Di balik ketenangan Desa Warengi Jati, sebuah tragedi mengoyak rasa aman warganya. Malam itu, seorang penduduk ditemukan tewas dengan cara yang tak masuk akal. Desas-desus beredar, rahasia lama kembali menyeruak, dan bayangan gelap mulai menghantui setiap sudut desa.
Bayu, pemuda dengan rasa ingin tahu yang tak pernah padam, terjebak dalam pusaran misteri ini. Bersama Kevin sahabat setianya yang sering meremehkan bahaya dan seorang indigo yang bisa merasakan hal-hal yang tak kasatmata, mereka mencoba menyingkap kebenaran. Namun semakin dalam mereka menggali, semakin jelas bahwa Warengi Jati menyimpan sesuatu yang ingin dikubur selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonaNyala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7: Kesaksian dari Dunia Arwah (1)
Balai desa Warengi Jati malam itu tidak lagi terasa seperti tempat musyawarah, melainkan seperti ruang penghakiman. Bau busuk dari peti-peti mayat masih menempel di udara, bercampur dengan aroma keringat warga yang panik. Jeritan-jeritan histeris tadi memang sudah mereda, tapi suara tangisan, bisik-bisik penuh curiga, dan doa-doa lirih masih memenuhi ruangan.
Di pojok ruangan, Kevin terduduk lesu. Tubuhnya gemetar, wajahnya pucat pasi seperti orang yang baru saja hampir kehilangan nyawanya sendiri. Bayu duduk di sampingnya, menepuk bahu sahabatnya itu dengan canggung. Ia tahu Kevin baru saja melihat hal yang tak bisa dilihat orang lain dan kebenaran yang terungkap darinya membuat semua orang terkejut.
Herman, pria dengan topi lusuh yang selama ini dikenal pendiam, sudah dibawa polisi dengan tangan terborgol. Suaranya masih terngiang di telinga warga:
“Aku Cuma kaki tangan! Aku hanya disuruh Alex! Aku bukan pembunuh!”
Namun warga terlanjur membencinya. Mereka berdesakan ke arah pintu, sebagian ingin memastikan Herman benar-benar dibawa pergi, sebagian lain ingin meludahinya. Pak RT sampai harus berulang kali mengangkat tangan, berteriak memohon ketenangan.
“Sudah! Sudah cukup! Biarkan aparat hukum yang bertindak!” suaranya serak, penuh tekanan.
Namun bisik-bisik warga tak kunjung padam.
“Kalau benar Herman kaki tangan… berarti Alex bukan sendirian.”
“Ya Allah, apa masih ada lagi orang yang terlibat?”
“Jangan-jangan di antara kita masih ada yang jadi dalangnya…”
Suasana makin panas, ketegangan menjalar seperti api di dalam sekam.
Kevin memejamkan mata. Nafasnya berat, seperti ada sesuatu yang menghimpit dadanya. Bayu menunduk mendekat.
“Pin, lu lihat apa lagi tadi? Lu seperti… ditarik oleh sesuatu,” bisik Bayu.
Kevin menelan ludah. “Aku… aku melihat Bu Minah. Dia menunjuk Herman. Dan aku tahu… Herman memang ikut membunuhnya. Tapi Bayu…” Kevin menunduk, suaranya nyaris tak terdengar. “…aku merasa itu belum semuanya. Ada bayangan lain. Lebih gelap… lebih besar.”
Bayu mengerutkan kening. “Bayangan?”
“Ya. Semacam… sosok tinggi. Tidak jelas wajahnya, tapi… saat arwah Nabila dan Zikri menatapku, di belakang mereka ada kabut hitam yang bergerak sendiri. Seolah ada sesuatu… atau seseorang… yang lebih kuat dari Alex. Aku takut, Bay.”
Bayu menarik napas panjang. Matanya melirik
Sekeliling. Warga masih gaduh, polisi sibuk mencatat, dokter forensik membereskan meja penuh potongan tubuh. “Kalau begitu, kita belum selesai. Bahkan mungkin ini baru awalnya, Pin.”
Malam itu, setelah balai desa sepi dan warga dipulangkan, Kevin dan Bayu masih duduk di bangku kayu panjang. Lampu petromax yang tergantung di atas mereka berkelip pelan, seakan kehabisan minyak.
Kevin berbisik lirih. “Aku tidak bisa tidur malam ini.”
“Aku juga tidak,” jawab Bayu.
Hening. Hanya suara jangkrik dari luar jendela terbuka.
Tiba-tiba, dari arah pintu, angin dingin masuk. Petromax bergetar, lalu api di dalamnya padam. Ruangan seketika gelap gulita.
“Bayu…” suara Kevin tercekat.
“Aku di sini.”
Namun sebelum Bayu sempat bangkit, Kevin melihatnya lagi bayangan hitam tinggi menjulang, berdiri di dekat meja tempat potongan tubuh tadi diletakkan. Dari tubuh bayangan itu, keluar suara-suara lirih bercampur tangisan.
Kevin memeluk kepalanya, berusaha menutup telinga, tapi suara itu tetap masuk.
“Ungkapkan… semua… darah… belum terbayar… korban… korban…”
“Pin! Hei! Tenang!” Bayu mengguncang tubuh sahabatnya. Kevin jatuh tersungkur ke lantai, tubuhnya kejang sebentar.
Lalu tiba-tiba… hening.
Bayu menahan napas. “Pin?”
Kevin membuka mata. Bola matanya hitam pekat, pupilnya melebar menutupi hampir seluruh bola mata. Suaranya berubah berat, seperti bukan miliknya sendiri.
“Rumah kosong… tepi sawah… darah belum kering…”
Bayu mundur, kaget. “Apa maksud lo, Kev?! Sadar woy!”
Namun Kevin kembali terkulai, terengah-engah. Matanya kembali normal, meski masih tampak kosong.
“Bayu… gua gak bisa kendalikan itu. Dia masuk ke tubuh gua.”Bayu menahan tangannya.
“Kalau begitu… besok kita harus ke rumah kosong di tepi sawah itu. Mungkin itu kunci segalanya.”....
Begitu berat ujiannya Kevin, bagi orang di luar sana yang beringin ingin memiliki kelebihan seperti Kevin siapkanlah mental kalian karena tidak Cuma satu namun beribu ribu makhluk yang ingin menguasai emosi manusia, jikalau kalian tak tahan maka jiwa kalian akan diambil oleh mereka yaang tersisa hanyalah tubuh yang mati...
See you in the next episode...
......**-------------------**...
...
DISCLAMER❗️⚠️
Cerita ini hanya karangan semata jika ada perilaku/kata yang kasar mohon di maafkan. Dan apabila jika ada kesalahan dalam pengetikan kata/typo saya mohon maaf, namanya juga kan manusia mimin juga manusia lohh, jadi mohon dimaklumi ya hehe..
Sekali lagi mimin mengucapkan mohon maaf jika per episode di dalam cerita yang mimin buat terlalu pendek soalnya mimin sengaja membagi agar BAB nya banyak, dan biar kaliannya juga greget hehehe😜