mandi untuk bersiap-siap karena tes menggunakan seragam dari sekolah asal dan agar bisa sarapan sebelum tes berlangsung.

Setelah selesai bersiap dan sarapan di salah satu warung di rest area tersebut, kami menuju ke sekolah internasional. Berhubung parkir mobil sudah penuh, kami memarkir mobil di luar area sekolah sebelah kanan.

Saat masuk ke Sekolah bertaraf internasional dan melakukan registrasi untuk tes, ternyata hanya dua orang yang bisa masuk ke dalam ruangan, siswa yang bersangkutan melakukan tes beserta satu orang pendamping. Walhasil, mas Anton, Mumtaz dan Arsenio tidak bisa mengikuti kami untuk masuk ke area sekolah. Mereka hanya berada di mobil yang terparkir tak jauh dari lokasi sekolah karena area dalam sudah penuh dengan mobil para siswa tes yang lain.

Gedungnya begitu tinggi dan bagus. Gedung itu secara keseluruhan bernuansa warna jingga. Baru kali ini aku melihat gedung yang begitu tertata dan terlihat rapi meskipun gedungnya begitu tinggi dan besar.

Tes belum mulai. Kami, aku dan Zahrana diarahkan oleh petugas di area ruang tunggu. Disana tenyata terlihat begitu menarik. Aneka piala begitu banyak dan berderet di dua lemari besar yang terbuat dari kaca yang menghadap ke arah barat dan selatan. Di sana juga terdapat sofa dan tempat duduk untuk menerima tamu. Aku tak sendirian. Tak lama berselang, banyak sekali para peserta dan pendamping yang datang ke ruang tunggu tersebut. Terlihat seorang ibu berpakaian formal sederhana. Beliau memakai baju batik dengan bawahan celana panjang dengan berbahan kain berwarna hitam, memakai sepatu dan memakai aksesoris yang sederhana tapi terlihat elegan. Dari pakaiannya saja, aku merasa mereka terlihat dari kalangan orang berada.

"Darimana bu?" Sapaku pada ibu tersebut.

"Dari Semarang," jawabnya.

"Sampean?" 

"Dari Kediri, Jatim," jawabku.

"Jauh juga. Ini lho. Nuruti si ragil. Sebenarnya  ada juga sekolah seperti ini di Semarang. Tapi katanya nggak sebagus disini," jelasnya ibu tersebut.

Aku juga melakukan perkenalan dengan para orang tua yang lain. Ada yang dari Cirebon, Tasikmalaya, Semarang, Purworejo, Tegal, Cilacap, Solo, Sragen, Surabaya, Sidoarjo, Ngawi, dan dari kota mana lagi aku lupa . Ternyata mereka dari kota di semua penjuru Indonesia.

Tak lama kemudian kami dipersilahkan ke gedung auditorium yang berada dilantai dua. Sebelum menuju ke sana, kami tak lupa mengisi daftar hadir, nomer tes, serta kami diberikan bingkisan di paper bag besar yang setelah  kulihat berisi makanan ringan dalam kotak berwarna coklat, buletin tentang prestasi siswa disekolah tersebut dan mug bertuliskan sekolah internasional.

Di lantai dua,kami, Zahrana dan aku berpisah. Zahrana menuju tempat tes yang berada di ruang kelas dan aku menuju ruang auditorium. Disana, kami semua, para pendamping dari siswa yang tengah menghadapi tes babak final disuguhi dengan aneka prestasi yang telah diraih oleh para siswa di sekolah internasional, baik musik, pembacaan puisi serta kegiatan siswa lainnya.

Ada juga sambutan dari kepala sekolah, kepala yayasan, para dewan guru serta tak lupa guru pendamping yang mendampingi para siswa di asrama di sekolah bertaraf internasional tersebut. Sekolah internasional ini berbasis asrama yang memiliki standart sesuai dengan Cambrigde University serta keterangan dari mereka bahwa para siswa baru biasanya melakukan kegiatan di sela liburan semester sekolah.Biasanya para siswa melaksanakan summer holiday di Inggris, dan ada juga yang melaksanakan lomba di Monash University di Australia. Para dewan guru juga menjelaskan mereka saat di asrama menggunakan percakapan sesuai dengan hari. Ada English day, Arabic day, Mandarin day, Korean day. Begitu keren sekali standar sekolah disini. Summer holiday saja mereka sudah menggunakan paspor karena tujuan mereka ke luar negeri.

Aku menatap wali murid yang berada di sampingku. Dari logat bicaranya, sepertinya beliau orang asli Yogyakarta.

"Maaf mbak. Namanya siapa?" Sapaku dengan nada perlahan.

