Kisah Pangeran Yang Terbuang

Kisah Pangeran Yang Terbuang

KPYT 001. Yin Huang yang Malang

Di pinggir sebuah hutan yang cukup lebat, di ujung sebuah desa yang cukup ramai penduduknya, berdiri rapuh sebuah rumah kecil yang cuma pantas disebut gubuk yang sudah reok.

Gubuk reok kecil itu letaknya terbilang jauh dari pemukiman penduduk, bahkan sedikit masuk ke dalam hutan. Seolahnya rumah reok kecil itu terkucilkan oleh rumah para penduduk di desa itu.

Jika terjadi apa-apa di rumah reok kecil itu, para penduduk tidak bisa langsung cepat menolong. Itu kalau mereka sudi untuk menolong. Akan tetapi kenyataannya para penduduk sepertinya tidak sudi untuk menolong walau apapun yang terjadi.

Tentu sikap para penduduk itu ada latar belakangnya 'kan?

Lalu, siapakah penghuni gubuk kecil nan reok itu yang para penduduk saja tidak sudi untuk meringankan beban hidup penghuninya?

Gubuk reok kecil itu yang letaknya begitu jauh dari pemukiman penduduk dihuni oleh seorang wanita tak bersuami berumur 35 tahun dan putranya yang masih kecil berumur 6 tahun lebih.

Yin Huang, nama wanita malang berusia 35 tahun itu, bukanlah penduduk asli desa yang bernama Desa Fanrong itu. Dia hanyalah seorang pendatang yang ingin mencari suaka yang aman di tempat tersebut.

Sekitar lima tahun lebih atau hampir enam tahun yang lalu Yin Huang datang ke Desa Fanrong dalam rangka menghindari kejaran orang-orang jahat yang hendak membunuhnya dan putranya yang waktu itu belum genap berusia 1 tahun.

Sebenarnya mayoritas penduduk Desa Fanrong tidak menerima kehadiran Yin Huang dan putranya yang dia beri nama Jiang Wu, apalagi untuk tinggal di desa yang damai itu.

Dengan alasan ketidak jelasan tentang asal usul Yin Huang dan statusnya. Ditambah lagi mereka mencurigai kalau anak yang dibawa wanita malang itu adalah anak jadah, hasil hubungan di luar nikah dengan seorang lelaki yang tidak bertanggung jawab.

Sedangkan Yin Huang, entah kenapa dia tidak membantah secara serius tuduhan para penduduk tersebut. Dia hanya mengatakan kepada Kepala Desa Fanrong kalau Jiang Wu adalah putranya.

Yin Huang datang ke desa itu hanya untuk mencari perlindungan akan keselamatan putranya dari kejaran orang-orang jahat yang hendak membunuh mereka.

Singkat cerita, Kepala Desa Fanrong meluaskan Yin Huang dan putranya tinggal di desa itu. Akan tetapi dengan syarat, wanita itu dan anak lelakinya yang tidak jelas ayahnya siapa tidak boleh tinggal di pemukiman penduduk desa.

Dengan kata lain dia dan anaknya cuma boleh tinggal di pinggir hutan seperti tempat tinggal mereka saat ini.

Juga, para penduduk tidak boleh dan tidak akan ikut campur segala urusan Yin Huang dan kehidupannya, termasuk tidak akan menolongnya dan putranya sama sekali jika terjadi apa-apa dengan mereka berdua.

Sebaliknya, Yin Huang dan putranya tidak boleh sama sekali bergaul dengan para penduduk, apalagi meminta bantuan kepada para penduduk.

Bahkan sekalipun nyawa Yin Huang dan Jiang Wu, putranya terancam bahaya, kepala desa dan para penduduk tidak akan ikut campur.

Keputusan yang amat kejam!

Jelas keputusan Kepala Desa Fanrong tersebut sungguh tidak menguntungkan bagi Yin Huang dan putranya sekaligus amatlah kejam. Tapi Yin Huang tidak banyak membantah. Yang penting dia bisa aman tinggal di situ bersama putranya, meski untuk sementara.

Ya, memang cuma sementara saja Yin Huang, wanita malang itu bisa menghirup napas di pinggiran Desa Fanrong.

Karena pada hari di mana sakitnya yang sudah diderita selama hampir tujuh tahun itu semakin parah, di saat itu pula orang-orang yang telah mengejarnya selama ini berhasil menemukannya dan mengakhiri nyawanya.

Ketika itu hari telah masuk di gerbang sore. Matahari tidak lagi bersinar garang seperti waktu siang, sinarnya sudah lembut menyentuh kulit.

Tampak tiga orang wanita meskipun berwajah cantik namun bertampang judes lagi garang berdiri angkuh di depan gubuk reok nan kecil Yin Huang.

Sedangkan wanita malang tersebut berada dan berdiri mantap di depan rumah kecilnya, di depan ketiga wanita yang jelas hendak membunuhnya.

Di manakah Jiang Wu ketika itu?

Saat itu bocah berusia enam tahunan itu tidak ada di situ. Dia masuk ke dalam hutan atas perintah Yin Huang demi untuk mencari tanaman herbal untuk mengobati ibunya.

Kebetulan dia belum pulang pada sore itu di mana sejak siang tadi dia sudah masuk ke dalam hutan. Sekaligus Yin Huang amat bersyukur putranya belum pulang ketika itu.

