"Ku pikir dengan menikah dengan mu hidup Ku akan bahagia, nyatanya Kau hanya memberikan Ku luka yang sedalam ini." Alisa
Alisa menikah dengan Fahmi putra pemilik pesantren tempat ia mengenyam pendidikan. Pada awalnya rumah tangga mereka begitu bahagia dan harmonis apalagi kini sudah hadir buah cinta mereka berdua, seorang anak yang masih bayi berusia dua bulan.
Namun ternyata kebahagiaan pernikahan itu tak bertahan lama. Fahmi tergoda akan tahta dan wanita, ia berselingkuh dengan saudari kembar Alisa sendiri. Hingga pada akhirnya mereka kehilangan buah cinta mereka.
Alisa merasa putus asa karena mendapatkan ujian yang bertubi-tubi. Ia merasa lelah dengan hidupnya, dan terus menginginkan Tuhan agar membawanya pergi ke sisi-Nya.
Simak ceritanya dalam judul "Tuhan Bawa Aku Pulang." Karya DEWI KD. Jangan lupa untuk mendukung Author dalam bentuk Like dan Komentar kalian ♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi KD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Dalam perjalanan pulang kerumah, Anisa menjadi penasaran dengan Fahmi kenapa Fahmi bisa bersama Alisa. Ia ingin bertanya namun ia menahan dirinya biarlah nanti saja Anisa akan bertanya langsung pada Alisa.
Begitu mobil Fahmi tiba di rumah, mereka masuk ke dalam rumah. Langkah kaki Anisa terhenti ketika berada di ruang tamu, kala matanya tertuju pada sebuah foto berukuran besar di pasang di dinding. Foto pernikahan lengkap dengan kedua orang tua mereka.
Anisa kini tahu kalau sebenarnya Alisa sudah menikah dengan Fahmi. Anisa masih ingat kedua orang tua Fahmi adalah pendiri pesantren, sebab ia dulu juga pernah berada disana meskipun hanya sebentar.
“Jadi Mas Fahmi ini anaknya Abah Aziz dan Ummi Najwa ?” tanya Alisa
“Iya, Nisa !” bukan Fahmi yang menjawab melainkan Alisa.
“Ibu mungkin sudah tidur, bagaimana kalau besok pagi saja Kamu bertemu dengan Ibu. Kamar Kamu selalu Aku bersihkan, meskipun Kamu tidak pernah pulang ke rumah.” Kata Alisa lagi.
Anisa menganggukkan kepalanya,
“Terimakasih ya, Lisa !” Anisa kemudian memeluk Alisa ia merasa bersalah karena dulu ia pernah melukai Alisa. Namun Alisa sampai sekarang masih menerimanya sebagai saudarinya.
“Maafkan sikapku yang dulu ya, Lis !” sambungnya lagi.
“Tidak apa-apa, Aku selalu memaafkan Kamu, Nisa ! Kamu itu saudara Aku, Kamu jangan merasa sendirian mulai sekarang ya ! Aku selalu ada buat Kamu, Nisa !” kata Alisa dengan lembut.
Anisa kembali memeluk Alisa, ia tak bisa berkata apa-apa lagi melihat Alisa yang begitu baik padanya.
Keesokan harinya,
Fahmi keluar dari kamarnya, mendapati Anisa yang menangis memeluk Ibu nya. Alisa mendekati Fahmi, dan Fahmi merangkul Alisa.
“Alhamdulillah, Tuhan maha baik kan ? Anisa pasti kembali pada kalian.” Kata Fahmi
“Iya Mas ! Semoga dengan kehadiran Anisa di rumah ini juga, membuat Ibu semakin semangat untuk sembuh.” Kata Alisa
“Aamiin !”
“Ibu maafkan Anisa, Bu ! Anisa banyak salah sama Ibu.” Lirih Anisa memeluk Zulaikha.
Zulaikha menangis dan merasa bersyukur Anisa kembali padanya saat ini.
“Tidak apa-apa Nak ! Kamu itu anak Ibu, Ibu yang melahirkan Kamu. Mau sampai kapan pun Kamu tetap anak Ibu !” kata Zulaikha
Anisa memeluk Ibunya kembali,
“Anisa menyesal sudah meninggalkan Ibu sendirian, maafkan Anisa ya Bu !”
“Sudah…sudah..Ibu sudah memaafkan Kamu, Nak !”
Anisa sudah kembali berkumpul di tengah-tengah mereka. Rasa haru dan bahagia, kini menyelimuti keluarga tersebut. Hingga tak terasa hari berlalu begitu cepat bulan berganti bulan dan tak terasa usia kandungan Alisa kini sudah menginjak sembilan bulan dan menunggu hari melahirkan.
