Novel kali ini mengisahkan tentang seorang pangeran yang dibuang oleh ayahnya, karena menganggap anaknya yang lahir itu adalah sebuah kutukan dari langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KPYT 025. Ekspresi Bahagia dan Haru Zhang Jiang Ying
Zhao Jinlong perlahan mengangkat tangan kirinya dengan lemah seperti hendak menggapai atau memegang sesuatu.
Sementara Fengxia yang berada cukup dekat dengan Zhao Jinlong langsung menangkap tangan anak kecil itu. Lalu segera berkata.
"Kamu ingin apa, Tabib Zhao? Biar aku bantu."
"Di mana Bibi Ningyan?" tanya Zhao Jinlong yang tidak melihat kalau wanita itu masih ada di dekatnya karena matanya masih tertutup kain hitam.
"Bibi masih ada di sini, Nak," sahut Bibi Ningyan yang merasa trenyuh dengan kondisi. "Kamu butuh apa?"
"Tidak, Bibi, terima kasih," sahut Zhao Jinlong yang suaranya semakin lemah. "Aku hanya ingin memberi tahu kalau Racun Melati Beku sudah keluar semua dari dalam tubuh Tuan Putri.
"Kini dia sudah sembuh dari penyakitnya dan tidak akan kedinginan lagi," lanjut Zhao Jinlong dengan memaksa bicara.
"Tabib Zhao, bibi ambilkan makan ya!" kata Bibi Ningyan bersungguh-sungguh. "Kondisimu sekarang amat lemah dan kepayahan. Tentu kamu lapar juga 'kan?"
"Tidak usah, Bibi," tolak Zhao Jinlong dengan halus. "Aku hanya butuh bersemedi untuk memulihkan tenagaku."
"Tapi kamu harus makan dulu, Tabib Zhao," kata Fengxia menawarkan diri seolah tanpa sungkan setelah meletakkan tangan Zhao Jinlong di atas dada anak itu. "Biar aku yang suapin kamu kalau tidak bisa menyuap sendiri."
"Terima kasih, Fengxia," tolak Zhao Jinlong seraya tersenyum kecil. "Aku hanya butuh bersemedi saja."
"Eh..., kamu tahu kalau aku Fengxia?" tanya Fengxia terkejut heran. "Pa-padahal matamu masih tertutup."
Zhao Jinlong tidak menyahuti pertanyaan sederhana Fengxia itu, dia hanya tersenyum saja. Bibi Ningyan yang menyahutinya.
"Dia mengetahui suaramu yang kecil itu, meski tidak melihatmu. Hal itu amat mudah bagi Tabib Zhao."
"O...."
Fengxia yang memang masih lugu itu hanya bisa ber-O ria sambil menatap takjub pada Zhao Jinlong.
"Baiklah kalau kamu tidak mau makan dulu," kata Bibi Ningyan akhirnya beralih pada Zhao Jinlong. "Kalau begitu kamu istirahat saja yang cukup. Tapi kalau kamu butuh makan, bilang saja. Jangan sungkan ya, Tabib Zhao."
"Terima kasih, Bibi Ninyan."
"Kamu di sini saja, Fengxia," perintah Bibi Ningyan, "temani Tabib Zhao!"
"Baik, Bibi."
"Eh, Bibi Ningyan, aku hampir lupa," kata Zhao Jinlong sebelum wanita dewasa berparas cantik itu beranjak. "Kalau Tuan Putri siuman nanti, tolong beri tahu Fangmei untuk meminumkan lagi obat pada Tuan Putri, seperti yang sudah aku beritahukan padanya...."
"Ya, segera bibi sampaikan," kata Bibi Ningyan. "Ada lagi, Tabib Zhao?"
"Panggil aku Zhao Jinlong saja, Bibi," pinta Zhao Jinlong. "Aku belum pantas dipanggil tabib."
Bibi Ningyan hanya tersenyum menanggapi permintaan anak laki-laki itu. Sejenak dia memandang wajah Zhao Jinlong yang matanya masih tertutup kain. Lalu dia beranjak untuk melihat kondisi Zhang Jiang Ying.
Sedangkan Fengxia masih tetap di situ, duduk di samping kiri Zhao Jinlong. Dia kini hendak membuka penutup mata tabib kecil itu. Tapi Zhao Jinlong cepat mencegahnya dengan memegang tangan lengan kanannya.
"Kamu mau melakukan apa?"
"Mau melepas penutup matamu, Long Gege.... Eh... boleh aku memanggilmu gege?"