★☆★☆

"Sekali lagi aku tanya, di mana kitab perguruan, Kitab Sembilan Bulan kau sembunyikan, Yin Huang?" bentak wanita berambut panjang terurai yang berdiri paling tengah bernada geram dan garang.

"Berapa kali aku katakan kepada kalian kalau aku tidak pernah mengambil Kitab Sembilan Bulan," bantah Yin Huang bernada dibuat mantap dan tegas, di sela-sela sakitnya yang sudah demikian parah. "Apalagi menyembunyikannya seperti yang kalian tuduhkan."

"Lagi pula... kitab itu bukanlah milik Perguruan Pedang Suci," lanjut Yin Huang dengan berani. "Kitab Sembilan Bulan milik seorang yang cuma dititipkan kepada shifu. Adalah aneh jika ternyata belakangan shifu mengaku-aku kalau Kitab Sembilan Bulan adalah milik perguruan...."

"Jaga bicaramu, murid murtad!" bentak wanita yang berdiri sebelah kanan menggeram marah. "Rupanya Zhie Jing sudah begitu jauh meracuni otakmu, sehingga kau sudah berani berkata yang tidak-tidak terhadap shifu."

"Aku tidak mengada-ada," balas Yin Huang bernada ketus campur sinis namun tegas, menunjukkan ucapannya memang benar, "kenyataannya memang begitu. Jadi wajar kitab itu hilang, karena kitab itu bukan milik Perguruan Pedang Suci...."

"Jangan buat kami hilang kesabaran, Yin Huang Pengkhianat," kertak wanita yang berdiri di sebelah kiri bernada dingin. "Cepat katakan, di mana Kitab Sembilan Bulan kau sembunyikan?"

"Apapun tuduhan kalian terhadapku, aku tetap tidak akan mengatakan apa-apa," sahut Yin Huang tetap kukuh dan mantap dengan pendiriannya, "karena aku tidak melakukan apa yang kalian tuduhkan itu."

"Keparat busuk!" maki wanita paling tengah makin menggeram marah.

Sepertinya amarahnya sudah tak bisa dibendung lagi. Begitupun juga bagi kedua rekannya. Karena kejap berikut, tanpa mau berdebat lagi ketiganya serempak menyerang Yin Huang. Bahkan tak tanggung-tanggung mereka langsung mengunakan senjata masing-masing.

Sepertinya mereka ingin segera mengakhiri riwayat wanita malang itu dengan cepat karena tidak mengindahkan apa yang mereka inginkan dari wanita tersebut.

Sementara Yin Huang, apa yang dilakukannya?

Wanita cantik yang ternyata mantan murid Perguruan Pedang Suci itu sebenarnya memiliki ilmu bela diri yang cukup hebat, juga memiliki ilmu tenaga dalam atau energi sakti.

Akan tetapi wanita malang itu saat ini tengah menderita sakit yang sudah parah. Fisiknya tentu saja sudah tidak kuat lagi diajak bertarung, apalagi memanggil tenaga saktinya.

Namun meski demikian Yin Huang tidak pasrah menerima nasib begitu saja. Dia tetap mengadakan perlawanan dengan kemampuan bela diri yang dia miliki, dengan sisa-sisa tenaga yang nyaris terkuras habis akibat derita sakit yang dia alami.

Akan tetapi tentu saja pertarungan yang mengenaskan itu cuma memberi kesempatan bagi Yin Huang bernapas hanya beberapa gebrakan saja. Kehebatan ilmu yang dimiliki oleh ketiga mantan saudara seperguruannya itu membuatnya tidak mampu bertahan lama dalam bertarung.

Sungguh miris....!

Kejap berikut dia sudah tumbang terkapar di atas tanah berdebu di pekarangan depan gubuk reoknya. Beberapa luka sayatan dan babatan pedang tajam tampak menganga lebar di beberapa bagian tubuhnya.

Yang lebih parah luka tusukan pedang lawan yang menusuk dada kirinya hingga tembus ke punggung.

Darah segar mengalir deras membasahi tubuhnya. Ditambah muntahan darah yang melumuri mulutnya yang tidak sanggup menjeritkan kematiannya.

Sementara tiga wanita sadis berhati kejam itu, tanpa menghiraukan nasib nahas Yin Huang, mereka masuk ke dalam rumah kecil itu tanpa permisi. Mengobrak-abrik isi dalamnya, mencari sesuatu yang jelas tidak akan pernah mereka temukan di gubuk reok itu.

Karena sejatinya Yin Huang memang tidak menyembunyikan Kitab Sembilan Bulan di gubuk reoknya itu.

Setelah tidak mendapatkan apa yang mereka cari, lalu gubuk reok itu mereka bakar tanpa belas kasihan. Kemudian mereka tinggalkan tempat di mana Yin Huang dan putranya hidup selama hampir tujuh tahun.

Meninggalkan Yin Huang yang malang yang terkapar menyedihkan di halaman rumahnya. Meninggalkan luka derita bagi bocah tujuh tahunan yang bernama Jiang Wu.

★☆★☆★

Terpopuler

Comments

Nanik S

Nanik S

Awal yang amat menarik 🙏 hadir

2025-05-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!