Fahmi semakin siaga menjaga Alisa, dan memberikan cinta dan kasih sayang yang begitu besar pada Alisa.
Namun kebahagiaan yang Alisa rasakan nyatanya membuat hati Anisa menjadi cemburu. Anisa menginginkan apa yang di dapatkan oleh Alisa. Ia berharap wanita yang tengah bahagia di cintai oleh suaminya tersebut adalah dirinya, bukan Alisa.
Suatu malam, ketika Alisa tengah tidur namun Fahmi belum tidur karena ia harus menyelesaikan pekerjaannya yang harus ia presentasikan besok pagi. Anisa mengambil kesempatan dengan memberikan secangkir kopi susu untuk Fahmi.
“Mas Fahmi ! Ini kopi susu buat Mas Fahmi !”
Anisa sengaja melakukan itu agar mendapatkan simpati dari Fahmi. Fahmi yang melihat Anisa memberikannya minuman tersebut, tentu saja tak enak hati jika menolaknya.
“Oh, terimakasih, ya Nis !” jawab Fahmi
“Iya, Mas !” ucap Anisa tersenyum manis.
“Mas Fahmi lagi banyak pekerjaan ya !” ucap Anisa mulai berbasa-basi dan duduk di dekat Fahmi.
“Iya ! Besok ada presentasi ! Aku harus menyelesaikannya malam ini !” kata Fahmi tak menoleh pada Anisa ia sibuk di layar laptopnya.
“Dulu Aku pengen banget loh Mas, kerja di kantoran. Tapi ya, semuanya harus pupus karena Ibu sakit, dan Ayah di penjara !” kata Anisa lagi.
“Asalkan Kamu ada niat, semua pasti ada jalannya, Nis !” balas Fahmi.
“Tapi mana ada sih, perusahaan besar yang mau menerima orang yang hanya lulusan SMA, Mas !” ucap Anisa.
“Kamu serius mau bekerja ?” tanya Fahmi, ia selesai dengan pekerjaannya dan menutup layar laptopnya.
“Iya, kalau ada kesempatan, Anisa mau, Mas !” kata Anisa menatap Fahmi.
“Di kantor tempat Ku bekerja, ada lowongan sebagai staf pembantu. Kalau Kamu mau, Aku bisa rekomendasikan dengan atasan Ku.” Kata Fahmi apa adanya.
“Kerjaannya apa, Mas ? Aku bisa kok mengoperasionalkan computer !” tanya Anisa
“Kerjaannya membantu para staf agar pekerjaan mereka lebih cepat selesai. Karena terkadang mereka juga kewalahan kalau harus mengerjakan pekerjaan mereka dalam waktu singkat. Tapi gajinya tidak terlalu besar, hanya setara UMR itu pun kalau Kamu mau, Nis !” kata Fahmi lagi.
Gaji setara UMR bagi Anisa yang pengangguran, tentu saja terbilang cukup besar untuknya. Tanpa berpikir panjang lagi, Anisa tentu saja mau menerima tawaran Fahmi.
“Aku mau Mas ! Bosen Aku jadi pengangguran terus !” kata Anisa lagi.
Fahmi tersenyum mendengarnya.
“Lagi pula Aku kan gak mau jadi beban Mas Fahmi dan Alisa terus. Aku gak kerja, gak punya uang. Maaf ya Mas, Aku banyak merepotkan Kalian sekarang.” Anisa menundukkan wajahnya yang membuat Fahmi jadi tidak enak hati mendengarnya.
“Jangan seperti itu, apa salahnya sebagai saudara saling membantu, kan ? Ya sudah, kalau Kamu mau bekerja, besok Aku akan bilang sama atasan Ku. Insyaallah kalau beliau setuju, Aku secepatnya kasih kabar sama Kamu.” Kata Fahmi lagi.
“Iya Mas ! Aku tunggu ya ! Terimakasih ya Mas Fahmi !” dengan sengaja, Anisa memegang tangan Fahmi namun Fahmi dengan cepat menarik tangannya, karena mereka berdua bukan muhrimnya.
“Eh, maaf Mas !” Anisa berpura-pura lugu dan tidak enak hati. Ia kemudian pamit kembali ke kamarnya.
Fahmi menghela nafasnya, ia kemudian kembali ke kamarnya dan bergabung tidur dengan Anisa.
...****************...
cerita nya seru dan menarik
apa salah Alisa sama Anisa dan fahmi