NovelToon NovelToon
AKU ISTRIMU BUKAN MUSUHMU

AKU ISTRIMU BUKAN MUSUHMU

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: SAFIRANH

Luna harus memilih antara karir atau kehidupan rumah tangganya. Pencapaiannya sebagai seorang koki profesional harus dipertaruhkan karena keegoisan sang suami, bernama David. Pria yang sudah 10 tahun menjadi suaminya itu merasa tertekan dan tidak bisa menerima kesuksesan istrinya sendiri. Pernikahan yang telah dikaruniai oleh 2 orang putri cantik itu tidak menjamin kebahagiaan keduanya. Luna berpikir jika semua masalah bisa terselesaikan jika keluarganya tercukupi dalam hal materi, sedangkan David lebih mengutamakan waktu dan kasih sayang bagi keluarga.
Hingga sebuah keputusan yang berakhir dengan kesalahan cukup fatal, mengubah jalan hidup keduanya di kemudian hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SAFIRANH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Doni memimpin untuk memeriksa keadaan kandang ayam di belakang rumah mereka. Sedangkan yang lain tampak menyusul setelahnya.

“Mas, untuk apa diperiksa lagi,” ujar David saat mereka semua telah sampai di lokasi. “Apa ini tidak berlebihan?” 

“Biar saja, David,” potong Bu Galuh begitu saja. “Semua kebenaran sebentar lagi akan terbukti.” lanjutnya penuh percaya diri.

Doni tidak menggubris ucapan adik dan juga ibunya, ia tetep fokus mencari beberapa jejak yang bisa menentukan kebenaran yang sesungguhnya.

Dan itu dimulai dari dalam kandang. Doni masuk ke dalam, memeriksa keadaan di sana.

Tidak ada yang aneh. Semua tampak normal seperti biasa, hanya saja ia melihat beberapa sisa biji jagung tersebar di dalam kandang, dan setelah di telisik kembali, biji itu juga masih tercecer di luar kandang. 

Seperti ada seseorang yang sengaja untuk menyebarkannya.

Keanehan kembali muncul saat Doni memeriksa pada kunci pagar tersebut. Saat disentuh, kunci itu terasa licin, seperti baru diolesi menggunakan cairan sejenis minyak goreng.

Bu Galuh dan Maria masih berdiri di belakang, merasa percaya diri jika Doni tidak akan bisa menemukan apapun di sana.

Hingga, saat Doni berbalik, mencari keberadaan istrinya. “Maria,” panggilnya.

“Iya, Mas,” jawab Maria dari arah belakang. Wanita itu langsung mendekat, untuk memastikan kenapa suaminya tersebut memanggilnya.

“Dimana kamu saat Luna tengah memberi makan ayam tadi pagi?” tanyanya langsung pada intinya.

“Aku di dapur, Mas,” jawab Maria santai. “Kalau nggak percaya, Mas bisa tanya sama ibu.”

“Benar kamu saat itu tidak pergi atau mendekati area kandang ini?” 

Maria menghela nafas kasar, menghadapi pertanyaan Doni yang seakan tidak percaya pada ucapannya. “Iya, Mas. Masa kamu meragukan ucapanku sih?” gumamnya masih kesal.

“Luna…kamu kesini,” perintah Doni.

Luna menurut, ia melangkah mendekat dan kini telah berdiri berhadapan dengan Maria. Meski bingung dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi Luna hanya ingin sebuah kebenaran.

“Coba kamu samakan besar telapak kaki ini dengan kakimu,” ucap Doni lagi. Tangannya menunjuk ke arah tanah, terdapat bekas kaki di sana.

Setelah Luna meletakkan kakinya persis di samping bekas kaki itu, rupanya kaki Luna tampak lebih kecil dari bekas yang ada di tanah. Membuat Doni menyimpulkan awal jika itu bukanlah bekas kaki milik Luna.

“Maria, sekarang giliranmu,” Doni kembali memerintahkan pada istrinya.

Wanita itu langsung menoleh tak percaya. “Mas, kamu serius nggak percaya sama aku?” ujarnya karena tidak terima.

“Bukannya nggak percaya. Cuma mau memastikan saja, lagipula jika kamu nggak salah, ya nggak usah takut lah.” 

Maria menatap sejenak ke arah ibu mertuanya, mencari solusi lewat tatapan singkat mereka. Tapi anehnya, bu Galuh justru membuang muka, seakan tidak mau tahu dengan apa yang menimpa Maria.

“Maria?” panggil Doni lagi saat melihat istrinya hanya termenung membeku di tempatnya.

Saat Maria telah mensejajarkan kakinya pada bekas yang ada di tanah, rupanya memang benar. Bekas tersebut ukurannya sama persis dengan kaki milik Maria. 

Mengetahui jika tindakan jahatnya hampir terbongkar, Maria langsung mencari seribu satu alasan agar ia bisa lolos dan tetap menyalahkan Luna dalam masalah ini.

“Mas, Luna bisa saja memakai sandal yang besar. Jangan asal mengambil kesimpulan seperti itu, dong,” ungkap Maria.

Bukannya setuju dengan alasan yang diberikan oleh Maria, Doni justru mengambil sesuatu yang tersangkut di pintu pagar ayam, dan menunjukkannya langsung pada Maria.

“Bisa kamu jelaskan ini?” tanyanya sambil mengulurkan potongan rok yang telah robek.

