NovelToon NovelToon
Suamiku Ternyata Konglomerat

Suamiku Ternyata Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Pernikahan Kilat / Nikahmuda / CEO
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Indriani_LeeJeeAe

Satu malam yang tak pernah ia inginkan mengubah seluruh hidup Serene Avila. Terbangun di samping pria asing, ia memilih kabur tanpa menoleh—tak tahu bahwa pria itu adalah Raiden Varendra, konglomerat muda yang bisa mengguncang seluruh kota hanya dengan satu perintah. Dua bulan kemudian, Serene hamil… kembar. Di tengah panik dan putus asa, ia memutuskan mengakhiri kehamilan itu. Hingga pintu rumah sakit terbuka, dan pria yang pernah ia tinggalkan muncul dengan tatapan membelenggu.

“Kau tidak akan menyentuh anak-anakku. Mulai sekarang, kau ikut aku!”

Sejak saat itu, hidup Serene tak lagi sama.
Dan ia sadar, kabur dari seorang konglomerat adalah keputusan terburuk yang pernah ia buat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indriani_LeeJeeAe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 > Proyek VARENDRA

Lampu rumah sakit menyilaukan mata Serene. Ia terbaring di atas ranjang, napasnya terengah, tubuhnya gemetar. Rasa nyeri di perutnya datang dan pergi seperti gelombang ganas yang tak memberinya waktu bernapas. “Tekanan darah menurun.”

“Kontraksi belum stabil, tapi terlalu dini.”

“Kita siapkan ruang observasi sekarang!”

Suara-suara itu berbaur menjadi dengungan asing di telinganya. Namun satu suara yang terus ia cari... belum terdengar. Dan itu suara Raiden. “Raiden…” bisiknya lirih, jari-jarinya mencengkeram seprai. “Di mana kamu…”

Sementara di lantai lain rumah sakit, Raiden berdiri membeku di depan layar tablet. Tulisan itu masih ada di sana. PROYEK VARENDRA — SUBJEK KEHAMILAN GANDA. Matanya merah, rahangnya mengeras. Luka tembak di bahunya belum sempat ditangani, darah masih merembes, namun ia sama sekali tidak peduli.

“Arlo,” katanya pelan namun mengandung tekanan mematikan, “siapa saja yang punya akses ke data ini?”

Arlo menelan ludah. “Hanya lingkaran inti, Tuan. Dewan lama… beberapa investor medis… dan-”

“Ayahku,” potong Raiden dingin.

Arlo terdiam. “Itu sudah lama dihentikan,” Arlo akhirnya berkata. “Proyek itu dinyatakan gagal. Tidak ada kelanjutan.”

Raiden tertawa pelan-tawa tanpa humor. “Gagal?” ulangnya. “Kalau begitu, kenapa nama Serene ada di sini?”

Ia menggeser layar. Data genetik. Kode medis. Tanggal. Dan satu catatan kecil yang membuat dadanya sesak.

“Kemungkinan keberhasilan meningkat signifikan melalui kehamilan alami.”

Tangan Raiden bergetar. “Minuman malam itu…” gumamnya. “Bukan hanya obat biasa.”

Arlo membelalak. “Tuan… maksud Anda-”

“Mereka tidak hanya menjebak kami untuk tidur bersama,” Raiden berkata pelan. “Mereka sedang melakukan eksperimen.”

Keheningan jatuh di antara mereka. “Dan Serene…” Arlo menelan ludah. “Dia tidak tahu apa-apa.”

“Dia korban,” jawab Raiden tegas. “Dan anak-anakku bukan objek.”

Raiden menutup tablet itu dengan keras. “Matikan semua server lama Varendra MedTech,” perintahnya. “Segera!”

“Tapi, Tuan... itu akan memicu kepanikan pasar-”

“Aku tidak peduli,” potong Raiden. “Jika dunia harus gemetar demi melindungi mereka, maka biarlah.”

Ia berbalik menuju lift. “Aku akan pergi menemui Serene.”

***

Serene terbangun dengan napas tersengal. Ruangannya lebih sunyi sekarang. Lampu redup, aroma antiseptik menusuk hidungnya. Mesin monitor berdetak pelan di samping ranjang.

Ia menoleh. Dan jantungnya nyaris berhenti. Ia melihat Raiden berdiri di sana. Wajahnya pucat, jasnya berlumuran darah kering, bahunya dibalut perban kasar. Namun tatapan matanya… penuh.

“Raiden…” suara Serene bergetar.

Raiden mendekat cepat, menggenggam tangannya erat. “Aku di sini,” katanya rendah. “Maaf aku terlambat.”

