Lasmini adalah seorang gadis desa yang polos dan lugu, Ketenangannya terusik oleh kedatangan Hartawan, seorang pria kota yang bekerja di proyek pertambangan. Dengan janji manis dan rayuan maut, Hartawan berhasil memikat hati Lasmini dan menikahinya. Kebahagiaan semu itu hancur saat Lasmini mengandung tiga bulan. Hartawan, yang sudah merasa bosan dan memiliki istri di kota, pergi meninggalkan Lasmini.
Bara, sahabat Hartawan yang diam-diam menginginkan Lasmini. Alih-alih melindungi, Hartawan malah dengan keji "menghadiahkan" Lasmini kepada Bara, pengkhianatan ini menjadi awal dari malapetaka yang jauh lebih kejam bagi Lasmini.
Bara dan kelima temannya menculik Lasmini dan membawanya ke perkebunan karet. Di sana, Lasmini diperkosa secara bergiliran oleh keenam pria itu hingga tak berdaya. Dalam upaya menghilangkan jejak, mereka mengubur Lasmini hidup-hidup di dalam tanah.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya terhadap Lasmini?
Mungkinkah Lasmini selamat dan bangkit dari kuburannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Prabu dimulai
Pagi menyambut Kediaman Sanjaya dengan kehangatan yang kontras dengan suasana hati Prabu. Ia menunggu dengan tidak sabar di ruang tengah sambil berpura-pura membaca koran. Tak lama kemudian, Suci yang kini berpenampilan lebih segar dan tenang, seperti badai yang telah berlalu turun dari tangga.
"Selamat pagi, Mas Prabu," sapa Lasmini, suaranya kembali datar dan terkontrol.
"Pagi, Suci,"balas Prabu, segera melipat koran. Ia tidak ingin membuang waktu. "Mengenai permintaanmu tadi malam, aku sudah memikirkannya. Aku akan mencari tahu soal Kinanti."
Lasmini duduk di seberangnya, mengambil secangkir teh. "Syukurlah. Aku yakin kau bisa melakukannya, Mas Prabu. Dengan posisimu di Sanjaya Group, kau pasti punya koneksi yang luas."
Prabu mengangguk, namun matanya memancarkan rasa ingin tahu yang dalam. Ia memutuskan untuk menanyakan hal yang sudah mengganggu pikirannya sejak tadi malam.
"Suci, ada satu hal yang mengganjal pikiranku," kata Prabu, mencondongkan tubuhnya sedikit. "Hartawan... dua hari yang lalu, perusahaan kami baru saja menjalin kerjasama dengan Hotel miliknya. Dia adalah klien. Bisakah kau berterus terang, ada hubungan apa antara kau dan dia? Aku... aku khawatir dengan keselamatanmu."
Lasmini meletakkan cangkirnya perlahan. Ekspresinya mengeras, tetapi ia tidak menghindar.
"Aku mengerti kekhawatiranmu, Mas Prabu. Kau tidak perlu khawatir soal keselamatanku. Hartawan tidak mungkin menyentuhku lagi," balas Lasmini, nadanya begitu dingin hingga membuat bulu kuduk Prabu berdiri.
"Lagi?" ulang Prabu, matanya membelalak. "Jadi, ia memang salah satu pria dari masa lalumu? Apakah... apakah dia yang melec*hkan mu, Suci?"
Lasmini tersenyum getir. Itu adalah senyum yang tidak sampai ke matanya, sebuah luka yang terbuka.
"Dia bukan sekadar melece*hkanku, Mas Prabu. Dia adalah pria yang pernah berjanji akan menjadikanku sebagai satu-satunya wanita yang di cintainya, Dia yang membuatku jatuh cinta, menghamiliku, lalu... mencampakkanku seperti sampah saat ia tahu aku tidak bisa memberinya keuntungan apa-apa lagi. Dan saat aku dicampakkan, Hartawan adalah orang yang menyerahkan aku pada Bara," jelas Lasmini, suaranya bergetar menahan luapan emosi. Dan memang sepertinya Lasmini sudah tahu semuanya lewat mata batinnya. "Dia adalah pendukung utama dalam kejahatan mereka. Di mataku, dia lebih keji dari Bara."
Penjelasan itu menghantam Prabu seperti palu godam. Rasa terkejut dan marah langsung memenuhi dadanya.
"Astaga, Suci... Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu," bisik Prabu, wajahnya berubah suram. Ia kini mengerti mengapa dendam Lasmini begitu besar dan mendalam. Hartawan bukan hanya seorang klien, ia adalah iblis berwajah manusia.
Lasmini mengambil jeda, lalu menatap Prabu dengan tatapan memohon yang jarang ia tunjukkan.
"Sekarang kau tahu, Mas Prabu. Jadi, bantu aku. Cari tahu siapa sebenarnya Kinanti ini. Hartawan tidak mencintai siapa pun selain dirinya sendiri. Pasti ada sesuatu yang jauh lebih berharga dari sekadar cinta murahan yang membuatnya kembali pada Kinanti," desak Lasmini. "Aku perlu tahu apa yang diincar Hartawan. Itu kunci untuk menjatuhkannya."