Maria membelalak tidak percaya. Memang benar, dia tadi tidak sadar jika sempat terjatuh di kandang ini. Rok miliknya memang robek, dan betapa bodohnya dia karena tidak memeriksa kembali ke tempat di mana ia terjatuh.

Doni sendiri juga pasti sangat paham dengan semua barang-barang milik istrinya sendiri. Maka dari itu ia langsung bertanya pada Maria, saat melihat potongan rok tersebut.

“Mas, itu—” Maria hendak memberikan alasan lagi.

“Cukup, jelaskan saja situasi yang sebenarnya,” tekan Doni. Merasa tidak senang akan kebohongan dari istrinya, terlihat dari rahang yang mulai menegang.

“A–aku, sebenarnya—” Maria menutup matanya, seperti tak sanggup untuk melanjutkan. 

Saat matanya kembali bertemu dengan bu Galuh, bukannya mendapat pembelaan, Maria justru ditatap dengan sangat tajam. Nasibnya kini benar-benar sial, harus menanggung masalah dari ide yang direncanakan oleh ibu mertuanya.

“Mas, bisa kita bicarakan ini berdua saja? Aku malu,” rengek Maria. Tangannya memegang lengan suaminya.

“Jelaskan saja apa yang terjadi, dan kita selesaikan sekarang juga.” 

“Tapi, Mas…” Maria masih saja menolak untuk mengakui kesalahannya. Ia bahkan telah menangis di samping tubuh suaminya, tidak bisa lagi menunjukkan wajah di hadapan orang lain.

Untungnya, hanya beberapa orang tetangga saja yang melihat sampai akhir. Jadi, rasa malu yang harus ditanggung oleh Maria tidak terlalu besar.

Tapi, hanya untuk sementara waktu saja.

Semua orang tahu jika kabar berita di daerah perkampungan akan lebih cepat beredar daripada di daerah kota.

Luna yang melihatnya merasa sangat lega, akhirnya ia bisa mendapatkan apa yang namanya keadilan. Luna menatap ke arah kakak iparnya, Doni. Merasa sangat beruntung karena bisa memiliki kakak ipar seperti dirinya.

“Karena semuanya sudah selesai, kamu harus minta maaf sama Luna,” ucap Doni pada Maria yang masih menangis dan bersembunyi di belakang punggungnya.

Maria menggeleng, tetap tidak mau meminta maaf pada Luna apapun yang terjadi. Mendapati penolakan yang memalukan itu, Doni mulai mengambil sikap tegas. Ia menarik tangan Maria, memaksa istrinya tersebut untuk berdiri berhadapan dengan Luna secara langsung.

Tapi, bukannya minta maaf. Maria justru hanya berdiri diam tanpa melakukan apapun, sikap keras kepalanya itu tanpa sadar akan menimbulkan kemarahan Doni yang selanjutnya.

“Cepat, minta maaf!” suara Doni sangat tegas. Maria bahkan sampai mengedikkan tubuhnya karena terkejut. 

Dalam jarak yang sangat dekat itu, Luna dapat melihat wajah Maria yang telah dipenuhi oleh genangan air mata. Meski wajahnya memerah akibat menangis, tapi bibir wanita itu sama sekali tidak mengeluarkan kata apapun.

Akhirnya, Luna yang harus mengalah. Ia mengambil nafas sebelum berucap. “Aku maafkan perbuatanmu, Mbak,” ucap Luna dengan tulus.

Bu Galuh dan David yang berdiri berdampingan itu pun juga terkejut akan sikap yang diambil oleh Luna. Ia dengan tulus memaafkan hal itu, meski sebenarnya tindakan Maria  telah melukai dan hampir merugikan dirinya.

Melihat situasi yang sudah membaik, bu Galuh mendekat dan berdiri di antara kedua menantunya, seolah menjadi seorang ibu yang baik dan bijak. Ia juga mengusap pundak dua menantunya secara bergiliran dengan lembut.

“Sudahlah, ini hanya kesalahpahaman saja. Kita lupakan semua ini dan saling minta maaf saja, ya?” ucap Bu Galuh dengan entengnya.

“Tapi denda dari pak Herman akan tetap berlaku. Jadi, Maria harus mulai bekerja di ladang mereka selama satu bulan sebagai gantinya,” tegas Doni. Pria itu melangkah pergi setelah mengucapkan hal itu.

“Ta–tapi, Mas…” ucap Maria menunjukkan wajah memelas pada suaminya. Namun, hal itu tidak digubris sama sekali oleh Doni yang telah melangkah menjauh dari tempat tersebut.

Menyisakan kesedihan pada diri Maria yang harus rela bekerja selama satu bulan di ladang pak Herman.

Hanya saja, apa yang akan dilakukan oleh bu Galuh menghadapi masalah ini? Mustahil jika ia akan diam saja saat melihat Luna bisa lolos dari jerat muslihatnya. Kekalahan ini, tidak akan diterima begitu saja olehnya.

BERSAMBUNG 

1
Becce Ana'na Puank
ok
SAFIRANH: Terima kasih ❤️
total 1 replies
HappyKilling
Bikin terhanyut. 🌟
SAFIRANH: Terima kasih 😘
total 1 replies
Helen
Kece abis!
SAFIRANH: Terima kasih,🥰❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!