"Ayah bukanlah ayah kandungmu, Shakila," ucap Zayyan sendu dan mata berkaca-kaca.
Bagai petir di siang bolong, Shakila tidak percaya dengan yang diucapkan oleh laki-laki yang membesarkan dan mendidiknya selama ini.
"Ibumu di talak di malam pertama setelah ayahmu menidurinya," lanjut Zayyan yang kini tidak bisa menahan air matanya. Dia ingat bagaimana hancurnya Almahira sampai berniat bunuh diri.
Karena membutuhkan ayah kandungnya untuk menjadi wali nikah, Shakila pun mencari Arya Wirawardana. Namun, bagaimana jika posisi dirinya sudah ditempati oleh orang lain yang mengaku sebagai putri kandung satu-satunya dari keluarga Wirawardana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Kedatangan Amira
Sudah enam bulan Arya menghilang, selama itu juga Pak Darmawan mencari keberadaannya dan hasilnya nihil. Hal yang aneh adalah tidak ada rekan bisnis yang perduli. Padahal hubungan mereka dahulu sangat dekat.
Berbeda dengan Shakila dan Zayyan yang terus mendapatkan bukti sedikit demi sedikit atas kejahatan Widuri atas kematian Almahira dan Athila. Mobil yang digunakan ketika menabrak pun sudah ketemu. Kendaraan itu ada di garasi vila yang jarang didatangi oleh Widuri, hanya sesekali ketika liburan.
Sayangnya Shakila dan Zayyan harus menahan diri tidak melaporkan Widuri untuk saat ini. Jika nekad melakukan pelaporan, kemungkinan wanita itu akan berkata kejadian waktu itu merupakan kecelakaan murni tanpa disengaja dan kabur karena panik. Maka hukuman akan didapatkan ringan, bahkan bisa jadi cuma tahanan kota. Oleh karena itu, Zayyan dan Shakila harus mendapatkan pengakuan langsung dari mulut Widuri.
Sore hari sambil menunggu azan Maghrib, Zayyan dan Shakila duduk di ruang tengah sambil membuka-buka file hasil penyelidikan mereka yang dibantu oleh beberapa orang.
"Ayah menduga perempuan yang bernama Silvia itu adalah anaknya Widuri," kata Zayyan sambil memerhatikan foto Silvia dan Widuri.
"Apa Widuri itu janda?" tanya Shakila. "Selama ini tidak pernah sekalipun aku melihat dia berjalan berduaan bersama laki-laki."
"Kata ibumu dulu, Widuri punya seorang pacar yang kaya. Makanya dia jadi semakin sombong dan merendahkan ibumu. Tapi, Silvia ini seumuran sama kamu. Kalau begitu seharusnya Widuri juga menikah di tahun yang sama dengan Almahira. Pastinya Almahira tahu berita itu," jawab Zayyan.
"Apa sebaiknya kita cari tahu kehidupan Widuri dan keluarganya di kampung ibu tinggal dahulu?" Sudah terlanjur sejauh ini, maka Shakila harus bisa membuktikan kalau Silvia bukan anak kandung Arya.
"Besok hari Minggu kita pergi ke sana. Semoga saja masih ada orang yang mengenal mereka," ucap Zayyan.
Malam harinya Amira datang ke rumah Zayyan. Dia datang seorang diri karena hubungan sang kakak dengan Dokter Elzo tidak begitu baik. Perempuan itu datang diundang untuk makan malam bersama.
Shakila sangat senang bisa bertemu kembali dengan tantenya. Dari kecil sampai remaja mereka selalu bersama, malah sering di sangka kakak beradik.
"Jadi, kamu sama kakak sekarang tinggal di kota ini untuk mencari ayah kandungmu?" tanya Amira kepada Shakila.
"Iya, Tante. Awalnya aku mencari dia untuk menjadi wali nikah. Ternyata takdir berkata lain, aku tidak jadi menikah karena pihak sana memutuskan hubungan itu. Sekarang aku malah kehilangan jejak papaku. Ditambah ada gadis lain yang dikenal publik sebagai anak kandungnya. Jadi, aku harus mengumpulkan banyak bukti kalau aku adalah anak kandung dan perempuan itu bukan," jawab Shakila.