"Tuan Putri sudah mengenakan pakaian lagi?" tanya Zhao Jinlong seolah tidak menggubris permintaan Fengxia.
Fengxia sejenak menengok ke tempat tidur. Putri Zhang Jiang Ying tampak sudah mengenakan pakaian atasnya lagi. Sementara sang putri masih dalam keadaan pingsan.
Kini Fangmei tengah meminumkan obat pil pada Zhang Jiang Ying yang dibantu oleh Yang Xiu Xiang. Sedangkan Bibi Ningyan baru saja sampai.
"Sudah," sahut Fengxia setelah kembali menghadap Zhao Jinlong.
Setelah itu Fengxia langsung membuka kain penutup mata Zhao Jinlong tanpa meminta persetujuan lagi. Sedangkan Zhao Jinlong mendiamkan saja seakan menyetujui.
Dan begitu Fengxia sudah membuka kain penutup matanya, Zhao Jinlong berkata kepada gadis kecil yang lugu itu sambil tersenyum.
"Terima kasih."
"Long Gege..., bolehkah aku memanggilmu gege?" kata Fengxia sedikit merengek manja menagih persetujuan. "Kamu belum menjawab...."
"Kamu sudah memanggilku gege, kenapa bertanya lagi?" kata Zhao Jinlong sambil masih tersenyum penuh keakraban.
Fengxia hanya bisa tersenyum malu mendengar ucapan Zhao Jinlong dan memikirkan ucapannya sendiri. Dan selagi dia terlena dengan pikirannya sendiri, Zhao Jinlong berkata lagi.
"Fengxia, sekarang kamu diam dulu ya! Kakakmu ini mau bersemedi dulu untuk memulihkan tenaga."
Fengxia menyahuti bukan dengan suara, tapi dengan anggukan kepalanya. Dan setelahnya dia diam saja sambil memperhatikan Zhao Jinlong yang bersemedi.
Dia cukup terkejut takjub juga, karena belum lama Zhao Jinlong bersemedi, tiba-tiba sekujur tubuhnya diselubungi oleh sinar biru bening yang berpadu dengan sinar ungu bening.
★☆★☆
Tanpa terasa waktu telah berlalu dengan cepat, lebih dari tiga kali penanakan nasi semenjak Zhao Jinlong selesai melakukan pengobatan kepada Putri Zhang Jiang Ying.
Ketika itu Zhang Jiang Ying telah memperlihatkan tanda-tanda siuman. Berawal dari jemari tangan kanannya bergerak pelan. Setelah itu kedua matanya terbuka perlahan-lahan. Dan tak lama dia sudah siuman dari pingsannya.
Sekarang, tak ada lagi gangguan dalam dirinya dia rasakan. Rasa dingin yang selama bertahun-tahun menyiksanya, sekarang telah hilang. Suhu badannya kembali normal seperti sedia kala.
Namun saat ini dia merasakan telah terjadi sesuatu di dalam dirinya, seperti ada dua energi sakti yang berputar-putar di pusat cakranya. Namun hal itu tidak membahayakannya, hanya saja dia merasa aneh.
"Kamu sudah siuman, Tuan Putri?!" Fangmei yang masih setia berada di samping kanannya berseru sedikit berisik bernada penuh bahagia.
Karena kamar itu sebelumnya diselubungi oleh kesunyian dan kebisuan, tentu saja suara Fangmei didengar oleh penghuni kamar itu.
Bibi Ningyan segera beranjak ke pembaringan, Yang Xiu Xiang yang lagi tidur-tidur ayam dengan menyandarkan kepalanya di pinggir pembaringan langsung bangun.
Sedangkan Fengxia yang masih setia menemani Zhao Jinlong yang sedang bersemedi cuma menengok saja ke pembaringan. Sebenarnya dia mau melihat kondisi Tuan Putri juga, tapi....
"Pergilah menengok Tuan Putri! Aku tidak mengapa kamu tinggalkan...."
Seketika Fengxia mendengar suara dari arah Zhao Jinlong yang berbicara padanya. Tapi dia tidak melihat kalau bibir anak sakti itu bergerak.
Akan tetapi, meskipun masih lugu, tapi Fengxia berotak cerdas. Dia yakin suara tadi adalah suara Zhao Jinlong yang menyuruhnya menengok Zhang Jiang Ying.
Meski dalam keadaan bersemedi, Zhao Jinlong ternyata masih bisa berbicara. Bukan melalui mulutnya, melainkan suara jiwanya yang keluar yang hanya didengar oleh Fengxia.
