Bukan Antagonis

Pesawat sudah mendarat di bandara Ngurah Rai Bali, di sini Sandra dan juga Adi, mulai turun dari awak pesawat, dan langsung diantar oleh grab yang sudah mereka pesan melalui aplikasi.

  Setelah beberapa menit akhirnya kedua orang itu langsung menemui anaknya Latu tentunya dengan muka yang tertutup agar tidak mudah untuk di kenali.

   "Pa, ayo cepetan anak kita pasti ketakutan," ucap Sandra.

  "Iya Ma, bentar," sahut Adi.

  Setelah berjalan menyusuri lorong hotel akhirnya keduanya sampai di kamar Latu. Peluk haru saat ini tengah di dapatkan oleh Latu, dukungan dari kedua orang tuanya selalu ada untuk dirinya, akan tetapi ada sesuatu yang kurang dari hidupnya, yaitu suami tercintanya tidak ada di samping ketika dirinya mulai dirundung kasus besar seperti ini.

  "Nak, sabar ya, jangan takut kita berdua akan selalu ada untukmu," ucap Sandra sambil memeluk tubuh anaknya.

   "Iya, Nak kamu tidak usah takut kami berdua akan selalu ada untukmu," timpal Adi.

  Latu pun merasa ketakutan tubuhnya bergetar hebat, menyaksikan kehancuran yang sudah di depan mata, bahkan saat ini dirinya takut untuk keluar, dan menghadapi para awak media yang mungkin akan mencecar dirinya bermacam pertanyaan.

  "Mama, Papa, tolong bawa aku di tempat yang sepi, tempat dimana manusia tidak menghakimi ku sepihak," pinta Latu dengan nada yang bergetar.

  Sedangkan saat ini Sandra tidak tega melihat anaknya ketakutan seperti ini bahkan dia tidak pernah membayangkan kalau badai besar akan menghantam dan memporak-porandakan rumah tangga anaknya.

   "Pa, aku tidak tega melihat Latu seperti ini, lebih baik kita bawa anak kita pergi secepatnya dari sini," pinta Sandra yang diangguki oleh suaminya.

  *******

  Malaysia.

  Di dalam rangka kesiapan pernikahan yang tinggal sehari saja, Leti benar-benar antusias untuk menyambut semuanya dengan suka cita, apalagi Tuhan memberikan plot twist yang tidak terduga seperti contoh kesembuhan Asraf yang tiba-tiba, ini benar-benar menjadi kado terindah, bukan hanya untuk dirinya saja melainkan untuk keluarga kecilnya yang sudah menunggunya dari jauh-jauh hari.

  "Ya Allah terima kasih banyak, Engkau sudah menghadirkan berlipat-lipat kado kebahagiaan untuk ku dan juga anak-anakku," ucap Leti.

   Malam pun semakin merangkak naik ke atas, saat ini Latu sedang berkumpul di ruang keluarga dengan Asraf dan juga kedua anaknya, bahkan saat ini kedua anaknya itu tengah melatih Asraf berjalan agak lebih jauh, dan hal ini terlihat begitu mengharukan bagi Leti.

   "Mama, lihat Papi jalannya sudah sejauh itu loh," ucap Dante dengan begitu antusias, anak kecil itu tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya malam ini.

  "Iya Sayang, Mama juga senang sekali melihat Papi yang sebentar lagi bisa gendong Mama," ujar Leti yang seketika disambut gelak tawa oleh kedua anaknya.

  "Cie ... Yang lagi mau pengantin udah gak sabaran," ledek Emely.

  "Iya dong Sayang, kalian berdua kan dulu sudah ngerasain di gendong sama Papi, sekarang giliran Mama," ujar Leti yang membuat Asraf salah tingkah.

   Saat ini semangat Asraf tambah membara apalagi dengar ucapan wanitanya itu yang membuat jiwanya menjadi lebih tenang dan merasa lebih dihargai, di jaman seperti ini jarang ada wanita yang berhati baik seperti Leti bahkan wanita itu rela menanggung semua biaya dirinya dan juga anaknya di saat orang lain menatapnya sebagai sampa.

  'Ya Allah kebaikan apa yang dulu pernah aku lakukan sehingga aku dipertemukan wanita sebaik Leti, yang tulus dan setia menanti kesembuhanku,' batin Asraf yang merasa bersyukur.

