Lanjutan If You Meet Me First dan prolog Joy and Jessica Stories.
Jordan O'Grady harus pensiun dini dari Manchester United akibat cidera berat yang dialaminya saat pertandingan final Liga Champions. Sulung dari Shane O'Grady dan Apsarini Neville itu akhirnya mengurus bisnis bir dan baja milik keluarga O'Grady. Saat Jordan berada di Cork Irlandia untuk membuat resort, dia menemukan seorang gadis yang tidak ingat siapa dirinya. Hanya Addie yang dia ingat dan Jordan memanggilnya Addie.
Tanpa Jordan tahu jika Addie adalah Adelaide McCarthy, seorang dokter dan putri pengusaha kapal tangker yang dibunuh oleh pesaing bisnisnya. Addie berhasil kabur namun dia mengalami amnesia. Demi melindungi Addie, Jordan pun menikahinya dan berusaha mengembalikan semua ingatannya hingga bisa memenjarakan pembunuh ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dublin
Suara pengumuman bahwa kapal Ferry yang membawa dari Holyhead Wales sudah tiba di pelabuhan Dublin. Neil dan Jordan terbangun, begitu juga dengan Addie. Mereka tadi sampai di kapal, makan malam dari bekal yang dibawa lalu tidur dengan mesin mobil mati serta jendela terbuka. Sebenarnya ada tempat untuk beristirahat di dalam dek tapi mereka memilih tetap di mobil.
"Alhamdulillah sampai Dublin." Jordan melihat jam Patek Philippe nya. "Jam lima subuh. Neil, kamu langsung ke rumah ya. Aku mau sholat Dhuha dulu."
Di Dublin, subuh itu di jam 2.45. Memang berbeda dengan waktu di Indonesia. Sebagai catatan Subuh (Fajr): 2:48 AM. Dzuhur (Dhuhr): 1:30 PM. Ashar (Asr): 17:56. Maghrib: 22:01. Isya (Isha): 23:50. ( Sumber Masjidbox dan Islamic Relief Dublin ).
"Di mobil saja J?" tanya Neil sambil menstater mobilnya.
"Di mobil saja. Mesjid kan susah carinya disini."
Addie melihat suasana pagi hari di Dublin apalagi pasar ikan mulai buka. Addie sangat suka dengan pemandangan pagi hari dimana banyak orang sudah keluar rumah, entah untuk berolah raga, bekerja maupun akitivitas lainnya.
"Miss Addie kenapa?" tanya Neil yang melihat istri Bossnya tampak antusias.
"Aku selalu suka pemandangan pagi hari. Dulu waktu aku di rumah sakit, sering dapat shift malam. Jadi saat pagi aku pulang ke rumah, aku menikmati pemandangan di pagi hari. Bagaimana orang-orang itu ada yang optimis mendapatkan rejeki di hari ini, ada yang hanya memasang wajah datar seperti robot yang rutin begitu saja dan ada yang cemas. Apakah aku bisa bekerja dengan baik atau tidak," senyum Addie.
Jordan yang sudah selesai menjalankan ibadah Dhuha, mendengar ucapan istrinya dan tahu bahwa Addie memang wanita yang baik. Tidak heran karena Albert McCarthy dikenal orang baik dan menurun ke putrinya.
"Bagaimana perasaan kamu saat melihat mereka? Maksud aku, orang-orang seperti itu?" tanya Jordan.
"Aku bersyukur bahwa aku dilahirkan sebagai anak orang kaya terlepas Daddy selalu mendidik aku bisa mencari uang sendiri apapun caranya tapi yang lurus, tapi itu membuat aku kuat ...." Addie menatap suaminya. "Aku semakin kuat sekarang karena aku bersama kamu, Jordan. Ditambah keluarga kamu juga sangat mendukung."
Jordan tersenyum. "Thank you baby."
Neil tersenyum karena Jordan jarang memanggil seperti itu bahkan ke dua adiknya sendiri.
"Kita akan segera sampai di rumah Dublin." Neil pun melajukan mobilnya. Mereka pun tiba di rumah milik Jordan dan Helen sudah menunggu kedatangan mereka di depan rumah sementara Olan membuka pintu pagar.
Addie pun turun dan langsung mendapatkan pelukan dari Helen.
"Akhirnya kamu pulang juga," ucap Helen.
"Iya Helen. Oh, aku bawakan bahan masakan banyak!" senyum Addie.
Helen menatap gemas ke Addie. "Kamu pasti belanja banyak."
Addie hanya nyengir dan memberikan tanda 'peace'.
***
"Aku akan pergi melihat proyek resort yang baru," pamit Jordan.
"Ikut!" seru Addie.
Jordan menatap Addie. "Tapi ...."
"Ikut! Aku ingin tahu perkembangan proyek kamu."
