Seorang Aktor papan atas berusia 30 tahun. karirnya benar-benar sempurna dalam dunia entertainment. Ketampanan dan ketenarannya juga selalu dia manfaatkan dengan menjalin hubungan bersama banyak wanita.
Hubungan seksual jangan ditanya lagi. Dirgayantara yang memang seorang pemain. Tidak jarang dia menciptakan skandal huru-hara. Tetapi namanya tetap baik karena bantuan manajernya Valery Anastasya yang selama ini berada di sampingnya yang selalu mengurus pekerjaan Dirga.
Hubungan mereka bisa dikatakan tidak cukup baik. Valery banyak mengurus artis-artis, tetapi sikapnya sedikit berbeda kepada Dirga. Dirga merupakan anak dari pendiri perusahaan entertainment yang dinaungi Valery. Seharusnya sikap Valery harus jauh lebih baik kepada Dirga tetapi nyatanya berbanding terbalik yang mereka berdua kerap kali bertengkar.
Sampai akhirnya keduanya terjerat jalinan terlarang yang seharusnya profesional menjadi penuh drama.
Bagaimana kelanjutan tentang hubungan aktris dengan manajer tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Ada Rencana.
Thalia menarik nafas panjang dan kemudian membuang perlahan ke depan yang duduk di sebelah Dirga yang terdapat salah satu bangku yang ada di sana.
"Mama sangat bersyukur jika kondisi kamu tidak terlalu serius. Mama berharap kedepannya kamu bisa lebih profesional lagi," ucap Thalia yang diabaikan oleh Dirga yang tetap melanjutkan makanannya.
"Mama ternyata baru menyadari apa yang kamu khawatirkan selama ini sudah terlihat jelas di depan Mama, memang manajer itu semakin memperlihatkan kesombongannya dan pantas saja kamu tidak nyaman dengan dia tetap menjadi manajer kamu," ucap Thalia membuat Dirga melihat serius ke arah Thalia.
"Apa maksud Mama?" tanya Dirga.
"Sepertinya Mama harus mempertimbangkan keinginan kamu untuk menggantikan posisinya," jawab Thalia.
Dirga mendengarnya tiba-tiba saja kaget dengan mata melotot dan kesulitan menelan makanannya yang sudah berada di ujung tenggorokan.
"Mama juga ingin kamu nyaman dengan rekan kerja yang baik dan memiliki sopan santun, tahu batasan yang tidak sombong seperti Valery," ucap Thalia.
"Maksudnya, Mama memiliki rencana untuk menggantikannya dan mengeluarkannya dari Perusahaan?" tanya Dirga memastikan hal itu.
"Bukankah Mama memang harus mempertimbangkan keinginan kamu demi kenyamanan kamu," jawab Thalia.
Dirga bukan sekali dua kali meminta Thalia untuk menggantikan Valery. Dirga sangat kesal dengan Valery yang menginginkan Valery tidak lagi bekerja bersamanya.
Thalia tidak pernah menuruti permintaan Dirga karena dia sendiri menyadari bahwa hanya Valery yang bisa mengendalikan Dirga dan ternyata semua kendali yang dialihkan kepada Valery membuat Valery sedikit kurang ajar kepada Thalia yang merasa Dirga adalah miliknya.
Tidak menginginkan putra satu-satunya dimiliki oleh Valery dan bahkan sangat patuh terhadap Valery, membuat Thalia harus mempersiapkan segalanya.
"Bagaimana menurut kamu, bukankah memang sudah waktunya ide kamu harus dijalankan. Mama juga mulai tidak menyukainya, karena dia semakin kurang ajar dan tidak punya sopan santun, hanya seorang manajer saja yang masih makan uang hasil dari kerja keras kamu, dia sudah seperti memiliki perusahaan dan memiliki kamu," ucap Thalia yang takut kalah sayang dengan Valery
"Aku meminta Mama untuk menggantikannya agar tidak menjadi manajerku lagi pada saat itu aku lagi sedang ribut dengannya, aku hanya emosi seseorang dan sebaiknya lupakan saja perkataanku," sahut Dirga.
"Dirga, kamu dengan cepat berubah pikiran dan seperti tidak ingin menggantikan Valery jadi manager kamu? Apa itu benar?" tanya Thalia memastikan dengan menatap mata putranya penuh dengan selidik.
"Sudahlah. Ma. Kita sama-sama tahu memang dia sangat menyebalkan, tetapi selama ini juga pekerjaannya tidak pernah mengecewakan Mama. Aku juga malas harus berurusan dengan orang baru lagi dan belum tentu cocok denganku. Jadi sudahlah biarkan saja dia menjadi manajerku dan tidak perlu diganti dengan siapapun," ucap Dirga sudah mempertegaskan kepada ibunya bahwa dia tidak ingin Valery di pecat.
"Kamu yang memberi wanita itu makan Dirga dan seharusnya dia yang patuh kepadamu dan bukan kamu terlalu patuh kepadanya," batin Thalia terlihat mulai mengkhawatirkan sesuatu disaat putranya secara terang-terangan membela Valery.