Air mata Serene jatuh tanpa bisa ditahan. “Aku takut,” isaknya. “Aku pikir aku akan kehilangan mereka… aku pikir aku kehilanganmu…”

Raiden menunduk, keningnya menyentuh punggung tangan Serene. “Aku bersumpah,” katanya dengan suara pecah namun tegas, “Tidak ada seorang pun yang akan menyentuhmu lagi. Tidak mereka. Tidak siapa pun.”

Serene mengerjap. “Mereka?”

Raiden terdiam sesaat matanya menatap perut Serene-tempat dua nyawa kecil berjuang bertahan. “Ada sesuatu yang harus kau ketahui,” katanya.

Jantung Serene berdegup kencang. “Tentang apa?”

Raiden membuka mulut… lalu menutupnya kembali.

Bagaimana ia bisa mengatakan bahwa kehamilan ini mungkin bukan kebetulan? Bahwa anak-anak mereka mungkin telah diincar sejak sebelum mereka diciptakan?

“Raiden?” Serene menegang. “Apa yang kau sembunyikan?”

Raiden menggenggam tangannya lebih erat. “Aku akan menjelaskannya. Tapi tidak sekarang.”

“Kenapa?”

“Karena kau perlu tenang,” jawabnya. “Dan karena jika kau tahu sekarang… kau tidak akan bisa tidur lagi.”

Serene menatapnya lama. “Apa anak-anakku dalam bahaya?” tanyanya pelan.

Raiden tidak langsung menjawab. Dan diamnya adalah jawaban yang paling menakutkan.

***

Di luar ruangan, seorang dokter pria berdiri bersama Arlo. “Bagaimana kondisinya?” tanya Arlo.

“Stabil untuk saat ini,” jawab dokter itu. “Tapi kami menemukan sesuatu yang… tidak biasa.”

Alis Arlo terangkat. “Apa itu?”

Dokter itu menurunkan suaranya. “Hasil tes genetik janin.”

Arlo membeku. “Apa yang salah?”

“Bukan salah,” jawab dokter itu ragu. “Justru terlalu… sempurna.”

Arlo menatapnya tajam. “Jelaskan.”

Dokter itu menelan ludah. “Kedua janin menunjukkan indikator biologis yang sangat langka. Seolah-”

“Seolah apa?” desak Arlo.

“Seolah mereka dirancang.”

Arlo memejamkan mata. Proyek Varendra itu nyata.

***

Di dalam ruangan, Serene tiba-tiba meringis, tangannya mencengkeram perut. “Raiden…” napasnya memburu. “Sakit…”

Raiden langsung berdiri. “Panggil dokter!”

Monitor berbunyi lebih cepat. Serene meringkuk, air mata mengalir di pelipisnya. “Aku tidak mau kehilangan mereka…”

Raiden menggenggam wajahnya. “Dengar aku. Anak-anak kita kuat.” Ia menunduk, menempelkan keningnya ke kening Serene.

“Dan siapa pun yang mencoba mengambil mereka darimu,” suaranya berubah dingin dan berbahaya, “akan kubuat menyesal dilahirkan.”

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Dokter masuk dengan wajah tegang. “Tuan Raiden,” katanya, “kami perlu bicara. Sekarang.”

Raiden menoleh. “Tentang apa?”

Dokter itu melirik Serene, lalu kembali ke Raiden. “Kehamilan ini…” ia ragu sesaat. “Bukan kehamilan biasa.”

Serene membelalak. Raiden menegang. “Apa maksudmu?” tanya Raiden pelan namun mengancam.

Dokter itu menghela napas panjang.

“Jika prediksi kami benar,” katanya. “Anak-anak Anda bukan hanya diperebutkan oleh masa lalu keluarga Varendra…”

Ia berhenti. “…tetapi juga oleh pihak yang jauh lebih besar.”

Ruangan terasa runtuh. Serene mencengkeram tangan Raiden dengan ketakutan. “Raiden…” bisiknya. “Apa yang terjadi pada anak-anak kita?”

Raiden menatapnya. Dan untuk pertama kalinya-ia tidak punya jawaban.

***

To be continued

1
Wayan Miniarti
luar biasa thor... lanjuttt
Li Pena: Siap, Akak.. maacih udah mampir ya 🙏🤭
total 1 replies
Sunarmi Narmi
Baca di sini aku Paham kenapa bnyak yg tdk Like...Di jaman skrng nikah kok berdasar Status apalagi sdh kaya....Bloon bnget kesenjangan sosial bikin gagal nikah apalagi seorang Raiden yg sdh jdi CEO dgn tabungan bnyak...Kkrga nolak ya bawa kbur tuh istri dn uang " mu....Cerdas dikit Pak Ceo..gertakan nenek tidak berpengaruh.masa nenek jdi lbih unggul kan body aja ringkih
Li Pena: Terimakasih sudah mampir dan juga menilai novel ini. maaf bila alur tidak sesuai yang diharapkan dan juga banyak salahnya, mohon dikoreksi agar author bisa belajar lebih banyak lagi 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!