Sungguh hebat!
Menyadari akan hal itu membuat Fengxia semakin kagum akan kehebatan seorang Zhao Jinlong.
Setelah berpamitan pada Zhao Jinlong, Fengxia beranjak ke pembaringan, menengok Tuan Putri yang sudah tampak segar dan sehat sekarang.
Dan kenyataannya memang Zhang Jiang Ying sudah sehat dan tubuhnya tampak segar. Warna kulitnya putih normal, tidak pucat aneh lagi.
Sementara Zhang Jiang Ying, begitu menyadari dia sudah ditari oleh orang terdekatnya dengan wajah yang berseri-seri, dia bertambah yakin kalau dia benar-benar sudah sembuh.
Tapi dia hendak menanyakan dulu kepada Bibi Ningyan, ingin memastikan. Lalu dia beringsut bangun dengan dibantu oleh Fangmei dan Yang Xiu Xiang. Lalu dia duduk bersandar di kepala tempat tidur.
"Bibi, apakah aku benar-benar sudah sembuh?" tanya Zhang Jiang Ying sambil menatap harap-harap cemas pada pengasuhnya itu.
"Ya, kamu benar-benar sudah sembuh dari penyakit yang selama ini menyiksamu, Tuan Putri," sahut Bibi Ningyan sambil tersenyum gembira. "Racun Melati Beku di dalam tubuhmu sudah keluar semua. Begitulah keterangan Zhao Jinlong."
"Tuan Putri, Tabib Zhao benar-benar mengorbankan hidup matinya demi kesembuhanmu," kata Fangmei seakan mengingatkan jasa besar tabib sakti itu. "Kamu harus berterima kasih padanya."
Mendengar itu Zhang Jiang Ying langsung tersenyum gembira yang berpadu dengan rasa haru yang mendalam. Sehingga tanpa terasa air matanya yang selama ini belum pernah keluar, kini keluar begitu saja seakan tak bisa bertahan.
"Ya, aku harus berterima kasih padanya," cetus Zhang Jiang Ying penuh rasa haru. "Harus...."
★☆★☆
"Tuan Putri, akhirnya kamu bisa menangis," kata Fangmei yang juga mulai merasakan keharuan.
Lalu dia memeluk junjungannya itu, sementara dia juga sudah menangis haru bercampur bahagia.
Yang Xiu Xiang juga merasakan bahagia dan keharuan yang sangat melihat sahabatnya yang sudah kembali seperti manusia normal pada umumnya, bisa mengekspresikan rasa bahagia dan keharuan. Dia juga langsung memeluk sahabatnya itu bersama Fangmei tentunya.
Sementara Bibi Ningyan dan Fengxia juga ikut merasakan keharuan yang mendalam dan bahagia yang sangat. Tanpa terasa mereka juga ikut melinangkan air mata.
Setelah ketiga gadis kecil itu saling melepas pelukan, seketika Zhang Jiang Ying tersadar kalau tidak melihat Zhao Jinlong bersama orang-orang terdekatnya itu.
Lalu dia bertanya pada Fangmei yang tengah mengeluarkan obat dari dalam botol obat yang dia ambil di balik bajunya.
"Di mana Zhao Jinlong, Fangmei?"
"Itu," sahut Fangmei sambil menunjuk tempat di mana Zhao Jinlong masih terbaring diam.
Zhang Jiang Ying segera memandang ke arah sisi dinding kamar sebelah kanan di mana Zhao Jiang terbaring sambil bersemedi.
"Minumlah obat ini, Tuan Putri," kata Fangmei selanjutnya sambil menyerahkan sebutir obat pil pada Tuan Putri. Membuat Zhang Jiang Ying tidak jadi bertanya. "Itu sesuai anjuran Tabib Zhao."
Setelah menerima obat dari Fangmei, lalu dia bertanya dengan nada heran bercampur cemas sambil kembali melihat keadaan Zhao Jinlong.
"Zhao Jinlong kenapa itu?"
"Dia lagi bersemedi," Bibi Ningyan yang menjawab. "Tenaga dalam habis terkuras lantaran berjuang mengobatimu, Tuan Putri. Untung saja dia tidak mati."
Mendengar itu Zhang Jiang Ying kembali merasakan haru. Lalu tanpa ragu dia meminum obat pemberian Fangmei yang sesuai perintah Zhao Jinlong.
"Terima kasih, Tabib Zhao," ucapnya dalam hati.
★☆★☆★
Semangat terus thor upnya