Prabu menghela napas, ia menarik napas dalam-dalam. Tekadnya kini bulat. Bukan hanya karena ketertarikan, tetapi karena rasa keadilan dan iba pada penderitaan wanita di depannya.
"Baik, Suci. Aku akan melakukannya," janji Prabu tegas. "Pagi ini juga, aku akan ke Hotel Cansebu untuk membahas kontrak kerja sama dan mengorek informasi. Aku akan kembali membawa kabar untukmu."
"Terima kasih, Mas Prabu," ucap Lasmini, seulas senyum tulus akhirnya menghiasi wajahnya.
.
.
Sementara di tempat lain, di sebuah kamar mewah, Hartawan duduk gelisah di pinggir ranjang, ditemani keheningan yang menyesakkan. Kinanti masih tidur nyenyak, pulih dari trauma halusinasi malam sebelumnya.
Hartawan tidak bisa memejamkan mata. Sejak ia melihat mobil Prabu menjauh dan mengingat nama 'Suci', bayangan Lasmini kembali menghantuinya. Bukan Lasmini yang bahagia di Kampung Pandan Sari, melainkan Lasmini yang pucat dan berlumuran tanah, seperti yang ia bayangkan saat Bara melaporkan kematiannya.
Ia bangkit dan berjalan mondar-mandir di kamar.
Lasmini... tidak mungkin. Lasmini sudah mati. Bara sendiri yang bilang ia sudah menguburnya hidup-hidup. Gumamnya dalam hati.
Hartawan tiba-tiba merasa mual lagi. Ia teringat kata-kata Bara, bagaimana pria biadab itu dan anak buahnya dengan bangga menceritakan kebrutalan mereka. Rasa jijik dan bersalah seketika mencengkeramnya. Ia memang pengecut. Ia hanya ingin melepaskan diri dari Lasmini yang hamil agar bisa kembali pada Kinanti, istri sahnya, yang baru saja mendapat warisan. Tapi ia tidak pernah meminta Bara sekeji itu.
"Sialan kau, Bara!" desis Hartawan pelan.
Namun, rasa bersalah itu hanya bertahan sesaat. Seketika, ambisinya menguasai kembali. Kinanti. Istri pertamanya yang begitu mencintainya hingga rela memaafkan perselingkuhan dan penelantaran. Kinanti yang kini adalah pewaris tunggal Hotel Cansebu, salah satu hotel mewah di Jakarta.
Hartawan menatap Kinanti yang terbaring. "Tidak ada yang boleh mengganggu rencanaku. Siapa pun wanita itu, Lasmini atau bukan, dia harus disingkirkan," bisiknya penuh tekad.
Ia telah membuang kariernya sebagai pegawai yang harus tunduk pada atasan demi ambisi menguasai kekayaan Kinanti. Ia sudah mencampakkan Lasmini yang miskin demi harta istrinya. Keputusan ini harus dipertahankan. Kinanti, dengan kebutaan cintanya, adalah kunci menuju kemewahan dan kekuasaan yang selalu ia impikan.
"Akan kuurus kau, Suci," gumam Hartawan, mengeras. "Dan aku tidak akan membuat kesalahan yang sama dua kali."
Hartawan meraih ponselnya, mencari kontak Bara. Perintahnya sudah jelas: cari tahu siapa 'Suci' dan temukan cara untuk membungkamnya, selamanya.
Hotel Cansebu
Di saat yang sama, Prabu sudah dalam perjalanan menuju Hotel Cansebu. Di dalam mobilnya, ia meninjau kembali berkas kerja sama antara Sanjaya Group dan hotel tersebut.
Kinanti. Istri Hartawan. Pewaris hotel. Prabu mendapatkan semua informasi itu dari orang suruhannya yang dengan cepat mencari tahu siapa itu Kinanti, dan memang benar jika Kinanti memiliki ikatan pernikahan dengan Hartawan, pria yang pernah menikahi Suci alias Lasmini. Entah kenapa kala dirinya mengingat hal itu, tiba-tiba darahnya mendidih, ingin sekali ia membantu membalaskan dendamnya Suci, namum ia kembali teringat akan pesan dari guru spiritualnya saat berada di mesir, bahwa kejahatan tidak harus di balas dengan kejahatan juga, karena tuhan pasti akan membalas setiap perbuatan umatnya.
Ia tahu, untuk mendapatkan informasi yang mendalam, ia harus bersikap sangat profesional sekaligus santai. Ia tidak boleh menunjukkan ketertarikan pribadi apa pun.
Prabu tiba di lobi mewah Hotel Cansebu. Ia disambut oleh manajer hotel yang langsung membawanya ke kantor Kinanti.
Ini dia. Pikir Prabu. Misi dimulai.
Ia melangkah masuk, siap menjalankan perannya sebagai pengusaha yang ramah, sambil diam-diam mengamati setiap detail, setiap petunjuk, yang bisa ia berikan kepada Lasmini. Prabu tahu, Kinanti adalah potongan teka-teki yang paling penting. Ia harus mencari tahu apa yang menjadi ikatan utama Kinanti dan Hartawan yang begitu kuat, melebihi rasa sakit dan trauma yang ditimbulkan Hartawan.
Bersambung...
aku GK berani bc tp. cuma intip sinopsis.. keliatan serem banget