Neil mengangguk ke arah Jordan. "Tidak apa-apa J. Biar aku temani."
"Kalian itu apa tidak capek?" tanya Helen.
"Maksud aku sekalian capeknya karena besok aku mau urusan yang lain."
Addie tersenyum senang. "Akhirnya aku bisa melihat proyek kamu."
Jordan mengangguk. "Yuk berangkat."
***
Mobil Jordan itu pun tiba di lokasi dimana ada seorang mandor dan beberapa tukang sudah ada disana untuk mulai membuat dasarnya. Jordan dan Neil berdiskusi dengan mandor sementara Addie berjalan di sekitar tanah itu.
Addie menatap laut dari lokasi resort yang sedang dibangun Jordan. Wanita itu melihat laut biru yang tenang dan tiba-tiba sekelebat bayangan kembali muncul di matanya. Kapal besar, dirinya berlari dan dikejar banyak orang diatas dek kapal.
Addie merasa panik dan dia hanya bisa melihat satu-satunya jalan. Terjun ke laut. Addie jago berenang, punya lisensi selam. Dia yakin akan selamat dan merasa kansnya untuk hidup besar. Melihat semua orang mengejar dirinya, Addie pun terjun ke dalam laut tanpa sadar bahwa lautnya sangat dalam.
Addie berusaha berenang sambil menyelam dan berkonsentrasi menghindari tembakan peluru yang masuk dalam air. Addie terus berenang hingga dadanya merasa sesak dan kesadarannya pun mulai menghilang hanya beberapa meter dari daratan.
Addie merasa kepalanya semakin sakit apalagi dia mengingat ada dua orang yang wajahnya tampak buram. Addie pun jatuh terduduk sambil memegang kepalanya.
"Jordan ... Jordan ...." panggilnya.
Jordan yang sedang berdiskusi dengan mandornya, menoleh ke arah Addie yang terduduk. Pria itu pun bergegas menuju tempat Addie yang langsung ambruk.
Tanpa berpikir, Jordan langsung menggendongnya.
"Neil! Mobil!" teriak Jordan.
Neil pun bergegas ke arah mobil mereka setelah berpamitan ke mandor yang bingung kenapa nyonya Bossnya pingsan. Jordan langsung masuk ke kursi tengah dan Neil menutup pintunya. Mereka pun bergegas menuju rumah sakit.
***
Caroline Kerry memeriksa Addie sekali lagi dan Jordan tampak mondar-mandir di depan pintu bilik IGD.
"Jordan! Berhenti mondar mandir! Aku pusing lihat kamu!" hardik Caroline yang gemas dengan sahabatnya.
"Aku tidak tahu kenapa Addie pingsan," ucap Jordan bingung. "Tunggu ... Apakah istriku hamil?"
Caroline menggeleng. "No, Jordan. Addie belum hamil. Apakah dia pernah seperti ini sebelumnya?"
"Dia sempat pingsan di rumah saat kami di Manchester."
Caroline mengangguk. "Aku rasa ini efek dari ingatannya yang perlahan mulai hadir. Ada rasa syok dan trauma tersendiri, Jordan. Itu hal yang wajar ... Aku akan berikan obat penenang dan anti sakit kepala ..."
"Tidak usah, C. Addie sudah diberikan resep oleh Bang Billy. Kamu tahu sendiri kan kakak sepupuku itu neurosurgeon di London. Kami ketemu saat dia ada acara di Manchester," potong Jordan.
Caroline menatap Jordan tidak percaya. "Billy Gallagher Luna sendiri yang memeriksa Addie?"
"Iya. Kenapa?" balas Jordan bingung.
"Jika sudah ditangani Dokter Gallagher, aku kalah Jordan. Dia ahlinya soalnya."
Jordan hanya terdiam.
***
"Boss! Jordan O'Grady berada di rumah sakit bersama istrinya. Saya rasa itu memang Adelaide McCarthy tapi dia amnesia ... Baik. Saya akan bunuh mereka berdua." Pria itu mematikan ponselnya dan melirik ke arah ruang rawat IGD dan tersenyum smirk.
Dia pun berjalan keluar dan berpapasan dengan Neil yang membawa dua kopi untuknya dan Jordan. Neil tidak memperhatikan sekelilingnya karena fokusnya adalah Jordan dan Addie.
Pria itu pun masuk ke dalam mobil dan menunggu.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
benar bu Ajeng, sebelum minum harus dipastikan dulu kalo pasien yang habis operasi terutama daerah perut harus kentut dulu kali nggak bakalan kembung dan malah berbahaya buat si pasien
Pada turun gunung ini 6th generation 👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
bkalan rusuh Dublin nih ... mrk tdk tau berhadapan dg keluarga yg aduhai gitu lho 🤭