   *******

  Saat ini anak-anak sudah tidur di kamarnya masing-masing, berbeda dengan kedua orang tuanya yang saat ini masih berada di kamar Leti, jika dulu Leti yang mengantar Asraf ke kamarnya, akan tetapi semenjak sudah bisa berjalan Asraf mulai mengambil alih untuk mengantar calon istrinya itu ke kamarnya.

   "Sayang," panggil Asraf untuk yang pertama kalinya memanggil kata Sayang.

  "Apa? Sayang." Leti pun berusaha untuk mengulanginya lagi.

  "Iya, memang ada yang salah dengan panggilanku itu Sayang," ujar Asraf yang semakin menggoda Leti.

  "Gak ada, aku suka dengan panggilanmu itu, makasih ya sudah mau berusaha untuk sembuh untukku dan juga untuk anak-anakku," ungkap Leti.

   "Shuuut, Sayang, kau tidak boleh seperti itu, aku yang harusnya banyak-banyak berterima kasih, karena sampai detik ini kau masih setia menemaniku, aku sangat-sangat merasa beruntung di cintai dan di sayangi oleh kamu," imbuh Asraf.

  "Semua itu berlalu begitu saja kita adalah dua insan yang dipertemukan dalam kondisi sama-sama terpuruk, hingga pada akhirnya kita berdua mampu bangkit dari keterpurukan itu dan setelah itu kita berdua menciptakan cinta di tengah-tengah hubungan kita yang awalnya sulit untuk di cerna akal dan pikiran," ungkap Leti.

   "Cantik, semakin hari pikiranmu semakin dewasa tetaplah menjadi Leti yang apa adanya, yang tegas bawel cerewet dan sikap mu itu yang membuat aku semakin jatuh hati," ujar Asraf.

  "Ya sudah kalau begitu selamat malam ya, tidurlah karena besok kita harus bangun lebih awal dari sebelumnya," tukas Leti.

"Iya Sayang, selamat malam semoga mimpi indah," ucap Asraf lalu mulai meninggalkan Leti di dalam kamarnya.

Di sini Leti benar-benar tidak mempunyai siapa-siapa selain Tuan Ali dan Lukman sahabatnya dulu, jadi meskipun tinggal dalam satu atap, Leti pun tidak pernah ada yang menegur sama sekali, beruntung mereka tahu batasan sehingga tidak sampai terjadi ke hal-hal yang tidak diinginkan.

Ketika Leti mulai menyibak selimutnya, tiba-tiba saja handphone dia berdering dan ketika dia lihat ternyata dari Lukman mungkin dirinya ingin menggoda Leti karena besok dirinya akan menikah, itu pikir Leti akan tetapi dugaan Leti salah besar, Lukman tidak sedang menggodanya, melainkan memberi dia kabar yang benar-benar membuat jantungnya bergetar hebat dan tubuhnya lemas begitu saja ketika dia tahu berita yang menimpa adik kandungnya.

"Astaga! Latu kenapa kau bisa seperti ini dek," ucap Leti dengan tatapan yang kosong.

Leti pun langsung mendudukkan pantatnya, di tengah ranjang dan menyadarkan kepalanya di sandaran ranjang, rasanya ini benar-benar sakit meskipun semua keluarganya telah membenci dan mengusir dirinya, akan tetapi Leti tidak bisa untuk tertawa diatas penderitaan mereka

"Ya Tuhan ini cobaan apa lagi yang Engkau beri terhadap adik hamba, jika memang semua ini Ayas Kehendak Mu, hamba mohon lapangkan hati Latu untuk menerima semua ini, dan mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa di dalam rumah tangga mereka," ujar Leti sambil menengadahkan tangannya.

Sebagai seorang Kaka Leti merasakan sekali bagaimana kehancuran yang tengah di rasakan Latu saat ini, akan tetapi dia hanya bisa memberi doa, tanpa harus memberikan dukungan moril kepada adiknya, karena di sini Leti sadar betul kalau dukungan ataupun kedatangannya tidak akan pernah di hargai oleh keluarganya sendiri maka dari itu Leti memilih untuk berdiam tanpa melakukan apapun.

"Adek, maafkan aku yang tidak ada di saat kamu seperti ini, akan tetapi aku tahu kamu bisa melalui semuanya sendiri," ungkap Alina sambil menyisakan bulir bening itu di pipinya.

Bersambung.