****
Setelah mengerjakan pekerjaannya seharian dan Valery pasti menyempatkan diri untuk melihat keadaan Dirga yang masih berada di rumah sakit. Kondisi Dirga memang sudah lumayan membaik dan bahkan saat ini dia duduk di atas tempat tidur dengan bermain game.
Ceklek
Pintu ruang perawatan itu dibuka yang membuat Dirga tidak menoleh karena sibuk dengan gamenya.
"Disuruh istirahat dan bukan bermain ponsel," ucap Valery langsung menegur dengan memasuki ruang perawatan tersebut.
"Ini juga sebagian dari istirahat," jawab Dirga.
"Mana Jensen?" tanya Valery.
"Entah! Aku sejak tadi sendirian di sini," jawab Dirga.
"Jensen tidak menemani kamu di sini?" tanya Valery.
"Tidak Valery, ketika Mama pulang aku sendirian dan tidak ada siapa-siapa. Makanya aku bosan dan cara satu-satunya dalam bermain game," jawab Dirga.
"Kondisi kamu sudah terlihat membaik. Jensen sebentar lagi akan datang. Aku hanya mampu sebentar untuk memastikan kondisi kamu baik-baik saja," ucap Valery yang hendak pergi namun tiba-tiba tangannya langsung ditahan oleh Dirga.
"Kamu mau kemana?" tanya Dirga.
"Mau pulang," jawab Valery.
"Pulang?" tanya Dirga Yang sepertinya tidak ingin ditinggal.
"Jensen akan menemani kamu nanti malam dan besok pagi kamu sudah bisa pulang," ucap Valery.
Dirga menghela nafas dan melepaskan tangannya. Dirga sangat terlihat tidak ingin ditinggalkan oleh Valery, tetapi juga tidak ada keberanian untuk meminta Valery tetap berada disisi.
"Kamu istirahatlah," ucap Valery kembali melanjutkan makan.
"Auhhhh!" Valery yang ingin membuka pintu tiba-tiba tidak jadi melihat kembali ke arah Dirga yang tampak kesakitan memegang perutnya.
"Kamu kenapa?" tanya Valery.
"Aku tidak tahu tiba-tiba jadi nyeri saat aku ingin turun dari tempat tidur," jawabnya.
"Apa yang salah, jika terlalu banyak tambahan dan bukankah seharusnya tulang yang sakit dan kenapa perut?" tanya Valery dengan dari mengkerut.
"Mana aku tahu yang terpenting saat ini perut terasa sakit kamu panggil suster agar dia membantuku untuk ke toilet," ucap Dirga.
Valery menarik nafas panjang dan kemudian membuang perahu ke depan yang tidak jadi pergi dan justru menghampiri Dirga.
"Ayo aku bantu!" ucap Valery.
"Bukannya kamu harus pulang?" tanya Dirga.
"Mau dibantu apa tidak?" tanya Valery.
Dirga menghela nafas dan kemudian langsung menerima bantuan dari Valery.
Dengan sangat hati-hati Valery menuntun Dirga memasuki kamar mandi dengan memapah laki-laki itu.
Dirga bahkan terus melihat ke arah Valery, sepertinya ini hanya akal-akalan Dirga cinta karena sebelumnya dia baik-baik saja.
Pintu kamar mandi ternyata terlalu sempit untuk mereka berdua yang membuat keduanya saling berhentikan dan bahkan susah untuk masuk ke dalam kamar mandi ketika sudah di tengah perjalanan dan seperti orang yang terdesak.
Hal itu justru membuat Dirga dan Valery saling melihat satu sama lain.
"Masuklah terlebih dahulu," Valery membuyarkan kecenderungan di antara mereka berdua.
"Baiklah!" sahut Dirga terlihat begitu gugup dan kesulitan menelan.
"Panggil aku jika sudah selesai," ucap Valery yang membuat Dirga menganggukkan kepala.
Akhirnya Valery menutup pintu kamar mandi dan sementara Dirga tidak melakukan apapun di kamar mandi dan memang hanya akal-akalan saja yang tidak ingin ditinggalkan.
Setelah selesai dari kamar mandi membuat Valery kembali membantu Dirga dengan menuntutnya ke atas tempat tidur dan di saat Dirga sudah berada di atas tempat tidur yang tiba-tiba saja tubuh Valery tertarik lebih dekat lagi ke arah Dirga sampai wajah mereka berdua saling berdekatan dengan apa saling bernapas satu sama lain.
Dirga menatap Valery begitu dalam yang membuat wajah cantik Valery tiba-tiba saja memerah, bahkan kesulitan menelan ludah.
Valery mencoba untuk tenang dan mencoba untuk kembali berdiri tetapi ternyata anak rambutnya harus nyangkut di kancing baju Dirga.
"Ahhh!" Valery menahan sakit pada rambut yang tertarik.
"Pelan-pelan Valery!" Dirga mencoba untuk menghentikan Valery jangan terlalu banyak bergerak karena justru rambutnya akan semakin tertarik.
"Tolong bantu lepaskan!"
"Iya-iya sabar!" Dirga mencoba untuk mencari permasalahan yang melepaskan rambut tersebut dikancing bajunya dan ternyata Dirga juga mengalami kesulitan karena posisinya yang tidak bisa melihat bagian mana kantung bajunya yang tertarik rambut Valery.
Bersambung....