"Pelik juga masalah kamu," ucap Amira sambil mengangguk-angguk kepala dan berpikir. "Sekarang banyak orang rela melakukan kejahatan demi memenuhi ego dan nafsunya sendiri."
Zayyan setuju dengan ucapan Amira. Namun, di sisi lain dia juga ingin protes kepada sang adik yang rela pergi dari rumah demi mengikuti laki-laki pujaan hatinya.
"Makanya aku harus segera mengambil sikap dan tindakan. Membongkar kejahatan mereka," balas gadis yang memakai jilbab instan.
"Kakak, tempo hari aku bertemu dengan Dokter Lazuardi. Kok, dia tahu kalau aku adalah adik kakak!" tanya Safira.
"Iya, kakak dan Dokter Lazuardi banyak bercerita. Kakak juga minta dia untuk mengawasi kamu," jawab Zayyan.
"Huh, Dokter Lazuardi bilang begini sama aku, "Mau enggak jadi adik iparnya?" Aku bilang enggak mau," kata Amira memasang muka cemberut.
"Padahal adik bungsu Dokter Lazuardi itu tampan, pintar, dan kaya, loh!" Zayyan malah menggoda sang adik.
"Tetap saja enggak mau!"
"Mau sampai kapan kamu seperti ini terus?"
Shakila terdiam memerhatikan kedua orang itu. Dia tahu kalau ayahnya selalu mengkhawatirkan adiknya. Namun, dia juga paham kenapa tantenya tetap berpegang teguh untuk selalu berada di sisi laki-laki yang dicintainya. Amira dan Zayyan itu tipe orang yang sulit jatuh cinta, tetapi sekali cinta, akan terus mencintainya.
"Sampai aku bosan dan menyerah." Amira memalingkan muka. Dia akan terus mendampingi Dokter Elzo dan membantunya dalam menangani para pasien.
Zayyan menghela napas. Sifat Amira yang pantang menyerah harus diacungi jempol. Jika orang lain pastinya sudah menyerah sejak dulu.
Sementara itu di tempat lain, Mario mulai melakukan penyelidikan terhadap orang-orang yang ada di sekitar Silvia dan pendukung dirinya. Dia tahu kalau perempuan itu juga sedang berusaha untuk menjatuhkan dirinya dari jajaran direksi.
Ada satu hal yang dilupakan oleh Mario, yaitu keberadaan Arya. Dia sudah merasa yakin kalau Arya sudah meninggal, sehingga tidak perlu lagi repot-repot memikirkannya. Dia juga tidak mengecek akan keberadaan jasad pria paruh baya itu.
"Mama curiga sama dua wanita yang kadang terlihat bersama Silvia. Mereka itu siapanya dia? Kenapa begitu terlihat dekat?" Miranda bertanya-tanya.
"Bukannya mereka itu saudara jauh Papa Arya?" tanya Mario.
"Mana ada keluarga Wirawardana modelan begitu!" jawab Miranda. "Sejak mama mengenal Arya dan keluarga besarnya, tidak pernah sekalipun melihat mereka. Namanya saja baru tahu setelah kamu masuk perusahaan."
"Aku terkadang melihat ada kemiripan antara Silvia dengan wanita ini." Mario menunjuk foto Widuri.
"Kalau dilihat secara teliti enggak mirip, tetapi jika dilihat sekilas mereka mirip," gumam Miranda.
"Wanita bernama Widuri ini ternyata pemilik salon terkenal, bahkan membuka banyak cabang di seluruh ibukota. Dia juga sering kumpul ke acara para wanita sosialita dan memiliki banyak kenalan orang kaya," ucap Mario sambil membaca beberapa laporan tentang Widuri.
"Rupanya aku kalah sama dia. Gara-gara Arya, banyak orang memandang jelek aku dan tidak ada yang mau diajak kerjasama dalam usaha. Aku benar-benar seperti orang buangan," kata Miranda dengan penuh kebencian.
"Aku sudah menempatkan orang untuk mengawasi dan mengikuti Widuri, Ma. Rupanya dia juga diam-diam mengawasi aku," kata Mario sambil menunjukkan banyak foto hasil penguntitan ibu kandung Silvia.
Mata Miranda terbelalak ketika melihat selembar foto. "Dia ... Almahira!"
"Apa, Ma?" Mario terkejut. "Yang mana?"
***