"Santi mbak," jawab perempuan yang bernama Santi tersebut.

"Saya Siti dari Kediri Jatim," ucapku memperkenalkan diri.

"Adohe mbak (jauh sekali mbak). Rumahku Wates sini saja," kata mbak Santi.

"Anaknya namanya siapa mbak?"

"Erina. Masuk tes yang daftarkan juga gurunya. Anakku murid yang pintar. Biasa peringkat satu di sekolah."

Melihat para siswa yang lolos pada tahap ini, membuatku agak pesimis, mengingat mereka memiliki orang tua yang mampu membiayai semua kebutuhan mereka serta memiliki fasilitas yang begitu memadai sebagai penunjang belajar. Sungguh sangat berbeda bila dibandingkan dengan Zahrana yang hampir tak memiliki fasilitas sama sekali di rumah.

Para orang tua disini terlihat begitu mempersiapkan semua kebutuhan putra putri mereka. Dari pakaian saja sudah sangat kelihatan bahwa mereka orang kaya. Aku seperti sedang berkaca pada penampilanku saat ini.

Saat ini aku hanya mengenakan baju dan celana yang terbuat dari bahan jersey berwarna biru dongker, kerudung dari bahan jersey juga berwarna ungu, memakai sandal jepit swallow berwarna hijau dan memakai tas hasil jahitanku sendiri yang terbuat dari bahan kain teteron bekas bendera umbul-umbul motor yang dibawa pulang oleh mas Anton saat masih bekerja di diler dulu. Pakaianku terlihat begitu kontras dengan para orang tua yang lain. Penampilan yang begitu masyaallah atau innalillahi ya bila dibandingkan mereka. Aku seperti sedang menggunakan salah kostum saat ini.

Lagu bergema di ruangan auditorium. Terlihat seorang siswi sedang menyanyi diiringi petikan gitar oleh murid yang lain.

Mother, how are you today?

Here is a note from your daughter

With me everything is okay

Mother, how are you today?

Mother, don't worry, I'm fine

Promise to see you this summer

This time there will be no delay

Mother, how are you today?

Verse

I found the man of my dreams

Next time you will get to know him

Many things happened while I was away

Mother, how are you today?

Saat lagu itu bergema di ruangan, pintu belakang terbuka. Terlihat para siswa yang telah selesai tes, mencari dan menghampiri para orang tua yang berada di ruang auditorium sambil menangis haru. Tampak pula orang tua yang langsung mencium pipi para putra putrinya. Lantunan nyanyian itu menambah suasana begitu syahdu. Tak lama berselang, Zahrana tampak masuk ke ruangan dan aku segera melambaikan tanganku agar ia segera mengetahui keberadaanku.

Acara di tutup dengan meriah. Banyak tepukan di sana-sini.

Setelah acara usai, Kami, aku dan Zahrana segera menuruni anak tangga dan kembali menuju ke arah mobil. Aku merasa memiliki feeling yang kurang baik pada mas Anton.

Benar Saja. Ternyata mas Anton sedang tidur dengan gadget berada ditangan. Sementara Mumtaz dan Arsenio asik bermain. Makanan terlihat berhamburan dimana-mana, remahan kecil aneka makan ringan terlihat memenuhi mobil bagian depan dan belakang, mainan berserakan, pakaian yang sudah tak tertata sedemian rupa, bantal yang sudah terlihat berada dipojokan, selimut tersampir di dudukan belakang, dan pemandangan lainnya.

Aku berusaha menata dan membersihkan mobil dengan sapu kecil yang tersedia di mobil.

"Mas Anton, mas Anton," batinku.

Setelah semua kurasa sudah bersih, aku membangunkan mas Anton yang tengah tertidur pulas.

"Mas Anton. Bangun mas. Bangun," ucapku sambil menggoyangkan tubuh mas Anton.

Setelah kubangunkan cukup lama, akhirnya mas Anton bisa bangun dan membuka mata.

"Apa Bu Bos? Ngirim galon ke Bu Sarni lagi? Bukannya tadi sudah kukirimi lima belas galon?" Sahut mas Anton.

"Waduh mbak. Ayahmu ternyata nglindur ini," ucapku.

Ketiga anaknya tertawa melihat sikap ayahnya.

1
ibuke DuoElfa
semangat
ibuke DuoElfa
selamat membaca
kozumei
Wow, luar biasa!
ibuke DuoElfa: Terima kasih kak
semoga suka dengan cerita saya
total 1 replies
Eira
Ingin baca lagi!
ibuke DuoElfa: sudah update 2 bab kak
masih proses review
semoga suka dengan cerita saya ya

selamat membaca
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!